"Bu, dia siapa?" Tanya Kenzie kecil kepada wanita yang baru saja masuk bersama lelaki yang ia rangkul.
Dengan perlahan Elena mendekati sosok anak kecil yang ada di hadapnnya. Ia berjongkok dan menyamakan tingginya dengan Kenzie. "Ini om Ferdi. Teman kerja Ibu, yang bakalan tanggung jawab atas hidupmu"
Raut wajah Kenzie mengerut. Ia melipat kedua tangan didepan dada. "Pokoknya Kenzie maunya sama Ayah! Bukan sama dia!"
Elina membelai rambut Kenzie dengan lembut. "Kenzie, kamu nggak boleh gitu. om Ferdi ini udah baik banget sama Ibu. Ayo cepet salim Sama om Ferdi"
"Nggak! Kenzie nggak mau!" Kenzie berlari menuju kamarnya.
Kenzie membanting pantatnya disebelah teman kecilnya."Zea, bantu aku dong. Kata Ibuku, aku bakalan punya ayah baru. Aku kan maunya sama Ayah"
Zea menaruh mainan robot milik Kenzie. "Bantu apa Kenzie? Bantu jahilin om Ferdi? Nanti kalau aku kena marah sama Ibu kamu gimana? Aku kan takut"
"Habisnya aku sebel. Setiap hari Ibu sama Ayah aku berantem mulu. Aku itu mau hidup kayak kamu Zea. Walaupun Mama sama Papa kamu itu nggak kaya, tapi kalian nggak pernah berantem" kata Kenzie dengan polosnya.
Zea menepuk pundak Kenzie dengan lembut. "Kenzie, kamu itu nggak boleh gitu. Kamu itu harus bersyukur punya tante Elina dan om Dirga. Om Dirga sama tante Elina pasti sayang sama kamu"
Kenzie melebarkan senyumannya. Lesung pipi Kenzie kini terlihat sangat jelas. Bibirnya yang tipis menambahkan aura tampan anak tersebut.
"Makasih ya Zea! Kamu selalu ada buat temenin aku" Refleks Kenzie memeluk erat tubuh Zea. Zea sama sekali tak bisa bernafas dalam pelukan Kenzie yang sangat erat itu.
"Kk-kenzie aku nggak bisa nafas" ucap Zea sambil menepuk nepuk punggung Kenzie. Refleks Kenzie melepas tubuh Zea.
"Maaf Zea. Habisnya aku seneng deh punya sahabat seperti kamu" Kenzie tertawa jahil kepada Zea.
"Kenzie, kata mama, cepat atau lambat aku bakal pindah dari sini. Mama aku udah nggak punya uang lagi. Jadi, aku harus ikut kakek di kampung, di Bandung" jujur Zea.
Kenzie kembali memasang wajah muram. Dengan tiba tiba ia seperti kehilangan semangatnya. "Zea, aku nggak mau kehilangan kamu. Kamu tinggal disini aja sama aku"
"Tapi aku nggak mau sama kamu, kamu itu jahil! Waktu pertama aku pindah kesini aja, kamu aja nakut nakutin aku sama kucing tetangga sebelah. Kan aku takut sama kucing" gerutu gadis kecil itu sambil mengingat masa lalu.
Kenzie memegang kedua tangan Zea. "Kamu marah sama aku ya? Yaudah aku minta maaf sama kamu" lelaki kecil itu mencium kening Zea.
Zea mengernyitkan dahinya. Ia menebas tangan Kenzie yang sedang memegangnya. "Kenzie, aku udah maafin kamu. Tapi kamu nggak usah cium cium aku!"
Kenzie menertawai Zea yang pipinya benar benar terlihat memerah. "Hihihi... kenapa Zea? Kamu belum pernah dicium sama cowok ya?"
"Apaancih Kenzie! Udah ah aku mau pulang dulu! Nanti aku di cariin sama mama Naya! Assalamualaikum Kenzie" Zea hendak melangkahkan kakinya keluar dari kamar Kenzie.
Kenzie berlari menghalangi pintu kamarnya. "Tunggu dulu Zea! Aku mau kasih sesuatu sama kamu"
Zea melipat kedua tangannya didepan dada sambil memanyunkan bibirnya. "Mau apa lagi Kenzie. Nanti aku dicari sama mama"
Kenzie mengulurkan sebuah kalung mainan ke hadapan Zea. Zea mengernyit sambil mengambil kalung yang ada ditangan Kenzie. "Wah Kenzie, ini kalung buat aku? Bagus sekali"
Kenzie berusaha memberikan senyum terbaiknya kepada gadis kecil yang ada dihadapannya. "Walaupun kita terpisah, aku mau, suatu saat kita ketemu lagi. Dan kita bisa bersama selamanya"
Zea seperti mencari sesuatu di kantung sakunya. Setelah memastikan barang yang ia cari sudah ada ditangannya, Zea mengeluarkannya sambil tersenyum lebar. "Ini untuk kamu"
Kenzie memandangi sebatang pendil yang ada di genggaman Zea. "Pensil ini kan yang waktu itu aku beri ke kamu? Kenapa kamu kembaliin?"
Zea merunduk muram. "Habisnya aku nggak punya uang buat beli kenang kenangan buat kamu"
"Kamu nggak perlu khawatir Zea, aku kan masih punya banyak pensil"
Zea melakukan sesuatu dengan pensil tersebut. Ia membagi dua pensil itu lalu memberikannya kepada Kenzie. "Ini setengah buat kamu, dan yang setengah lagi buat aku"
Kenzie mengacak acak rambut gadis kecil itu. Ia menerima pensil yang diberikan Zea. "Okedeh. Aku bakalan jaga baik baik ini pensil"
Zea kembali melangkahkan kakinya keluar. Namun Kenzie masih tetap menghalangi jalan Zea. "Apa lagi Kenzie?" Gerutu Zea.
Kenzie memeluk Zea. Beberapa menit berlalu. Kenzie melepas pelukannya dari tubuh Zea. "Zea aku suka sama kamu. kalo nanti kamu udah suka sama cowok lain, jangan lupa sama aku" polos Kenzie.
"Aku sama Kamu itu kayak Matahari dan Bulan. Nggak mungkin bisa bersatu. Tapi, sama sama memberi keindahan dan kehangatan untuk bumi. Walaupun kita berpisah, tapi kita tetap memiliki satu rasa yang sama, Kenzie"
♤♤♤

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
HumorMencoba berteman dengan masa lalu itu susah dan rumit -Angkasa Angkasa Kenzie Dirgama, badboy sekolah yang sering dipuji ketampanannya. Karismtik wajah yang ia miliki memang tak ada yang mampu mengunggulinya. Namun, siapa sangka bahwa Angkasa memil...