"Kamu serius, Bin?"
Soobin mengangguk tanpa ragu, "Kita udah bahas ini, Bun, Ma. Aku sama Lia yakin ini jalan terbaik bagi kita bertiga."
Irene dan Minah bertukar pandang. Lalu keduanya terdiam larut dalam pikiran masing-masing. Di depan mereka terdapat Soobin yang sedang was-was menunggu persetujuan keduanya.
"Berapa biaya untuk proses bayi tabung?" Tanya Irene, membuat Minah dan Soobin kompak menatapnya.
"Anu.. itu. Sebenernya, kita udah rutin bolak balik rumah sakit untuk tindakan medis. Tapiㅡ"
"Kalian bahagia?" Tanya Irene lagi dengan pertanyaan yang berbeda.
"Bunda pasti tau kan, Lia mau punya anak lagi. Jibin juga.. selalu bahas tentang bayi di rumah."
"Kalo kalian bahagia, Bunda setuju." Irene menggenggam tangan Soobin.
"Mama juga setuju, sayang. Asal semua yang terbaik untuk anak-anak Mama." Minah mengelus kepala Soobin layaknya Soobin masih lah anak laki-laki kecil baginya.
"Urusan biaya biar Ayah yangㅡ"
"Tabungan Soobin cukup kok untuk 80 juta. Bahkan lebih dari cukup."
"Simpen tabungan kamu untuk masa depan kalian. Biar Ayah yang nyelesaiin soal biaya." Irene tetap pada pendirian.
"Enggak Bun, tolong jangan. Lia istri Soobin, Soobin bisa urus semua."
Irene ingin menyanggah namun Minah lebih dulu menepuk pundaknya, "Kita percayain semuanya ke Soobin."
"Makasih Ma.. Bun."
Hari hari berlalu setelah percakapan itu. Mereka berdua bahkan dengan Jibin merasakan aura positif tiap kali Lia menjalani tindakan medis untuk persiapan bayi tabung. Mereka menjadi keluarga yang sudah bahagia menjadi lebih bahagia dengan ini.
Walaupun Lia tidak bisa merasakan lagi rasanya hamil, namun ia dapat merasakan kehadiran malaikat kecilnya di dalam lubuk hati Lia. Tidak ada gunanya jika ia tangisi kekurangannya kali ini, yang perlu ia lakukan adalah bersyukur. Bersyukur karena Tuhan masih memberikan jalan untuk kebahagiaannya. Kebahagian mereka.
Jibin yang sudah berumur dua setengah tahun itu sudah pandai bercakap. Anak laki-laki itu tidak berhenti membicarakan sang adik yang telah dijanjikan kedua orang tuanya. Bahkan Jibin dengan suara nyaringnya mengatakan bahwa ia akan berbagi robot-robotan miliknya untuk adiknya nanti.
Padahal Jibin terbilang pelit soal berbagi mainan. Contohnya dengan Hyejoon dan Hyesung, sepupu kembar yang berbeda satu tahun darinya. Anak pertama dari pasangan Yejin dan Hyunjin itu sering kali dipinjamkan robot mainan Jibin agar tidak menangis. Jibin yang juga masih belum mengerti merengek meminta robotnya dikembalikan.
Soobin tertawa kecil mengingat itu semua. Ia jadi tidak sabar dengan kehadiran anak keduanya nanti. Memikirkan bagaimana Jibin akan bermain dengan adik kecilnya, membayangkan senyum Lia ketika menggendongnya. Soobin tidak sabar itu.
Dan kesabarannya sudah terbayar sekarang. Berbulan-bulan menunggu dengan penuh perjuangan dan selalu berdoa demi kesehatan bayinya, hari ini akhirnya. Soobin kembali mengucap rasa syukur ketika memasuki ruang bersalin dan mendapati Lia sedang menggendong bayi mungil dengan balutan kain berwarna merah muda.
Sesuai dugaan, anaknya perempuan.
"Sayang..." Panggil Lia haru. Ia menangis. Namun ini adalah tangisan bahagia.
Soobin menghampiri Lia memeluk istrinya serta anak perempuannya itu, "Terimakasih Tuhan."
Ini adalah hari spesial bagi mereka. Tuhan telah menganugrahkan seorang gadis polos nan cantik yang mereka beri nama Choi Dabin.
Mendengar berita itu, Jibin dengan antusias dan semangatnya mengatakan ingin melihat dede bayi. Yejin beserta Hyunjin mengantar Jibin ke rumah sakit untuk menemui kedua orang tuanya serta dede bayi yang ia tunggu-tunggu selama ini.
Mereka senang dan haru atas kebahagiaan ini. Lia menangisi rasa syukurnya yang masih diberi kesempatan memiliki anak lagi. Anak perempuan yang sangat diinginkannya serta Soobin dan Jibin. Semoga hadirnya permata dalam keluarga mereka menambah kebahagiaan yang belum lengkap sebelumnya.
"Selamat ya Li." Yejin mengusap bahu sepupunya dengan tatapan haru.
"Makasih Yejin." Jawab Lia tersenyum.
"Itu Jibin pengen banget main sama Dabin katanya, ngerengek aja tuh di luar." Lapor Hyunjin.
Lia terkekeh, "Bayinya belum bisa ditemuin banyak orang, pasti Jibin udah ngambek di luar sama Papanya."
"Hyejoon sama Hyesung mana?" Tanya Lia.
"Di luar juga sama Soobin, kangen Jibin kata mereka ma." Yejin tertawa pelan.
Lia kembali bersyukur mengingat ia memiliki keluarga yang sangat peduli padanya. Keluarga yang selalu ada saat dirinya susah maupun tidak. Selama ini Lia merasa kurang bersyukur, padahal ia memiliki segalanya.
Keluarga yang harmonis, sepupu yang pengertian, anak yang menggemaskan.
Dan tidak lupa suami yang menyayanginya.
Lia lagi-lagi hanya dapat mengucap syukur atas karunia yang Tuhan berikan padanya. Ia kembali pada masa lalu, masa yang menurutnya dunia tidak adil saat ia harus kehilangan janinnya. Namun akhirnya Lia sadar atas apa yang Tuhan mau dengan memberinya cobaan seperti itu.
Lia hanya perlu lebih bersyukur.
Dan begitu lah pada akhirnya Dabin hadir di tengah-tengah kehidupan keluarga kecil ini.
Prequel - 2 ✅
SOON TO BE A PAPA OFFICIALLY ENDED 🙏💚
KAMU SEDANG MEMBACA
SOON TO BE A PAPA
FanfictionBegini perubahan si bad boy Soobin ketika dirinya tau akan segera memiliki anak dari sahabatnya sendiri, Lia. Rank #1 soolia 190707 #1 choilia 190918 #1 txzy 190923 #1 choijisu 191013 #1 yeonjun 191030 ...