CHAPTER 1

18.2K 486 7
                                    

Cuaca sudah mulai memasuki musim hujan, dan hujan deras membasahi G-City. Mandy berdiri di depan gedung utama kampus menunggu taksi online yang dipesannya.

Kemudian sebuah mobil sport black doff berhenti di dekatnya, kaca mobil itu gelap tak biasa, membuatnya tak bisa melihat siapa yang menyetir di dalamnya. 'Jelas ini bukan Uberku', pikirnya. Namun mobil hitam itu membunyikan klaksonnya seolah memanggil, Mandy pun melangkah dengan ragu mendekati dan mengetuk jendelanya. Gelapnya kaca membuatnya kesulitan untuk mengetahui wajah sang supir. Namun perlahan jendelanya terbuka, "Uber ke rumah susun The Village bukan ya?", pria yang duduk di kursi supir pun mengernyitkan dahinya, "Maksudnya?", tanyanya heran, "Oh maaf, aku kira kamu Uber", Mandy mundur dengan muka sedikit merah karena sudah salah paham, tak mungkin mobil semewah itu digunakan untuk layanan taksi online, 'Bodohnya kamu Mandy', kutuknya pada diri sendiri sambil mengambil langkah seribu meninggalkan TKP dan berdiri di belakang pilar gedung tempatnya berteduh, menyembunyikan dirinya karena khawatir pemilik mobil tersebut menghapalkan wajahnya dari dalam mobil mewah itu.

Tak lama ada suara orang berlari dari arah belakang, Mandy pun menengok, 'Oh.. Mia', mahasiswi yang memiliki predikat tercantik di kampusnya. Mereka tak bertegur sapa, Mandy mengenalnya selewat karena imagenya tersebut, Mia pun langsung melesat ke pintu samping kemudi mobil itu. 'Another rich couple I guess', pikirnya dalam hati.

Mobil itu langsung pergi dengan bunyi knalpot khas mobil sport. 'Semoga pria di kursi driver tidak mempermasalahkan kebodohanku menyangkanya sebagai supir Uber', harapnya sedikit cemas namun segera melupakan kejadian tak penting itu.

Ia pun melihat handphonenya yang masih menampilkan aplikasi Uber, petanya memberitahu bahwa posisi driver baru memasuki gerbang kampus. Ia sudah ingin segera pulang dan istirahat, perkuliahan hari ini menguras energinya dan masih banyak yang harus dilakukannya di rumah.

= = = " = = =

Nenna seperti biasa sedang merajut di kursi sambil menonton TV saat cucu tunggalnya membuka pintu rumah, "Sudah pulang nak? Bagaimana kuliahmu?", sapanya lembut dan Mandy mencium tangan nenek kesayangannya itu. "Lancar Na seperti biasa, maaf aku pulang terlambat, aku masak sekarang ya", katanya langsung meletakkan tas dan mencuci tangan.

Mandy hanya tinggal berdua Nennanya sejak kecil. Ia masih berusia empat tahun saat kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil. Mandy selalu berpikir ia tak punya kenangan apapun tentang kedua orang tuanya, bahkan ia tak memiliki foto keluarga, ia hanya mengenali foto ibu dan ayahnya dari buku kenangan sekolah keduanya. Kadang Mandy merasa aneh berpikir bahwa ia merindukan kedua orang tuanya walau tidak mengingat kenangan akan kebersamaan mereka. Namun perasaan seperti itu selalu segera ia hilangkan, untuk menjaga dirinya dari rasa penasaran akan keutuhan keluarga yang tak pernah ia rasakan.

Jika dari kecil Nenna sudah mengemban tugas menjadi orang tua dan keluarga tunggalnya, kini giliran Mandy yang merawat Nenna, seorang janda berusia 68 tahun dan mengidap autoimun. Di kesehariannya, Mandy kuliah, kerja part time, dan mengurus Nenna. Ia tak pernah mengeluh dan bahagia melakukannya.

= = = " = = =

Jam di kelas menunjukan pukul 15.30, menandakan berakhirnya mata kuliah terakhir di sore hari itu, padahal Mandy masih asik menyimak penjelasan Mr. Jeamy. Ia mahasiswi yang senang belajar, mungkin karena itu kewajiban utama baginya. Hidup hanya berdua dengan Nenna menggunakan uang pensiunnya, membuat Mandy harus berusaha keras meraih program beasiswa sejak bangku sekolah menengah dan mempertahankannya sampai sekarang, harapannya sampai ia lulus kuliah nanti. Ia nyaman dan gemar mempelajari banyak hal, membaca semua hal yang memiliki huruf di dalamnya. Selain karena kebutuhan juga karena bagian dari hobinya.

Bila Hujan Tengah Hari (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang