25. Sudden Decision

6.2K 838 64
                                    

Sekeluarga heboh dengan keputusan mendadak yang dibuat Lia. Irene segera menasihati perihal Jibin yang sudah hadir ditengah kehidupan mereka. Begitu pun Minhyuk, bapak satu anak itu segera berbicara face to face dengan Soobin untuk membahas gugatan cerai yang dilayangkan Lia untuk Soobin.

"Kenapa, Bin?"

Soobin tertunduk, diam.

"Kenapa Lia sampe minta cerai disaat-saat kayak gini?"

Soobin memejamkan matanya beberapa saat namun mulutnya tak kunjung terbuka.

"Jawab Soobin, jangan pengecut kamu jadi laki-laki!" Minhyuk menggertak suaranya namun tetap dalam volume yang rendah.

"Apa yang kamu perbuat, huh? Jawab Papa!" Minhyuk mendorong bahu kiri Soobin.

"Om udah Om, jangan dipaksa dulu mungkin Soobin masih shock." Yejin mendatangi keduanya dan menarik pelan bahu Minhyuk supaya mundur kembali pada posisi duduk normalnya.

"Jibin sama siapa?" Tanya Soobin setelah sejak tadi tidak mengeluarkan suaranya.

Karena yang Soobin ingat, Jibin dititipkan pada Yejin sebelum gadis itu menyusul kedua pria ini di halaman rumah sakit.

"Tidur, sama susternya."

"Yejin, bilang sama nih anak, omongin sejujur-jujurnya kalo masih mau dibantu sama orang tua." Ucap Minhyuk sebelum melangkahkan kakinya kembali masuk ke dalam rumah sakit.

Yejin menghela nafas malas lalu duduk ditempat Minhyuk duduki tadi, "Mau ngomong nggak?" Tanya Yejin lalu meneguk air mineral dari botol minum ditangan Soobin.

Soobin menatap Yejin dengan pandangan pasrah, "Jangan potong sebelum gue selesai cerita."

"Setuju!"

Yejin menuruti kemauan Soobin dengan tidak memotong ceritanya. Padahal Yejin sudah mati-matian menahan emosi juga untuk tidak mengeluarkan kalimat kasar yang sebenarnya ingin dilontarkan pada Soobin tatkala ia mendengarkan cerita itu.

Soobin menceritakan semuanya dari awal ia menjalin hubungan dengan gadis bernama Minju disaat statusnya adalah suami sah Lia. Sampai saat ia mengakhiri hubungannya dengan Minju demi Lia dan anaknya. Atau yang bertepatan dengan hari lahirnya Jibin.

Sore itu dihabiskan keduanya di halaman rumah sakit. Yejin sedikit tidak percaya dan sangat kecewa dengan sikap Soobin pada sepupunya. Terlebih gadis dengan gigi kelinci itu tau bahwa Lia mencintai Soobin tulus dari pria itu masih memiliki kekasih bernama Chaeyoung.

Kebaikan dan sabarnya Lia yang terlintas dalam pikiran Yejin menambah rasa sakit yang ikut ia rasakan sekarang. Ingin rasanya Yejin memaki Soobin semaunya.

Yejin memejamkan mata lalu mengambil nafas dalam, "Bego. Lo bego banget sumpah, Bin!" Ucapnya dengan pelan.

"Iya gue tau, gue emang bego. Tapi itu semua karena gue sempet mikir nggak mau seumur hidupnya Lia sama cowok nakal kayak gue. Lo tau kan seberapa berbanding terbaliknya gue sama Lia? Gue yakin Lia juga nggak bakal bahagia kalo menjalin hubungan sama orang yang bukan dia cintai, Jin!"

Yejin menahan nafasnya mendengar penuturan Soobin, "Udah bukan bego lagi ini ma, DONGO! Sumpah pengen gue jambak rasanya!"

"Lo sahabatan sama Lia berapa tahun sih?" Tanya Yejin.

Soobin mengangkat bahunya, "Ck tau lah, dari kecil."

"Gimana Lia kalo lagi suka sama orang?"

Soobin mengerutkan keningnya, "Lia nggak pernah suka siapa-siapa."

Yejin rasanya mau ketawa. Ngakak lebih tepatnya.

"Gimana Lia buka hati buat orang lain kalo selalu lo, lagi-lagi lo, dan lo terus yang berkeliaran di hidupnya. Lo nyadar nggak sih, Bin?"

"Ngomong apa sih lo diulang-ulang gitu?" Soobin mengusap dahinya.

"Gini loh Bin, sebenernya penyebab Lia nggak pernah suka sama orang lain, itu karena Lia suka sama lo!"

Soobin ngeblank. Asli kayak mendadak sunyi gitu indra pendengarannya.

"Lo bayangin, 24 jam disisi Lia, jagain Lia kalo ada cowo yang mau deket sama dia. Terus dimana kesempatan buat Lia bisa buka hati untuk orang lain selain lo, Sobiiiinn??"

Soobin mengerjapkan matanya dua kali. Mulutnya tiba-tiba terasa kaku untuk digerakkan.

"Lo nggak tau kan, kalo Lia antusias banget nyeritain tentang lamaran lo. Iya lo nggak tau, karena lo sibuk sama si Minju Minju itu!"

Soobin tiba-tiba berdiri, Yejin menatapnya dengan kerutan di dahi.

"Mau ke mana lo?" Yejin menyusul Soobin yang masuk ke dalam rumah sakit sambil menyolek lengannya.

"Gue nggak tau. Nggak pernah tau kalo Lia..."

"Sekarang lo tau kan?" Yejin naikkin alisnya.

"Lo lagi nggak bercanda kan, Jin?"

Yejin merotasikan matanya malas, "Lagi kayak gini lo pikir sempet gue nyusun skenario gitu?" Kesalnya.

Soobin menghentikkan langkahnya, kembali mengusap dahinya dengan pandangan tak percaya. Yejin ikut berhenti dan menatap Soobin heran.

"Bin, udah lah mending lo omongin baik-baik. Lagian, Jibin butuh seorang bapak, nggak mungkin sih kalo Lia dengan berani ceraiin lo gitu aja. Atau mungkin udah ada pengganti- nggak Bin, gue bercanda." Hentinya ketika Soobin menatap dengan tatapan sinis.

Soobin kembali melangkahkan kakinya, Yejin menghela nafas lalu menyusulnya dari belakang. Mereka kembali di depan ruangan Lia berada.

"Masuk sana, omongin pelan-pelan. Inget Jibin, Papa Soobin."

Soobin tersenyum simpul mendengar ucapan Yejin. Satu tangan terangkat untuk membuka knop pintu. Namun suara gelak tawa dari dalam sana menghentikkan kegiatannya. Dahinya mengerut ketika mendengar suara Lia tertawa bersama seorang pria. Dan kalau dipikir-pikir suara pria itu tidak asing baginya.

"Ada siapa dah?" Gumam Yejin.

"Lo ngapain diem aja? Masuk!" Yejin mendorong bahu Soobin.

"Di dalem ada orang ya?"

"Ya ada lah, ada Lia pasti."

Soobin berdecak. Sepersekon kemudian kembali terdengar suara tawa dari dalam sana. Soobin yang makin penasaran segera membuka pintu.

Dan ternyata benar, Lia sedang bersama seorang pria. Dengan posisi Lia bersandar pada kasur dan Jibin di dalam pelukannya, dan pria itu duduk di pinggir kasur sambil merangkul Lia dari jarak dekat.

Yejin melirik Soobin yang terdiam di ambang pintu, "Eu... eh ada Hwall."

Hwall segera menjauhkan tubuhnya dari Lia melihat Soobin dan Yejin mulai masuk. Lia hanya menunduk tidak berani menatap Soobin.

"Li.." Panggilnya membuat Lia mau tidak mau menatap suaminya itu.

"Hm?"

"Kayaknya kamu serius mau cerai sama aku ya?"

Sedangkan disebelahnya, Yejin memukul dahinya sendiri medengar pertanyaan konyol Soobin.

tbc.

soobin lemah, diliatin pemandangan gitu aja udah goyah halah

SOON TO BE A PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang