CHAPTER 4

4.9K 321 11
                                    

Sesuai dengan prinsip Mandy, gosip hanya akan berlanjut jika dibahas terus menerus, dan dengan sikapnya yang tidak mempedulikan gosip yang menimpa, ternyata benar berhasil membuat kabar  tentang kedekatannya dengan Ren semakin memudar. Mungkin karena memang mereka tak pernah terlihat jalan atau ngobrol bersama lagi.

Namun tentu kekesalan perempuan lain terhadap Mandy tidak mudah hilang begitu saja, beberapa mahasiswi di kampus bahkan mengejeknya dengan sebutan si stiffy alias wanita kaku.

Mandy tak memperdulikan sebutan itu, bahkan seperti biasa, awalnya ia tidak sadar telah dijuluki demikian. Dan setelah ia tahu, ia tetap tidak peduli, dalam hati ia mengakui tentu saja ia kaku menerima kecupan di dahinya untuk pertama kali, menerima kecupan seorang pria di hidupnya untuk pertama kali.

Asalkan tak mengganggu nilainya, ia tak ambil pusing, ia masih Mandy yang hanya ingin segera lulus dan bekerja agar memiliki kehidupan yang lebih baik untuknya dan Nenna.

Seminggu dua minggu tiga minggu ia lalui tanpa gangguan dari kehadiran Ren, ia mengakui terlintas rasa penasaran kemana sosok itu pergi. Ia sempat bertanya-tanya dalam hatinya mengapa Ren tak mengusiknya lagi. Bukan ejekan mahasiswi lain yang mengganggunya, konsentrasinya malah terkadang terusik oleh perasaan aneh jika mengingat Ren.

Beberapa kali ia duduk di bangku taman favoritnya, dan saat mendengar langkah kaki, ia lalu menengok ke belakang, namun bila yang dilihatnya bukan sosok Ren, ia akan merasa ada perasaan yang mengganjal di dada. 'Mungkin karena aku belum sempat berterima kasih kepadanya', dalihnya selalu.

= = = " = = =

Dalam rangka menyambut hari kemerdekaan negara, kampus akan mengadakan festival kembang api.  Mandy dan Nisa sedang menunggu Aries yang mengikuti rapat panitia, saat sosok yang dicari Mandy dalam beberapa hari terakhir berjalan kearah mereka, Ren dan teman-temannya mendekati Mandy yang sedang berdiri dan mendadak merasa canggung, ia mencoba bersikap tenang dan mengatur bahasa tubuhnya, tak mau terlihat salah tingkah atau berharap. Ia mencoba mengobrol biasa dengan Nisa saat Ren melewatinya dan tak sedikitpun melihat ke arahnya.

'Masa dia tak melihatku? Melirik saja tidak, Menyapa apalagi..', ada rasa kehilangan yang timbul di dadanya sambil menyadari Ren berjalan dengan Tommy, salah seorang yang mengusilinya di pesta Mia. Kemudian ia mengakui bahwa Ren tidak harus menyapanya, memangnya siapa dia, nampaknya hanya ia saja yang kepikiran soal yang terjadi antara keduanya di pesta Mia. Ia pun membodoh-bodohi dirinya sendiri dalam hati, tak mendengarkan kalimat yang dilontarkan Nisa.

Gina meminta Mandy untuk ikut menjadi panitia, ia yang jarang terlibat acara kampus akhirnya menyanggupi ajakan itu setelah mempelajari detail pekerjaan yang akan menjadi tanggung jawabnya, utamanya karena kebanyakan kegiatan persiapan acara tidak mengganggu jam kerja part timenya.

Di meeting kepanitiaan, Mandy duduk bersama Gina sebagai perwakilan kelasnya, keduanya bersenda gurau sambil menunggu perwakilan lain datang, lalu ia melihat sosok Ren masuk. Sosok yang tidak sulit untuk ia kenali, Ren memiliki proporsi tubuh yang tinggi, rambutnya hitam lebat, hanya dengan memakai t-shirt putih dan blue jeans biasa, namun bisa membuatnya begitu berbeda dengan mahasiswa lain yang berada di sekitarnya.

Mata Mandy langsung tertuju padanya, dan kemudian mata keduanya bertemu saat Ren memilih duduk di seberang Mandy. Meja U-shape ruang rapat itu menjadi saksi kecanggungan Mandy yang selalu berusaha mengalihkan pandangannya dari sosok Ren. Kecanggungannya semakin menjadi-jadi saat Chris yang datang berbarengan dengan Ren, memilih kursi kosong di dekat Mandy. "Hi, lama gak ketemu ya", sapanya berusaha tampak akrab, dan Mandy membalas  dengan seperlunya, entah perasaan atau harapannya saja, ia merasa Ren seolah memperhatikan gerak-geriknya.

Bila Hujan Tengah Hari (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang