41) Ruang serba putih.

288 11 0
                                    

Mereka yang pergi pasti akan tergantikan dengan yang lebih baik. Percayalah, tuhan maha adil.

SyavGomes.

----

Aku mulai terbangun dan mendengar suara orang sekitar. Mataku sangat berat dan badanku seperti terbelah. Samar samar aku melihat keadaan sekitar. Ruangan serba putih dan bau obat yang kuat.

"Maa" ucapku pelan

Mama pun bangkit dari duduknya

"Hauss mau minum" ucapku lagi

Mama menyodorkan air putih. Dan setelah haus itu hilang aku pun kembali ke posisi tidur lagi.

"Kamu kok ga sadar tdi aja sih?" Ucap mamaku. Ni orang ga bersyukur apa yakk anaknya sadar woy. Untung mamaku:v

"Lah.. yang penting kan aku udah sadar ma. Masih untung aku ga nyusul ayah di surga"  ucapku

"Dari kemarin yang nungguin kamu tuh wahyu" ucapnya

Aku terpaku. Wahyu? Ijah?

"Mama becandanya ga lucu"

"Mama serius. Jadi kemaren tuh habis kamu di temuin sama polisi, wahyu nelfon mama dan nyuruh mama tenang dulu dirumah karena udah malem jadi wahyu ga bolehin mama ke RS. Jadinya mama kesini tadi subuh" 

"Terus kak santi mana?"

"Kalau santi dia gapapa. Cuman luka luka di wajahnya udah diobatin dan dia pulang tadi subuh pas mama kesini. Dia juga tadi kesinii."

"Fikhri gimana?"

"Udah di tangani sama polisi. Sumpah mama ga ngira fikhri kaya gitu. Mama kira fikhri anak baik dan---"

"Ga usah di lanjutin ma. Biarin itu urusan dia sama allah"

"Yaudah mama ke kantin RS bentar ya. Kamu ditinggal gapapa kan?"

"Iya maa. Ati ati yaa jangan ada debu yang nempel"

"Ish kamu"

Sepeninggal mama. Aku pun kembali memikirkan ucapan mama. Apa benar wahyu menjagaku dari kemarin? Aku jadi merasa bersalah karena tidak mendengar ucapannya bahkan bersikap tidak baik padanya.

"Assalamualaikum yaa ahlii kuburr" baru saja aku memejamkan mata ada suara yang sangat familiar di telingaku.

"Ziiidaann?!????!!" Ucapku kegirangan dan langsung bangun hendak memeluknya. Gimanasi reaksi orang ketemu sahabat lama? Ya gitu deh.

Zidan adalah temanku, tidakk tidak. Kami lebih dari teman. Sahabat, saudara, kakak, bapak, babu?? Haha. Kita pernah ada pada satu geng yang sangat besar dan kuat. Namun sayangnya geng itu hancur.

"Eitsss tenangg bos tenang. Inget tuh tangan masih ada infus woy" ucapnya

"Kamu ngapain disini?" Tanyaku

"Lah gaboleh nih? Yaudah gue pulang." Ucapnya sembari hendak pergi dari kamar inapku

"Laahhh kok gitu sih"

"Kagakk becandaa doang aelah. Mana belum dijawab lagi salamnya"

"Oh iyaa. Waalaikumsalam yaa ahli nerakaa"

"Lo kenapa sih?" Tanya zidan

"Nggak kenapa kenapa. Aku sehat lahir batin"

"Sehat pala lo. Dah muka kucel banyak luka, badan biru biru, Infusan, cuman bisa tiduran, bau lagi"

"Ehh jangan sembarangan ya. Gini gini aku harum. Pake parfum dari amsterdam."

"Serah lo. Oh iya ni gue bawain buah kelengkeng fav lo. Sama brownies keju coklat. Martabak"

Bukannya senang, aku merasa ada yang kurang. Biasanya jika aku sakit ada Aurel yang menemaniku dan akan mengupaskan kulit buah kelengkeng. Tapi kini?

"Lahh kok sedih sih?" Ucap zidan yang mungkin menyadari perubahan ekspresiku

"Kangen Aurel ya? Lo tenang aja. Aurel sehat wal afiat. Dia sekarang lagi hamil 4 bulan." Ucapnya lagi

Btw gaes aurel tuh emg dah nikah ya.

"Kok zidan tau sih?"

"Orang gue yg ngehamilin dia"

"Hisss zidan!" Ucapku sambil menyubit lengannya

"Nggakk nggakk bercanda woy. Gue sempet ketemu dia. Gue kan di jakarta. Kita sekomplek gitu sama vivi juga. Malah gue sama vivi beda 3 rumah doang."

"Komplek mana?"

"Eee maaf, bukannya begimana nih. Gue dah janji buat ga ngasih tau ke lo tentang alamat rumah Aurel."

"Sebesar itu ya kesalahan gue ji?"

"No. I proud of you. Tapi ga semua orang bisa nerima kita lagi setelah kesahalan yang kita buat meski itu cuman se titik doang. Setiap masalah ada jalan keluarnya kok"

"Permisii" suara yang sangat ku hafal bebarengan dengan suara terbukanya pintu. Dia, ijah.

"Ehh sorry ganggu. Aku permi--" belum sempat dia menyelesaikan ucapannya aku segera memotongnya.

"Ehh jangan jah. Sinii siniii" ucapku antusias.

"Zidan kasih aku waktu berdua buat sama ijah ya?" Ucapku halus

"As you wish bos!" Ucap zidan

"Jangan macem macem sama bos! Mati lo nanti" ucap zidan sembari keluar dari kamar.

"Ehh maafin dia ya. Emang rada geskrek dia" ucapku

"Deket banget buk? Baru juga yang kemaren selesai" ucap ijah

"Ih apaan dia sahabat lama aku. Namanya zidan"

"Ohh zidan yang dulu ngajak kamu keliling pas aku prank kamu kalau aku pacaran sama Aurel"

"Yap 2juta rupiah"

"Btw gimana keadaanya? Membaikkah? Memburukkah?"

"Baikk kok alhamdulillah. Maaf ya jah waktu itu ga dengerin ijah. Juga ngebentak ijah. Maaf jah"

"Gapap kok. Udah dimaafkan. Yaudah nih aku bawa terang bulan mini. Aku suapin sini"

Ijah pun menyuapiku. Aku sangat merindukan perhatiannya. Bisakah aku bersamanya lagi?




-----

Maaf gaes kalo ga dapet feelnya. Ga mood update. Kemaren udah nulis trus datanya kena hapus😭 Alhasil tulis ulang dan beda banget dri yg pertama:( terus pantengin dan vote oke💙

Satu Kelas.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang