22. Was Found Out

6K 829 120
                                    

"SOOBIN ANJING ANGKAT!!!" Sudah tiga kali Chaeyoung menghubungi Soobin namun belum juga ada tanggapan darinya. Chaeyoung panik. Berdiri di depan ruang operasi caesar membuat jantungnya berdebar tak karuan.

"Mohon dipercepat karena si Ibu akan kehabisan darah nantinya."

Chaeyoung makin takut. Dia tidak punya hak atas perizinan operasi caesar ini.

"Sebentar, saya masih hubungi suaminya."

Terdengar suara deringan telepon yang tersambung. Hingga suara ke enam akhirnya Soobin mengangkat telepon itu.

"Soobin lo di mana? Buru ke rumah saㅡ"

"Halo? Siapa sih ini?"

Chaeyoung membulatkan matanya ketika mendengar suara perempuan lah yang mengangkat teleponnya.

"Soobin mana?" Tanyanya penuh penekanan.

"Lo ngapain sih? Siniin hape gue! Halo, Chaeyoung?"

Suara Soobin terdengar marah dan sedikit grasak grusuk saat mengambil alih telepon.

"Lia lahiran, sini lo!"

"Hah? Apa? L-lo nggak bercanda, kan?"

"Buruan bangsat Lia harus caesar dan lo harus disini!!!"

"I..iyaㅡ"

Chaeyoung langsung mematikan teleponnya sepihak. Gondok mendengar suara Soobin lebih lama. Tidak menyangka segitunya Soobin kepada Lia. Padahal Chaeyoung merelakannya agar Soobin kembali pada Lia. Karena yang Chaeyoung pahami soal Soobin, Lia lah rumah baginya. Bukan dia maupun perempuan lain.

"Suaminya lagi ke sini, 10 menit nggak akan terjadi apa-apa kan?" Tanya Chaeyoung panik.

Dokter itu berfikir sebentar lalu menghela nafas resah. "Apapun konsekuensinya?"

Chaeyoung menggigit bibir bawahnya hingga tidak sadar berdarah. Namun pada akhirnya Chaeyoung mengangguk.

Dan perkataan Chaeyoung benar. Tidak. Bahkan tidak sampai 10 menit. Sekitaran 6 menit Soobin telah sampai di rumah sakit setelah dikirim lokasinya tadi. Dengan langkah yang tergesa-gesa dan peluh di dahi Soobin menghampiri Chaeyoung yang sedang duduk menutup wajahnya.

"LIA MANA?"

Chaeyoung mengangkat kepalanya. "Cepet ke dokter dan setujuin operasi caesarnya." Suara Chaeyoung terdengar lemah karena merasakan kelegaan dihatinya.

Tanpa pikiran panjang Soobin memasuki ruang operasi. Walau sempat terjadi kegaduhan tetapi setelah Soobin mengaku sebagai suaminya, semua langsung mempersilahkan. Tidak lupa menyuruhnya memakai pakaian medis serta masker.

Soobin menghampiri Lia yang terbaring di kasur operasi. Semua mata menatap Soobin yang menangis. Ya, Soobin menangis melihat Lia.

"Bagaimana denganㅡ"

"Saya setuju." Soobin mengangguk mantap.

Kembali pada Chaeyoung yang kini sibuk mengabari keluarga Lia dan Soobin. Beberapa kali teleponnya ditolak oleh Minah (karena Chaeyoung hanya punya nomor Minah) sampai akhirnya Chaeyoung mengirim pesan suara bahwa Lia sedang proses melahirkan.

Selang beberapa menit orang tua Lia dan Soobin datang. Mereka berdoa semoga Lia dan calon bayi akan baik-baik saja.

"Chaeyoung.."

Chaeyoung membuka matanya saat hampir masuk ke alam mimpi. "Eh iya Tante?"

Tangan Minah terulur untuk mengelus rambut Chaeyoung. "Makasih banyak."

Chaeyoung tertegun. Ini merupakan kali pertama Minah menatapnya penuh haru dan jangan lupakan senyum yang diperuntukan padanya.

"I-iya Tan, sama-sama." Jawabnya gugup. Minhyuk, Irene dan Suho juga senyum kepadanya.

10 menit kemudian ruang operasi terbuka. Semua mata melirik ke sana. Terlihat Soobin berdiri dengan pandangan kosongnya. Semua kecuali Chaeyoung mulai menghampiri Soobin.

"Gimana? Lia gimana?" Tanya Irene yang sejak tadi tidak berhenti berdoa.

"Ma-masih operasi."

"Kamu kenapa keluar?!" Tanya Minhyuk dengan nada tinggi.

"Soobin takut, Pa! Soobin nggak kuat!"

Mendengar jawaban Soobin, Irene dengan cepat mengambil alih semua. Irene memasuki ruang operasi dan tidak lupa memakai pakaian medis serta masker.

(Udah bolehin aja udah yaa ;;)

"Tante, aku mau ngobrol sama Soobin sebentar, boleh?" Chaeyoung berdiri mendekati Minah.

"Hah? O-oh iya Chae.."

Soobin menatap Chaeyoung bingung. Tanpa menunggu lebih lama Chaeyoung segera menarik pergelangan tangan Soobin untuk pergi ke tempat yang lebih sepi.

"Chae, lo mau bawa gue kemana?!"

PLAK

"Brengsek!"

"Lo apa-apaan sih?!"

Chaeyoung menunjuk wajah Soobin. "Lo lupa tanggung jawab lo. Lia istri lo, Bin. Lo lupa, hah?!"

"Nggak ada urusannya sama lo!"

"Kalo lo inget Lia istri lo kenapa lo harus sama cewek lain?" Chaeyoung memelankan suaranya sehingga terdengar sedikit bergetar.

Soobin berusaha meredam emosinya. "Sekali lagi gue bilang, bukan urusan loㅡ"

"Tapi sakitnya Lia itu urusan lo, Bin!" Chaeyoung menekan dada Soobin dengan jarinya.

"Lo nggak usah- apa lo bilang? Sakit? Lia sakit?"

Chaeyoung tersenyum miring. "Lo bahkan nggak tau, Lia ngidap apa selama hamilnya. Bener-bener lo, Bin!"

"Lia kenapa?"

"Lo nanya gue? Emang gue ada urusannya sama ini, hah?"

Soobin seketika mendekat untuk memegang kedua lengan Chaeyoung. "Jawab!"

"Tapi gue emang nggak berhak, Bin. Biar Lia yang jelasin semua ke lo. Itu juga kalo Lia bangun.."

Soobin mencengkram kuat kedua lengan Chaeyoung kala mendengar setiap kalimat dari mulut gadis itu. Padahal Soobin tau niat Chaeyoung baik, tapi kalutnya itu yang bikin Chaeyoung dengan enaknya bicara sembarangan.

"Satu hal yang perlu gue kasih tau.." Soobin menggantung kalimatnya.

"Tadi gue nggak lagi ngapa-ngapain sama Minju."

"Minju? Oh jadi namanya Minju.." Chaeyoung tertawa meremehkan.

"Gue harap lo bisa jaga sikap, Chae. Kalo lo nggak tau yang sebenernya gimana." Soobin akhirnya melepaskan cengkraman pada lengan Chaeyoung. Matanya menatap tajam gadis di hadapannya sebelum benar - benar pergi.

Chaeyoung yang masih berdiri terdiam menatap punggung Soobin kian menjauh.

"Bego. Lo yang salah, tapi nggak mau disalahin."

tbc.

SOON TO BE A PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang