19. She Should Know

5.5K 789 19
                                    

Soobin tak habis pikir. Setelah dia kira hanya akan bertetangga dengan Minju, ternyata juga akan bertetangga dengan Hwall dan Hyunjin. Ingin menolak pun percuma, orang tua mereka sudah menandatangani dan membayar penuh untuk rumah itu. Sama seperti Lia, walaupun dia tidak ingin pisah jauh dengan keluarganya, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Dan sekarang mereka sedang berada di rumah si kembar. Terkecuali Minah dan Irene, mereka pulang setelah Lia dan Soobin diajak mampir ke rumah si kembar itu. Awalnya Soobin menolak, tapi karena Lia ingin jadi mau tidak mau Soobin ikut juga.

"Jadi kapan lahiran, Li?"

Lia menelan sebentar air putih yang baru masuk ke tenggorokannya. "Kalo nggak pertengahan Mei, ya awal Mei."

"Dua mingguan lagi ya." Hyunjin menganggukkan kepalanya, lalu matanya beralih ke Soobin. Hyunjin dapat melihat tatapan benci Soobin kalau pria itu menatap kembarannya. Hyunjin pun menyenggol sebelahnya dan Hwall ternyata juga sedang membalas tatapan sinis Soobin.

Lia yang sadar segera mengalihkan percakapan. "Kalian gimana? Kuliah?"

"Kan kerja di kafe Mama." Jawab Hyunjin membuat Lia menggaruk tengkuknya.

"Bin, minum dulu itu." Suruh Lia dan akhirnya Soobin pun mengalihkan pandangan dia ke arah lain.

"Di rumah sepi banget?" Tanya Lia.

"Iya, lagi pada pergi. Makanya kita pulang hari ini." Jawab Hwall sambil tersenyum manis.

Tak

Suara gelas yang diletakkan dengan kencang di meja mengalihkan atensi ketiga orang lainnya.

"Li, mau ikut gue ke taman belakang?"

Lia melirik Soobin di sampingnya. Tapi suaminya itu terlihat biasa saja dengan tawaran Hwall padanya. Malah terlihat Hyunjin yang seperti panik mendengar Hwall menawarkan hal tadi pada Lia.

"Boleh." Jawab Lia masih melirik Soobin. Namun lagi, seperti tidak perduli Soobin malah bersandar lalu membuka ponselnya.

Lia pun akhirnya mengekori Hwall dari belakang. Masih setia sesekali melirik Soobin yang bahkan masih tetap terlihat acuh tak acuh.

"Sorry agak berantakan. Bibi lagi pulang kampung jadi nggak ada yang ngurus tamannya."

"Ini masih keliatan cantik kok." Lia mengedarkan pandangannya.

"Duduk sini, Li." Hwall mendekati sebuah ayunan dan Lia segera menghampirinya lalu duduk.

Hwall masih berdiri di belakang Lia. Dia mengayunkan dengan pelan ayunan itu. Lalu tersenyum begitu melihat Lia terlihat menikmati udara di taman rumahnya ini.

"Kok kita berasa pasutri ya." Hwall tertawa garing. Lia melunturkan senyumnya. Karena faktanya, Lia juga merasakan hal yang sama.

"Lia."

"Hm?"

"Gue bukannya mau ikut campur urusan rumah tangga lo, tapi.."

Lia mengerutkan keningnya, mendongak untuk menatap Hwall.

"Gue ngerasa lo nggak bahagia sama Soobin."

Lia mematung masih dengan menatap Hwall. Tangannya yang awalnya berpegangan pada ayunan langsung melemas dan terlepas begitu saja.

"Gue tebak.. lo terpaksa kan nikah sama Soobin?" Hwall menunduk untuk membalas tatapan Lia. Keduanya mematung seperti itu selama beberapa detik sampai akhirnya Lia berdehem dan mengalihkan pandangannya ke depan.

"Ka-kata siapa?" Jawabnya gugup.

Hwall merasakan ada hal yang tidak beres. Dia pun pindah tempat ke hadapan Lia dan berjongkok di sana. Tangannya menyampirkan rambut Lia yang menutupi wajah cantiknya. Dan dugaan Hwall benar, Lia sedang menahan tangis.

SOON TO BE A PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang