Sudah empat bulan Lia tinggal di rumah keluarga Soobin. Empat bulan itu juga Lia dibuat bingung dengan sikap pria itu. Kadang perlakuannya manis, bahkan sangat manis. Kadang seperti orang yang tidak perduli. Soobin juga masih sering meninggalkannya tiba-tiba saat mereka sedang berada di luar. Contohnya adalah tadi pagi, mereka ke rumah sakit untuk periksa morning sick nya Lia. Fyi, mereka memutuskan untuk tidak melakukan USG sebagai kejutan saat melahirkan nanti.
Tapi saat sedang giliran Lia, Soobin mendapat panggilan dari seseorang. Dan setelahnya izin pada Lia untuk pergi dan menyuruh Lia pulang menggunakan taksi. Lagi. Mau tidak mau Lia mengikuti perintah suaminya. Begitu lah Soobin. Dirinya berubah semenjak menikah. Di awal pernikahan, mereka masih seperti biasa, masih seperti sepasang sahabat. Tapi makin ke sini Soobin lebih sering mengabaikannya. Bahkan saat Lia sedang ngidam, mama atau ibu nya yang mengabulkan.
Tapi sepertinya sekarang Lia tidak bisa merengek pada ibu nya. Karena, sekarang jam setengah satu malam dan Lia benar-benar ingin makan nasi goreng dekat kampus Hyunsuk. Di sana, di pinggir jalannya ada tukang nasi goreng yang buka dari jam tujuh malam hingga subuh. Dan Lia ingin itu sekarang.
Ditatapnya Soobin terlelap di sampingnya. Ingin membangunkan, tapi takut. Lia ragu. Sampai akhirnya Lia memberanikan diri untuk membangunkan Soobin. Terakhir kali Lia membangunkan Soobin tengah malam adalah ngidamnya yang pertama, yang membuat Soobin entah sadar atau tidak membentaknya. Itu lah yang membuat Lia segan meminta ini itu pada Soobin.
Sayang sekali, Lia ngidam di tengah malam lagi.
"Bin." Lia menepuk sekali pundak Soobin.
"Soobin." Bisiknya.
"Aku.. aku mau nasi goreng."
Soobin belum menunjukkan tanda-tanda bangun. Lia sendiri bingung harus gimana baguninnya.
"Soobin, bangun." Lia menggoyangkan tubuh Soobin.
"Eungh!" Soobin menggeliat, tangannya menghempaskan tangan Lia dengan kasar.
Lia kaget karena hampir saja kena perutnya yang sudah membuncit itu. Lia berdesis kesal. Dia pun memilih untuk tidak membangunkan Soobin lagi. Tapi sebelum itu, Lia memukul pelan tubuh Soobin karena kesal lalu memunggunginya.
Setelah bergelut dengan pikirannya, Lia pun memutuskan untuk menelfon Hyunsuk. Kakaknya itu di malam minggu seperti ini pasti bergadang. Biasanya sih seperti itu.
Dan benar, langsung diangkat.
"..."
"Halo Kak! Anu.. aku maㅡ"
Srett
"Kamu ngapain sih?" Protes Lia saat ponselnya ditarik paksa dari belakang oleh Soobin dan mematikan sambungan telfon secara sepihak.
"Gue beliin. Nasi goreng deket kampus Bang Hyunsuk nggak pake acar, telornya dadar dan pedesnya sedeng." Masih dengan mata terpejam, Soobin berdiri untuk mengambil hoodienya.
Lia sedikit terenyuh dengan sikap Soobin sekarang. Dirinya diam-diam tersenyum melihat Soobin masuk kamar mandi untuk membasuh muka bantalnya.
Saat sudah siap untuk berangkat, Soobin berhenti di pintu kamar. "Oh iya Li."
"Hm?"
"Chargerin hape gue dong."
Lia hanya mengangguk dan melakukan apa yang disuruh Soobin. Layar menyala pertanda charger itu masuk. Tapi yang membuat Lia masih betah menatapnya karena ada banyak pesan masuk dari seseorang bernama Minju. Ketika Lia ingin buka, ponselnya terkunci. Baru kali ini, Soobin mengunci ponselnya. Sekalinya Soobin pakai kata sandi, Lia selalu diberi tau.
Sudah lah. Lia tidak ingin berprasangka buruk.
Sembari menunggu Soobin kembali, Lia memilih untuk memainkan ponselnya. Juga menjawab pertanyaan Hyunsuk karena telfon mereka tiba-tiba terputus. Lia terpaksa berbohong lagi pada Hyunsuk. Setiap Soobin membuatnya sedih, Lia tidak pernah memberi tau pada Hyunsuk. Alasannya satu, Lia hanya tidak mau pertemanan Soobin dan kakak nya hancur.
Setengah jam berlalu dan Soobin sudah kembali ke rumah dengan pesanan Lia. Lia sebenarnya sudah ingin tidur, tapi rasa ngidamnya lebih besar dibanding rasa kantuknya.
"Nggak usah ngadu ke Bang Hyunsuk."
Lia yang ingin membuka bungkus nasi goreng nya terhenti. "Hah?"
Soobin yang masih berdiri di samping kasur melipat kedua tangannya di depan dada. "Kalo gue nggak mau nurutin ngidamnya lo itu. Lo nggak usah ngadu ke Bang Hyunsuk."
Lia sedikit tidak suka mendengarnya, dia pun mengabaikan Soobin. Tapi Soobin kembali berbicara yang membuat mood makan Lia langsung hilang.
"Gue tau lo lagi hamil. Tapi nggak usah manja dikit-dikit minta ini lah. Itu lah. Lo jadi ngerepotin orang rumah tau nggak?"
Soobin benar - benar berubah.
"Gue udah rela malem-malem keluar, mana rasa terima kasih lo? Dimakan!"
Lia langsung menyuap kembali nasi itu ke dalam mulutnya. Rambutnya sengaja di kedepan kan untuk menutupi wajahnya yang memerah karena menahan tangis. Soobin benar-benar kasar pada istri yang sedang hamil muda.
Soobin mengambil ponselnya yang sedang dicharger. "Urusin aja urusan pribadi lo. Nggak usah kepoin urusan gue, Li. Gue nggak suka." Lalu keluar kamar.
Perlahan air mata Lia mengalir ke pipinya. Bukan sekali dua kali Soobin protes tentang sikapnya. Tapi bukankah wajar bagi ibu hamil bersikap manja dan banyak mau. Apa lagi terhadap suaminya. Seharusnya Soobin tau konsekuensi menjadi suami dari istri yang sedang hamil. Soobin benar-benar tidak bisa memaklumi.
Ada satu nama yang membuat Lia berprasangka buruk akibat perubahan sikap Soobin. Yaitu Minju. Tapi begitu Lia kembali mengingat, dia seperti tidak asing dengan nama itu.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOON TO BE A PAPA
FanfictionBegini perubahan si bad boy Soobin ketika dirinya tau akan segera memiliki anak dari sahabatnya sendiri, Lia. Rank #1 soolia 190707 #1 choilia 190918 #1 txzy 190923 #1 choijisu 191013 #1 yeonjun 191030 ...