CHAPTER 32

3.4K 231 4
                                    

Robby tak menyangka gadis yang dulu membuatnya untuk pertama kali merasakan sakit hati, kini kembali dalam hidupnya. Utamanya dalam hidup Ren, pria yang selalu menjadi saingannya, yang membuatnya tak pernah mendapat kedudukan nomor satu karena tak pernah berhasil mengungguli Ren. Baik dari segi akademik maupun penilaian di mata perempuan.

Awalnya Robby santai saat masih belum unggul di bidang akademik, namun saat gadis yang selalu terbayang di matanya, malah membuat sakit hati karena menolaknya, ia ingin gadis itu merasa sakit yang ia rasakan. Ia pun mengundang teman-teman prianya untuk mempermainkan gadis yang memang sudah dari dulu jadi incaran mahasiswa kampus namun belum ada yang berhasil menakhlukannya. Dan setelah beberapa bulan kemudian, Mandy malah berpacaran dengan Ren, dendam Robby semakin membara. Ia pikir Ren ikut dalam permainannya. Namun ia menyadari pria itu malah nampak serius dengan sang gadis. Ren yang terkenal playboy sampai menghentikan petualangannya selama berpacaran dengan gadis itu. Di luar itu semua, Robby akhirnya bahagia saat tahu Mandy menghilang secara tiba-tiba dari hidup Ren. Tanpa usaha apapun ia berhasil memisahkan keduanya.

Di pesta pernikahan sepupunya, Robby yang merupakan keponakan walikota Goldwin, diingatkan kembali akan rasa dendamnya pada pasangan yang tak pernah secara langsung bermasalah dengannya itu. Dan ia sangat terkejut melihat Mandy di lobby Ocean tower pada jam makan siang keesokan harinya. Gadis itu berbaur dengan karyawati lainnya. Robby yang ada disana setelah menemui Ren, tak menyangka bahwa Mandy adalah karyawati perusahaan itu. Ia pun tergiur mencari tahu lebih lanjut tentang kehidupan gadis itu kini.

Mengetahui dari orang suruhannya bahwa Mandy telah diterima di keluarga Ren, membuat pria itu semakin panas hati. Rasa bencinya pada gadis yang tak pernah menganggap keberadaannya itu seolah tumbuh kembali. Apalagi setelah ia diingatkan kembali akan kecantikan permata yang tak pernah menjadi miliknya itu.

Ambisi dan rasa penasaran membuatnya menunggu untuk membuntuti Mandy di jam pulang kantor. Kebetulan hari itu Mandy berniat mengambil sesuatu di rumahnya sebelum kembali ke kediaman Ren.

"Hai!", sapa Robby mengejutkan Mandy yang sedang membuka pintu rumahnya. "Robby?! Apa yang kamu lakukan disini!?", Mandy tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. "Menemuimu. Kenapa? Gak boleh?", tanyanya balik. "Bagaimana kau bisa tahu rumahku?"

"Kau tidak ingin mengundangku masuk dulu agar kita bisa bicara lebih nyaman di dalam?",

"Tidak, aku tidak biasa mengundang orang yang tak kukenal dekat untuk masuk!", lagi-lagi ketegasan mata gadis itu membuat Robby ingat ekspresi yang sama dengan saat ia ditolak gadis yang sama pula. Namun kali ini ia tak tinggal diam, dengan cepat ia mendekatkan dirinya, "Ayolah, kita khan teman lama, apa hanya Ren yang boleh memasukimu?". Reflek Mandy menampar pipi pria yang terang-terangan mencoba melecehkannya itu.

"PERGI! Sebelum aku berteriak lebih keras!", ancam Mandy padanya. Namun pria yang terbakar emosi itu mendorong Mandy masuk kedalam pintu rumahnya yang sudah sempat terbuka sebelum Robby menyapanya tadi. Ia berusaha menyakiti Mandy di rumah kosong itu. Dengan garang ia memaksa menenggelamkan kepalanya di leher gadis yang meronta dengan seluruh tenaga. "LEPASKAN AKU!".

'Prankk'
Mandy meraih vas bunga yang ada di atas meja ruang tamu dan memecahkannya di kepala Robby. Pria itu semakin marah saat tahu darah mengalir dari pelipis dahinya. Namun sebelum menampar Mandy, Ren menarik tubuh Robby dari atas tubuh Mandy.

Ia mendaratkan bogem mentah berkali-kali di muka Robby yang tersungkur. "Sudah Ren, hentikan!", Mandy menangis menarik pundak Ren yang membabi buta menghajar Robby.

Dan saat tersadar, gadis itu memeluki Ren yang masih dibalut amarah. "Sudah, cukup, kau bisa membunuhnya", tangis Mandy akhirnya menyadarkan Ren.

"Maafkan aku..", katanya memeluk Mandy yang tubuhnya bergetar karena rasa takut dan tangisan.

Bila Hujan Tengah Hari (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang