12 tahun kemudian
Tak terasa kini deren dan deira telah tumbuh dewasa, Mansion ini sekarang terasa sepi dan hampa karna semenjak deren dan deira lulus kuliah mereka memutuskan untuk meninggalkan mansion dan berkerja.
Dan hal yang aku takutkan terjadi, mereka membenci justin. Anak-anakku membenci ayah mereka sendiri, aku juga tak bisa menyalahkan mereka yang membenci justin.
Sikap justin kepada mereka menumbuhkan rasa benci dihati mereka, walaupun mereka berkerja di perusahan justin dan tetap satu negera denganku tetap saja aku merasa sedih.
Aku jarang bertemu dengan mereka dan merekapun seolah menghindari ku. Setiap aku menelfon mereka nomor mereka slalu tidak aktif dan sms yang aku kirimpun jarang mereka balas, dan yang membuatku semakin sedih adalah slalu saja ada alasan yang mereka berikan kepadaku setiap kali aku mengajak mereka untuk bertemu.
Dan justin seolah tak peduli dengan itu.
Aku merasa aku tak memiliki siapapun di dunia ini, mom and dad mereka sudah meninggal dua tahun yang lalu karna kecelakaan pesawat.
deren dan deira mereka sudah tak peduli lagi Kepadaku,kadang aku slalu bertanya kepada diriku sendiri seburuk itukah diriku hingga kedua anakku sendiri tak mau bersamaku.
Justin...pria itu masih sama seperti dulu bahkan pria itu semakin mengengkangku, aku tak masalah dengan itu karna aku sudah terbiasa.
Dan sekarang, disinilah aku. Duduk sendirian di kursi taman menanti kedua anakku, berharrap mereka datang dan memelukku. seperti halnya aku yang slalu memeluk mereka.
Sudah dua jam berlalu dan mereka belum datang juga. Dan ponsel merekapun seperti biasa tidak aktif, sebegitu sibukkah mereka sampai tak sempat mengangkat teleponku.Aku resah dan khawatir. Aku takut terjadi sesuatu kepada mereka, dan air mataku jatuh bersamaan dengan jatuhnya air hujan, aku tak berusaha untuk menghindar yang aku lakukan adalah membiarkan tubuhku basah kuyup.
Meresapi detik demi detik air hujan yang berjatuhan dan menerpa tubuhku. Aku tak menghiraukan tubuhku yang mulai menggigil karna dingin, aku menutup mataku berharap semua yang terjadi kepadaku hanyalah sebuah mimpi.
samar-samar aku mendengar suara seseorang yang memanggilku, aku ingin membuka mataku tapi entah kenapa rasanya sangat sulit untuk terbuka.
Hingga semuanya senyap dan gelap.
___________
Aku membuka mataku dan hal yang pertama kali aku lihat adalah wajah cemas juastin, Aku tersenyum lemah lalu tanganku bergerak menyentuh rahang tegas justin membuat pria itu menoleh dan langsung memelukku.
"Akhirnya kamu sadar juga,sayang"ucap justin ditelingaku
"Aku sangat mencemaskanmu, kenapa kamu melakukan itu adara. Tolong berjanji padaku untuk tidak menyakiti dirimu sendiri"kata justin sambil menatapku
Aku menundukkan kepalaku"maafkan aku"
"Justin aku sangat merindukan deren dan deira"ucapku sendu
"Apa mereka baik-baik saja?"tanyaku
"Mereka baik-baik saja, kamu tak perlu khawatir"jawab justin
"Se karang kamu makan yah, biar aku suapin"kata justin sambil melepaskan pelukan kami dan beralih mengambil semangkuk bubur yang berada diatas meja nakas
Aku mengangguk lemah dan membuka mulutku menyambut setiap suapan yang diberikan oleh justin, tak terasa bubur yang berada di mangkuk tadi kini berpindah kedalam perutku.
"Terimakasih"ucapku sambil memberikan gelas yang sudah kosong kepada justin
KAMU SEDANG MEMBACA
MI ESPOSO
RomanceWARNING 21+ jika tidak suka dengan cerita ini silahkan menjauh dan mencari cerita lain bijak-bijaklah dalam membaca,yang masih dibawah umur harap menjauh dari lapak ini.