CHAPTER 23

3.3K 268 0
                                    

Ren keluar dari ruang rapat untuk menerima telepon dari Walikota B-City yang bermaksud mengundangnya pada pernikahan putrinya, lalu ia melihat Mandy memasuki lift kosong tak jauh dari pandangannya. Ia pamit dan menutup telepon, lalu mengejar Mandy masuk kedalamnya. Gadis itu terkejut, lagi-lagi ia berduaan dengan pria yang selalu dihindarinya.

Namun seolah Tuhan ingin membantu Ren lagi, tiba-tiba lift terhentak dan berhenti, lampunya sempat padam walau 3 detik kemudian hidup kembali. Tapi lift itu masih tak bergerak. Ren terkejut, dan Mandy terlihat sedikit panik. Keduanya saling melihat. Pria itu pun menekan tombol untuk menghubungi operator lift. Operator kemudian memberitahukan bahwa distrik 13 tempat Ocean tower berada sempat mati lampu, dan genset otomatis segera memback up. Namun lift yang bekerja hanya 4 dari total 8 lift. Sayangnya lift yang dinaiki pemilik gedung itu bukan merupakan 4 lift yang disetting menyala jika kekurangan energi.

"Oke aku akan menunggu", kata Ren menanggapi informasi dari operator bahwa ia butuh waktu kurang lebih 20 menit untuk mematikan 1 dari 4 lift yang tetap berjalan, agar bisa memindahkan powernya ke lift tempat Ren berada. Ren tetap tenang, yang ia khawatirkan adalah Mandy. Namun gadis itu pun hanya terdiam. Entah apa yang ada di pikirannya. Awalnya ia ingin mengatakan pada Mandy untuk tidak khawatir karena ia menjamin building management melakukan maintenance secara berkala kalau-kalau gadis itu berpikir suatu hal buruk akan terjadi pada lift dan mencelakai mereka.

Namun Ren menahan diri, menyadari ada topik yang lebih penting untuk dibahas. Kesempatan ini pun tak ia sia-siakan. Masih membelakangi Mandy, ia menarik nafasnya.

"Don't say you love me.. Itu judul lagu saat aku pertama kali melihatmu bernyanyi", katanya tiba-tiba, lalu ia memutar badannya, menghadap gadis yang tak ingin balas melihat matanya.

"Panggung perayaan hari ulang tahun kampus, kamu membawakan lagu itu karena membantu band yang vokalisnya tidak bisa datang karena terjebak dalam lift..", ironi bahwa sesuatu yang terjadi dulu seolah ada hubungannya dengan masa depan.

"Aku menontonmu, dan terpesona..", pria itu memandangnya sayu. "Dan aku bukan pria pertama yang terpesona denganmu.. Robby, ia menggerutu mendengar kamu membawakan lagu itu.. Brengsek, katanya", Mandy tak tahu arah pembicaraan Ren, namun ia mulai melihat ke wajah pemuda yang sedang serius itu.

"Aku tak mengenal Robby sampai ia mengataiku begitu", respon gadis itu mulai bersuara.

"Tentu kamu gak kenal, kamu menolak untuk menaruh perhatian pada pria yang sebenarnya menunjukkan ketertarikannya padamu", balas Ren. Mandy tak menyangkalnya.

"Beberapa hari sebelumnya, kamu menolak pernyataan cinta Robby, dan lirik lagu itu seolah menyindirnya yang menyatakan cintanya padamu padahal kamu tidak mengenalnya", lanjut Ren. Mandy mencoba mengingat apakah kejadian itu memang pernah terjadi.

"And we were making fun of him..
Emosi Rob memuncak saat beberapa diantara kami meledeknya, dan disitulah semua berawal.."

"Rob menantang kami dengan taruhan siapa yang bisa menakhlukanmu, dia akan memberikan mobil kesayangannya. I don't even like or need the car, it's just a guy thing, stupid thing that we do", mata keduanya bertemu kembali.

Mandy tak ingin mendengarnya lagi, "Untuk apa kau ceritakan semua ini?", pandangnya terganggu.

"Kamu tahu, aku tak pernah memikirkan kehadiranmu sebelum panggung itu.. Tapi setelah hari itu, dunia seolah memberikanku semua informasi yang berkaitan denganmu.. Bagaimana Mia dengan jengkelnya mengungkit cerita tentang kemasabodohanmu dengan kontes yang telah dimenangkannya.. Bagaimana aku secara tidak sengaja melihatmu bekerja di coffee shop..
Sampai saat aku mendapati nilaiku berada di posisi kedua dan kamu, seorang mahasiswi junior yang mengikuti mata kuliah yang sama denganku, menempati posisi nilai pertama".

Bila Hujan Tengah Hari (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang