CHAPTER 12

3.9K 253 10
                                    

Ren hanya tinggal menunggu wisuda. Dan Mandy pun sudah menyiapkan makalah untuk keperluannya di semester 7 nanti. Hal itu membuat Aries semakin suram karena ia masih banyak gagal di beberapa mata kuliah. Sedangkan Tami optimis akan lulus tepat waktu walau tidak secepat Mandy yang sudah menyiapkan syarat utama semester depan.

Mandy masih menjalani hari-hari kuliahnya seperti biasa, walau tidak bertemu setiap hari, ia dan Ren pasti bertemu dua hari sekali, karena Ren masih sering mengantarnya ke kampus bahkan ia dan teman-temannya masih sering berkumpul di kampus. Malam ini Ren mengajak Mandy makan malam di restoran mewah. Ajakan yang membuat Mandy bingung akan pakaian yang harus dikenakannya. Ia jarang membeli baju. Baginya percuma mengoleksi banyak baju karena selera bisa saja berubah sewaktu-waktu. Pasrah, ia pun menggunakan baju yang jarang dipakainya. Sebuah celana kulot senada dengan tube top yang memamerkan seluruh pundak, menjadi pilihannya. Penampilan minimalis pakaian warna beige, serta kulitnya yang kuning langsat, memanjakan mata Ren. Gadisnya itu tak butuh baju mahal untuk kelihatan memesona. Kemulusan pundaknya saja bisa membuat mata orang lain terpusat ke daerah itu.

Mereka duduk di kursi terbaik restoran. Ren memang tak pernah setengah-setengah, ia bahkan memesan red wine Screaming Eagle Cabernet Sauvignon tahun 1992 yang terkenal dengan rasanya yang sangat mengesankan, aroma blackcurrant yang sensual diikuti dengan aroma pohon oak. "Ini wine pertamamu, dan aku ingin memberikan yang terbaik", jelasnya, membuat hati gadis itu sehangat dadanya setelah meneguk red wine pertama dalam hidupnya.

Keintiman mereka sempat terganggu saat sosok Cindy berdiri di samping meja keduanya. "Kalian masih bersama? Kamu terlalu memaksakan dirimu untuk terus bersama dengan perempuan rendahan ini, Ren! Dia jelas-jelas jauh berbeda dengan tipemu, jangan bikin aku malu sebagai mantan kamu!", ketusnya tanpa permisi berusaha mengganggu keduanya.

"Dia memang berbeda dengan mantan-mantanku yang lain", Ren berseringai merespon Cindy.

"Tentu saja beda, kelas kami berbeda, lihat saja dandanannya yang standar", lanjut Cindy seolah mendapat lampu hijau dari Ren.

"Ia memang sangat berbeda denganmu, gadis sepertinya sudah tidak ada lagi di dunia ini, yang tanpa riasan menor namun dapat memancarkan kecantikan, wangi harum tubuhnya yang hanya menggunakan sabun saja bisa menghantuiku sebelum tidur, dan ia jelas tidak membutuhkan barang bermerek untuk membuatnya terlihat mahal, karena ia punya kehormatan yang tidak dimiliki gadis sepertimu". Mandy tak menyangka kelanjutan kalimat Ren akan seperti itu. Ia tak sempat melihat ekspresi kesal Cindy yang segera membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan meja keduanya. Hatinya terlalu kaget mendengar ungkapan kekaguman Ren padanya selama ini. "Hei Cin, dan perlu kau ketahui, perbedaan paling nyata diantara dia dan kamu atau mantan-mantanku, yang satu ini tidak akan kucampakkan sia-sia!". Cindy sudah melangkah pergi namun jika tamu restoran di sekeliling mereka saja mendengar kalimat terakhir Ren itu, apalagi Cindy.

Mandy masih terkejut dengan apa yang terjadi barusan. Lalu Ren mendekatkan kursinya ke arah Mandy. 'I'm sorry", ungkapnya meminta maaf karena gangguan Cindy dan berusaha menenangkan Mandy. Mandy menggelengkan kepalanya, dan mengatakan bukan Ren yang seharusnya minta maaf. Ia hanya kaget karena perubahan suasana yang tiba-tiba dan informasi dari mulut Ren yang tak pernah ia sadari sebelumnya.

= = = = " = = = =

Sebelum kelulusannya, Ren pamit pada Mandy. Ia berkata ada beberapa urusan yang harus diselesaikannya di luar kota. "Urusan bisnis?", tanya Mandy, ia tahu pria itu terlibat dalam beberapa bisnis startups buatannya. Ren mengangguk dan tersenyum, Mandy masih menjadi pribadi yang tidak ingin menyulitkan pacarnya itu dengan rentetan pertanyaan untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Ia hanya bertanya, "Berapa lama?', ditinggal Ren ke luar kota saat waktu kelulusannya dari kampus tak lama lagi, membuat Mandy menghitung berapa waktu tersisa untuk keduanya bisa bersama. Bagaimanapun ia sering mendengar hubungan jarak jauh tidak pernah berjalan mulus. "Aku akan segera pulang secepatnya", jawabnya sambil memeluk Mandy.

Bila Hujan Tengah Hari (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang