CHAPTER 2

8.5K 375 13
                                    

Nilai UTS sebulan lalu akhirnya keluar semua, dan Mandy bisa bernapas lega karena semua nilainya aman. Padahal ia sempat pesimis karena semester ini tenaganya terkuras untuk kerja part time, maklum beberapa bulan ke belakang pengeluaran hidupnya bertambah karena biaya pengobatan Nenna yang tidak murah.

Siang itu Mandy dan Tami duduk bersama di kantin kampus, sudah lama ia tidak makan di kantin belakang gedung utama kampusnya itu. Kantin utama ini menyajikan pilihan menu yang beragam, dengan tempat duduk yang nyaman, salah satu ciri bahwa kampus ini memang termasuk universitas tiga besar di G-City.

Walaupun begitu, pergi ke kantin kampus adalah hal yang jarang ia lakukan, karena biasanya ia lebih suka memakan bekal makanan buatannya sendiri, selain lebih hemat juga karena ia lebih senang menghabiskan waktu membaca atau menghapal lirik lagu dan menyantap bekal di bangku taman belakang gedung parkiran.

Seperti layaknya situasi kantin, mahasiswa duduk berkelompok lengkap dengan suara gelak tawa dan canda yang memenuhi suasana kantin. Aries dan Nisa pun bergabung di meja berkapasitas empat orang itu. Mereka bersenda gurau mengejek Aries yang nilai UTS nya anjlok, dan Nisa yang semakin mengagumi Mandy karena berhasil mempertahankan nilai-nilainya.

Keakraban di meja mereka ternyata menarik perhatian Mia, yang menyadari kehadiran Mandy disitu, lalu ia pun menghampirinya. "Eh Mandy lu gak lagi kerja?", tanyanya dengan nada yang kurang ramah.

"Gak, ini kan masih di kampus," Mandy yang heran dengan kedatangan Mia menjawab dengan simpel.

"Gw denger lu biasa nyanyi juga ya?", lanjut Mia lagi.

"Hmm yah, a little", Mandy menjawab singkat sambil berpikir bahwa wajar berita soal ia bisa bernyanyi mulai tersebar karena keberadaannya di panggung selebrasi kampus beberapa waktu lalu.

"A little apaan sih?! Mandy is a great singer, our main vocalist!", seru Tami dengan nada bangga.

"Oh kalian satu band? Bisa di booking gak sih? Kenalan gw mau ngadain acara bakti sosial gitu, tenang aja gw bakal bayar lu mahal kok",

Nada bicara Mia terdengar meremehkan, namun Mandy yang positif thinking masih berusaha mencerna maksud kalimat itu. Ia bermaksud menjawab dengan tenang namun Tami yang langsung terbakar berkata, "Simpan aja duit lu, kita gak butuh! Sok kecakepan banget!",

"Calm down Tam", Aries menahan lengan kiri Tami karena tubuhnya sontak berdiri dengan bahasa tubuh seperti ingin mendamprat Mia.

"Hi Mia, gw Aries, kami bertiga satu band, kalau ada keperluan live music, lu bisa contact gw", jelas Aries yang dibalas dengan senyuman getir dari bibir Mia.

Mandy berdiri menyusul Aries, "Kalau untuk acara bakti sosial, kami bersedia gak dibayar kok, please info aja kapan acaranya, mungkin kami bisa luangin waktu",  katanya dengan tenang menambahkan.

Dengan raut muka kesal, Mia pun meninggalkan meja Mandy cs. "Apaan sih gantung banget ni cewe gak jelas", teriak Tami yang pasti didengar beberapa deret meja di sekeliling mereka. Mia sendiri kesal karena dikeroyok dan kesal dengan gaya Mandy yang menanyakan namanya seolah saingannya itu tak tahu siapa dia.

Mandy berpikir mengapa gadis itu tiba-tiba menunjukkan kekesalan kepadanya, namun yang lebih ia pikirkan adalah kesaksian meja lain yang memandang kearah mereka setelah mendengar kalimat terakhir Tami. Kesalahan Mia adalah berbicara seperti itu saat Mandy sedang bersama Tami. Tami sang gadis berdarah panas dengan sifat tomboinya, memang terkenal galak, cuek dan garang terhadap laki-laki, apalagi jika harus menghadapi perempuan, menghadapi Mia yang bak princess, adalah hal yang mudah baginya. Mengingat ia pun adalah putri tunggal keluarga yang cukup berada. Ayahnya seorang pejabat di kepolisian, dan ibunya memiliki usaha event organizer. Sifat tomboy Tami bukan tanpa sebab, karena ayahnya memang menginginkan seorang putra, dan hal itulah yang besar kecil mempengaruhi perilaku dan kondisi Tami sebagai anak semata wayang.

Bila Hujan Tengah Hari (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang