Aku merentangkan kedua tanganku sambil meregangkan otot-ototku yang kaku karna telah di garap habis-habisan oleh justin, semalam adalah hukuman yang sangat Menakutkan untuk kesekian kalinya.
Bagian ranjang disampingku kosong dan dingin berarti justin sudah pergi cukup lama, aku masih nggan untuk beranjak dari ranjang, tubuhku masih pegal-pegal dan sakit sepertinya aku butuh pijat spa.
"Nyonya Sudah bangun"
Aku terlonjak kaget saat tiba-tiba saja tiara masuk kedalam kamarku tanpa mengetuk pintu terlebih, dasar tidak sopan. Aku menatap tiara yang membawa makanan dan menaruhnya di meja sofa.
"Tiara kau membuatku kaget saja"omelku
Tiara menunduk merasa bersalah"maaf nyonya atas ketidak sopanan saya, saya pikir tadi nyonya belum bangun makanya saya langsung masuk"
"Baiklah kali ini kau ku maafkan tapi ingat jangan ulangi lagi"kataku lalu menyuruh tiara untuk menyiapkan air untukku mandi
Aku melilitkan selimut agar membungkus tubuhku dengan sempurna lalu beranjak berdiri dengan hati-hati, dasar sialan. Suamiku itu sangat senang melihat istrinya kesusahan untuk berjalan.
Tiara yang mengerti langsung membantuku berjalan ke kamar mandi, aku mencegah tiara saat wanita itu pamit undur diri.
"tiara jangan pergi dulu"kataku setelah tubuhku masuk kedalam bathtub dengan sempurna
"Ada apa nyonya?apa ada sesuatu?"tanya tiara
"Iya, tolong pijat aku"perintahku
"Baik nyonya"
____________
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi.
Aku menggeram kesal saat teleponku tak kunjung di jawab oleh deren dan deira, kenapa mereka tak menjawab teleponku, tidak taukah mereka jika aku sangat merindukan mereka dan ingin mengajak mereka makan malam.
"Ada apa, honey"tanya justin yang berada di belakangku
"Ren dan dei tidak menjawab teleponku"jawabku
"Mungkin mereka sedang sibuk, honey"kata justin santai
"Justin akukan sudah sering bilang jangan terlalu membebani deren dan deira dengan pekerjaan "kataku sambil menatap justin yang juga menatapaku
"apa maksudmu honey"kata justin yang terlihat seperti tersinggung dengan ucapanku
"Just mereka berkerja di perusahanmu, dan kamu tau kamu memperkerjakan anak-anakmu sendiri"
"Lalu apa masalahnya!!"kata justin dingin
"Yah karna mereka anak-anak kamu. Kamu jangan terlalu me____"ucapanku terhenti
"aku harus profesonal Adara, tak peduli mereka anak-anakku atau bukan"sela justin
Aku menatap justin sendu"aku merindukan mereka just dan aku ingin sekali bertemu dengan mereka"
"kamu akan bertemu dengan mereka tapi tidak sekarang"
aku menghela nafas"kenapa?"
"Karena mereka aku pindah tugaskan ke perusahanku yang berada di London"
"APA?!!"teriakku terkejut
Aku menatap justin meminta penjelasan, apa maksud ucapannya.
"Kamu bercandakan just, sungguh percandaanmu tidak lucu"kataku sambil tertawa berharap ucapan justin hanyalah sebuah lelucon
"Aku serius,honey"kata justin dengan mimik wajah serius
Aku menatap justin dengan pandangan kecewa dan terluka. Aku sedikit menjaga jarak dengan justin, dapat aku lihat tatapan tak suka yang dilayangkan oleh justin saat aku menjauhinya.
Sumpah demi apapun aku sangat marah dan Kecewa kepada justin, bisa-bisanya justin memisahkanku dengan deren dan deira semakin jauh.
Aku tidak bisa berkata-kata lagi otakku buntu untuk mencerna semua ini, pita suaraku seolah rusak dan tak bisa berfungsi lagi, yang sekarang ada di pikiranku hanyalah deren dan deira.
Apa mereka baik-baik saja?
Rasa takut dan khawatir bercampur menjadi satu, apa ada yang mengurus mereka disana, aku tau mereka sudah besar tapi aku tak yakin mereka bisa mengurus diri mereka sendiri.
Justin terlalu jahat untuk seorang ayah, dan justin juga tak pantas di sebut seorang ayah. Dia bukan manusia yang memiliki hati tapi dia iblis yang tak punya hati.
Plak
Tanpa sadar aku telah menampar justin, dan saat itu pulalah air mataku jatuh. Perasaanku hancur karna kenyataan ini, kenyataan jika aku semakin jauh dengan deren dan deira, anak yang telah Aku kandung selama 9 bulan.
Dan tamparan yang aku layangkan ke pipi justin adalah salah satu refleks rasa kecewaku kepadanya.
Justin hanya diam walau tadi dia sempat terkejut karna aku telah menamparnya, aku meremas kuat ujung bajuku berharap rasa sakit dihatiku bisa berkurang tapi sayangnya tidak berpengaruh sama sekali, malah rasa Sakit itu semakin terasa seiring derasnya tangisanku.
"Kamu jahat just, aku kecewa padamu aku kecewa"teriakku sambil mendorong dada justin kasar
"Apa maumu,HAH?"teriakku histeris
"Tidak cukupkah untuk semua ini, aku lelah just. Aku lelah, aku menyerah"
"Selama ini hanya aku yang berjuang didalam rumah tangga kita, dan kamu. Kamu hanya menonton saja perjuanganku, apa kamu pikir hatiku tak sakit just saat tak bisa tinggal bersama anak-anakku, dan apa kamu pikir aku takan merindukan mereka hingga kamu tega menjauhkanku dengan mereka"lirihku
"Aku lelah just dan mungkin ini saat untuk aku menyerah saja"
Aku semakin muak kepada justin saat pria itu hanya diam saja tanpa merespons apa-apa, dasar iblis.
Tatapanku tertuju pada vas bunga kaca dan pikiran untuk bunuh diri tiba-tiba saja terlintas di benakku. Dan secepat kilat aku Mengambil vas bunga itu lalu membantingnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping dan berserakan di lantai.
Aku mengambil kasar serpihan kaca itu hingga tanpa sengaja aku telah menggores luka di tanganku sendiri, perih. Tapi perih dihatiku lebih mendominasi dari pada perih di tanganku.
Justin melotot dan dia terlihat sangat marah, justin mengepalkan kedua tangannya erat hingga buku-buku harinya memutih, aku tau justin sedang menahan emosinya.
"ADARA"bentak justin
"Lebih baik aku mati saja"kataku sambil mengarahkan serpihan kaca itu ke nadiku
"apa yang kamu lakukan, buang Adara. Jangan bodoh!!"bentak Justin semakin keras
aku tak peduli Dengan bentakkan Justin, aku menutup mataku hingga hanya kegelapan yang bisa aku lihat. dapat aku rasakan tetesan darah dari tanganku menetes ke lantai.
"ADARA"
_____TBC______
Please, give me vote and comment💜💜
ANY
KAMU SEDANG MEMBACA
MI ESPOSO
RomanceWARNING 21+ jika tidak suka dengan cerita ini silahkan menjauh dan mencari cerita lain bijak-bijaklah dalam membaca,yang masih dibawah umur harap menjauh dari lapak ini.