Prequel - 1

5.4K 497 10
                                    

PLEASE READ!

Ini prequel ya semuanyaaa. Jadi memang nggak nyambung sama jalan cerita sebelumnya.

Bagi yang belum tau, prequel ini biasanya menjelaskan hal-hal yang mungkin bersikap flashback gitu. Atau bagian-bagian yang kurang lengkap dari cerita sebelumnya.

Kalo ada yang salah, tolong koreksi ya ^^

Happy reading...

"Iya iya jangan bawel gue jadi panik nih!"

Terdengar suara sautan tawa dari sambungan telfon. Gadis itu menghela nafas merengut. Tangannya keringat dingin memegang stir dan ponsel yang masih bertengger di depan telinganya.

"Lo nggak pingsan kan?" Suara di telfon kembali terdengar.

"Ya enggak lah! Udah ya gue matiin, sampe ketemu di rumah sakit."

"Eh jangan ngebut lo awas aja!"

"Iya kakak ku sayang." Gadis itu segera mematikan sambungan secara sepihak untuk segera melaju ke tujuannya, rumah sakit.

Senyum terukir di wajahnya. Ia memekik pelan.

Akhirnya...

Sesampainya di tujuan, dengan tas selempang bertengger di bahunya, gadis itu buru-buru memasuki rumah sakit. Berhenti di depan resepsionis untuk menanyakan seseorang yang akan ia temui saat ini.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Ruang Nyonya Choi yang VIP di lantai berapa ya?"

"Ruangan bersalin di lantai 2, untuk nomor ruangan VIP nya di... sebentar ya."

Gadis itu mengetukan jarinya di meja resepsionis. Tidak sabar menunggu jawabannya.

"Ruangan nomor 1."

"Oh makasih." Buru-buru ia pergi untuk ke ruangan yang dimaksud. Namun kakinya tidak sengaja menginjak tali sepatunya yang lepas membuat keseimbangan gadis itu oleng.

Untungnya ada seseorang yang sigap menangkap bahunya.

"Ya ampun Mbak nggak papa?"

"Makasih banyak Mas, iya nggak papa kok."

"Hati-hati lain kali Mbak, ini lagi hamil gede lho."

"Hehe iya, saya akan lebih hati-hati kok. Makasih sekali lagi, maaf ya lagi buru-buru."

Dengan perut besarnya, gadis itu kembali berlari kecil setelah memasukkan asal tali sepatunya ke dalam. Untungnya lift tidak ramai. Ia bersyukur tidak akan berdesak-desakan.

Pintu lift terbuka, tanpa memperhatikan yang lain, ia kembali keluar dengan cepat. Matanya menelusuri setiap angka di ruangan. Katanya ruangan nomor satu, itu berarti ruangannya berada di pojok.

Dan ya benar. Ia menemukan kakak sepupunya sedang duduk di bangku yang tersedia di sana.

"Kak Hyunsuk!"

"Eh jangan lari Yejin, aduh batu banget lo!"

Yejin hanya dapat menampilkan cengiran khasnya. Sudah cukup ia hampir terjatuh tadi, ia yakin tidak akan mengulanginya lagi untuk kedua kali.

"Udah bisa dijenguk orang lain?"

Hyunsuk menatap Yejin datar, "Ya bisa lah. Ngapain gue nelpon lo kalo gitu?"

"Ih!"

Bugh

"Aw! Kok gue dipukul?!" Protes Hyunsuk mengusap lengannya yang nyeri akibat pukulan Yejin menggunakan tas selempangnya.

SOON TO BE A PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang