17. Suddenly

5.8K 815 71
                                    

Lia terbangun dari tidurnya karena merasa haus. Dahinya menyerngit ketika merasakan sesuatu yang berat menindih dadanya. Sambil mengerjapkan mata, Lia berusaha melihat ke arah jam dinding.

Jam 11 malam.

"Soobin?" Bisik Lia saat melihat ternyata tangan Soobin yang memeluk atau lebih tepatnya menindih dada Lia.

Dengan pelan Lia singkirkan tangan Soobin untuk beranjak membuat Soobin menggeliat dalam tidurnya.

"Eungh.." Lia segera menghentikkan pergerakannya begitu Soobin melengguh namun sesaat kemudian langsung mendorong tubuh Soobin menjauh agar memudahkannya beranjak.

"Mau ke mana?" Suara serak Soobin layaknya suara baru bangun mengintrupsi kegiatan Lia. Kedua tangannya yang tiba-tiba memeluk Lia membuat perempuan itu tambah susah beranjak.

"Ma-mau ambil minum." Jawab Lia.

"Di mana?"

"Dapur."

"Jangan pergi." Soobin menidurkan kembali tubuh Lia yang tadi sudah berubah menjadi duduk. Namun Lia langsung menolak.

"Haus, Bin."

"Cuma ke dapur, kan?"

Lia melirik ke Soobin yang masih memejamkan mata. "Iya."

"Nggak pergi kayak tadi lagi?" Nada suaranya terkesan merajuk kali ini.

"Enggak, Soobin."

"Yaudah." Soobin akhirnya melepaskan pelukan. Lia langsung menghempaskan selimut dan duduk di pinggiran kasur sebelum berdiri. Namun lagi-lagi Soobin menahannya dengan memeluk leher Lia dari belakang.

"Jangan lama-lama." Bisiknya dan dihadiahi satu kecupan di tengkuk Lia.

Lia menahan napas dibuatnya. Rasanya aneh Soobin bersikap seperti ini. Padahal baru saja tadi pagi suaminya itu menamparnya.

Lia pun hanya mengangguk pelan sambil menepuk tangan Soobin dua kali mengkode untuk melepas pelukannya.

"Sini dulu." Soobin masih menahan Lia. Lelaki itu menarik pipi Lia pelan lalu mengecup bibir istrinya lumayan lama.

"Aku aja yang ambilin."

Lia hanya bisa mematung mendapat perlakuan seperti tadi dari Soobin. Apa itu tadi? 'Aku'? Setelah suaminya itu keluar dari kamar, Lia masih saja duduk di pinggiran kasur sambil menatap lurus ke luar kamar (karena pintunya tidak tertutup).

Namun karena Lia merasa tubuhnya juga agak sakit karena kebanyakan tidur, Lia pun memutuskan untuk menyusul Soobin.

"Kenapa, Li? Kamu mau apa?" Soobin yang sedang menuangkan air tiba - tiba langsung berhenti hanya untuk menuntun Lia yang kesusahan berjalan karena beratnya si bayi dalam kandungan.

"A-aku mau minum aja." Jawab Lia setelah Soobin mendudukannya di salah satu bangku.

"Kan aku lagi ambilin, kamu kenapa turun hm?" Soobin mengelus belakang kepala Lia.

"Pegel, butuh gerak."

"Yaudah ini kamu minum dulu. Abis ini mau gimana?"

Lia menerima gelas dari Soobin dan langsung meneguk habis air di dalam gelas tersebut.

"Aku mau nonton."

"Oke, kamu ke ruang tengah duluan aja. Biar aku siapin filmnya."

Lia segera menahan tangan Soobin dan menggeleng pelan. "Di kamar aja."

Soobin hanya nurut. Ke kamar lah mereka berdua. Berusaha setenang mungkin karena tidak mau membangunkan Papa dan Mama nya Soobin.

Setelah menyelimuti diri, mematikan lampu kamar dan meninggalkan lampu tidur, juga laptop di pangkuan Soobin, mereka siap untuk nonton.

Dan film yang dipilih adalah 'On Your Wedding Day'. Kisah tentang sepasang teman dekat dari masa SMA, berubah menjadi sepasang kekasih, lalu mengalami pahitnya hubungan, lalu kembali bersama lagi. Padahal keduanya sudah tau bahwa film itu memiliki ending yang tidak diinginkan penonton.

"Nyender aja sayang nggak papa."

Tunggu tunggu! Soobin nggak kebentur apa-apa kan? Histeris Lia dalam hati.

Padahal tadi Lia hanya memiringkan kepalanya karena pegal, namun tiba - tiba Soobin bicara seperti itu.

"Sini." Soobin merangkul bahu Lia dan Lia segera menyenderkan kepalanya di dada Soobin.

Mereka menonton dengan khidmat. Terkadang diselingi tawa renyah mereka di malam hari ini karena sesuatu yang lucu dalam film. Terkadang juga Lia senyum-senyum baper karena sang aktor.

Sampai filmnya ingin berakhir, Soobin merasakan tubuh Lia makin berat ke arahnya. Dia pun melirik Lia dan hanya bisa tersenyum geli mendapatkan istrinya terlelap selagi menonton. Jam di laptop sudah menunjukkan pukul 12.34 malam. Wajar saja ketiduran saat sedang seru-serunya.

Soobin dengan pelan memindahkan laptop pada tempat terdekat baru setelah itu membenarkan posisi tidur Lia. Agar Lia tidur senyaman mungkin.

Soobin menepuk-nepuk bahu Lia pelan. Matanya tidak lepas sedetik pun pada wajah Lia. Seakan wajah Lia adalah hal yang paling nikmat untuk ditatap.

"Maaf, Li." Gumamnya pelan. Soobin mendekatkan wajahnya untuk mengecup kening Lia.

"Maaf sekali lagi." Lalu ujung hidung Lia.

Dan terakhir, Soobin memiringkan kepalanya untuk mengecup bibir Lia.

Rasa hangat menjalar pada tubuh Soobin. Lia masih tenang dengan nafas teraturnya saat tertidur. Entah kenapa, perasaan Soobin begitu tenang hanya dengan mendengar deru nafas beraturan Lia.

Diusapnya pipi Lia dengan lembut. Seakan tidak mau menyakiti barang se-cm. Tatapan mata Soobin yang teduh dan penuh kasih diperuntukan untuk Lia.

Drrt

Drrrtt

Drrrrttt

Soobin berdecak kesal. Dari tadi ponselnya terus bergetar di atas meja. Soobin kira kalau diacuhkan akan berhenti, tetapi ternyata tetap bergetar seakan menginginkan jawaban Soobin.

Setelah mengecup pipi Lia sekali, Soobin langsung menggulingkan tubuhnya pelan untuk meraih ponselnya di atas nakas samping kasur.

"Hhhh..." Soobin membuang nafas panjang melihat apa yang muncul pada layar ponselnya.

294 chat from Minju

91 missed call from Minju

Dengan satu tangan memegang ponsel dan satunya lagi untuk mengusap kepala Lia.

Tanpa pikir panjang, Soobin segera mematikan daya.

tbc.

nggak seru nih kalo soobin nya belum dapet karma hehehehe

SOON TO BE A PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang