CHAPTER 9

3.6K 268 1
                                    

"Mandy.. Nenna tahu tentang hubungan kita?". Mandy tak menyangka pertanyaan itu akan muncul dari mulut Ren. Ia memang belum pernah bercerita apapun pada Nennanya. Nenna tak pernah bertanya mengapa Mandy pulang telat, atau mengapa ia lebih sering melihat handphonenya. Orang tua itu percaya pada cucu satu-satunya tersebut. Nenna tak mau membebani Mandy dengan kecurigaan.

Mandy tak tahu mengapa Ren tiba-tiba menanyakan hal itu. "I know you are a good girl, dan aku gak nyaman mengantarmu pulang hanya sampai parkiran.. that's what I think..", Mandy tak menyangka Ren sepengertian itu. Ia seolah diingatkan bahwa Ren adalah pria yang sangat menghargainya.

Mandy pernah bercerita jika ia tidak dirumah, Nenna akan ditemani oleh Yune, tetangga mereka yang hidup jauh dari keluarganya. Ren mendengarkan cerita Mandy dengan seksama, matanya memunculkan ketegaran saat menceritakan kisah hidupnya dengan neneknya itu. Bagaimana ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dan mengatur keuangannya, "Karena itulah aku tidak suka menghamburkan uang, apalagi uang orang lain, dalam hal ini, uangmu", Mandy tersenyum mengingat betapa pacarnya itu seringkali heran jika Mandy menolak dibelanjai sesuatu. "Suatu saat nanti aku akan punya uang sendiri dan bisa dengan nyaman berbelanja kebutuhanku tanpa takut kekurangan", Ren menangkap kepercayaan diri dan harapan di mata gadis itu, membuat hatinya hangat, lagi-lagi gadis itu mengajarkannya sesuatu yang tak pernah ia dapatkan selama hidupnya, 'Harapan dan ketabahan'.

"Jika kamu sudah siap, aku ready anytime untuk menemui Nenna", tegasnya lagi. Mandy terpaku memikirkan kalimat itu, "Tenang aja, I don't know your grandma, tapi biasanya sih aku favorit di kalangan ibu-ibu..", candanya membuat Mandy lebih rileks. Ren selalu percaya diri, ia tahu tak ada alasan bagi orang lain untuk tidak menyukainya.

= = = " = = =

Mandy pikir Tommy, Chris, dan Robby adalah sahabat pacarnya. "Robby bukan sahabatku", jelas Ren. Wajahnya nampak tegas mengucapkan bahwa Robby hanya teman sekelas. Mandy mengangguk namun terbersit rasa heran mengapa Ren seolah sangat tidak terima bahwa ia bersahabat dengan Robby.

Saat mereka duduk bersama di kafetaria, dilengkapi dengan Mandy dan Linda yang merupakan pacar Tommy, Chris mengundang Mandy ke perayaan ulang tahunnya, Mandy sempat ragu mengingat terakhir mereka bertemu di pesta Mia meninggalkan kesan yang kurang mengenakkan. Namun Ren merangkul pundaknya, mengisyaratkan kali ini ia tidak sendiri karena ada Ren disampingnya. Ren sendiri tidak ingin memaksa Mandy, ia membiarkan Chris yang mengundangnya langsung. Ia tahu Mandy akan segan menolak jika ia langsung yang mengajaknya. Mandy mengecek jadwalnya yang ternyata kosong, dan meminta izin kepada Nenna yang tentu mengizinkan asal Mandy berhati-hati karena akan pulang malam.

Pesta diadakan di sebuah klub malam, Chris memang pecinta scene seperti ini, penuh lampu gemerlap dengan suara musik yang sangat keras. Mandy duduk di samping Ren dan Linda serta yang lain, di sebuah meja bundar khas klub malam. Bau rokok sedikit mengganggunya namun ia berusaha bertahan. "Are you okay?", tanya Ren memastikan, Mandy mengangguk menjawabnya. Gadis itu belum pernah minum minuman beralkohol, ia pun memesan mocktail orange yang bebas dari alkohol. Dari bangku ia melihat aksi Chris, Tommy dan Linda yang menari-nari di lantai dansa, "Kalau kamu mau turun, turun aja, aku gak bisa joget-joget gitu", Mandy tertawa lucu melihat pemandangan ketiganya. "Aku juga gak suka", jawab Ren. "Seninya justru ngetawain kelakuan orang-orang mabuk", tawanya menjelaskan salah satu hal seru jika datang ke klub malam.

Mereka mulai menunjuk-nunjuk orang-orang yang terlihat mabuk dan melakukan hal-hal konyol di sekitar mereka. Mandy tertawa puas karena candaan-candaan Ren. Mereka menghabiskan waktu dengan ceria. Membuat Mandy tak ingat suramnya pesta undangan ulang tahun terakhir yang ia hadiri.

Di sisi lain, Mandy bisa melihat Ren sudah terbiasa minum, whiskey adalah favoritnya, "Neat", tanpa campuran katanya. Ia meminum beberapa sloki namun tidak mabuk, "Aku khan nyetir, gak boleh mabuk", katanya. "Butuh berapa sloki sampai bikin kamu tipsy?", tanya Mandy penasaran, "Sekitar 5-7 sloki lagi, itupun belum akan mabuk".

Bila Hujan Tengah Hari (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang