31. Prayoga

1.5K 47 8
                                    

Sejak Angkasa kembali menemukan Zea, dunia gelap yang pernah Angkasa selami sebagai pelampiasan urusan keluarganya, kini sudah lenyap layaknya sebuah abu yang terbang bersama angin. Senyum tak henti mengiringi setiap langkahnya. Jika ini hanya halusinasi, bagaimana pun caranya akan Angkasa lakukan demi bertahannya halu itu. Bucin itu bisa datang kapan pun dan dimana pun. Tak memandang tampan, cantik, seorang brandal seperti Angkasa pun mampu merasakan jatuh cinta.

Jatuh cinta itu aneh, jika kamu jatuh ke orang yang salah, sekuat apapun kamu berjuang pasti akan berujung lelah. Kita merasakan jatuh cinta, tak cuma sekali. Ada kalanya cinta itu menyakitkan. Tapi percayalah, cinta sejati itu ada dan nyata.

Jangan takut kehilangan cinta. Sekuat apapun seseorang memisahkan sebuah cinta pasti akan perjuangannya pasti akan sia sia. Jika tuhan yang memisahkan, cinta itu akan tumbuh meskipun salah satunya sudah tiada.

Ketukan pintu, mampu membuyarkan lamunan Angkasa. Angkasa memejamkan matanya, berharap yang datang bukan berita keluarga yang akan membuat moodnya down. Angkasa berjalan lalu membukakan pintu dan ia mendapati Yoga dengan wajah sinisnya. Angkasa mengernyitkan dahi lalu menaikkan salah satu alisnya, seolah memberi kode dan bertanya 'ada apa' kepada Yoga.

"Ini undangan dari Ibu, ibu dan ayah udah resmi cerai 2 hari lalu" ujarnya yang lalu memberikan sebuah kertas yang sudah terbalut rapi dengan hiasan pita berwarna merah muda.

Angkasa sudah menduganya tadi. Ini pasti berita buruk. Tapi Angkasa coba mengambil sisi positif dari perceraian orang tuanya. Angkasa sudah berubah. Cinta lah yang merubah Angkasa. Angkasa yang dulu bersikap keras kepala, kini coba untuk menerima serta mengikhlaskan. Perlahan Angkasa menghembuskan nafasnya seraya membuka undangan tersebut. Mata Angksa mulai mengikuti tulisan yang sudah tercetak dari atas sampai bawah. "Oh, Ibu sama Om Ferdi lusa bakal nikah? Oke, gue Dateng kok"

Betapa terkejut nya Yoga mendengar tanggapan dari Angkasa. 'Angkasa korban broken home itu udah sembuh? Udah nggak lemah lagi? Udah nggak keras kepala lagi?' pertanyaan bertubi tubi menghantam otaknya. "Lo nggak marah"

Angkasa menjawabnya dengan senyum dan juga tawa kecil. "Ngapain marah? Gue sadar, sekuat apapun cara gue buat pertahanin hubungan ayah dan ibu, kalo namanya nggak jodoh ya nggak bisa"

"Pasti Athala yang ngajarin Lo ya?" Ujar Yoga yang mencoba menebak penyebab berubahnya sikap Angkasa. "Udah gue bilang,  lo itu beruntung punya Athala. Andai aja dulu gue nggak terjun ke narkoba. Hebat ya, Angkasa bisa rubah brandal kayak lo jadi dewasa gini"

"Apa lo bilang? Gue mohon, hari ini gue nggak mau buat masalah. Kalo lo cuma mau bikin masalah sama gue, nggak sekarang" hati Angkasa yang mulai kini berbalik lalu menutup pintu kamarnya.

Senyuman melintas di wajah Yoga dengan sengitnya. Ia memutuskan untuk melampiaskan sakit hatinya dengan kuda besi kesayangannya, dengan menikmati derasnya air hujan yang terjatuh dijalanan. Kuatnya mesin, hampir tak terdengar karena suara deras hujan yang riuh. Motor besar berhasil melaju dengan kecepatan maksimal.

"Kenapa gue lemah. Bahkan saat gue sedih, gue minta bantuan kepada air hujan buat nutupin air mata gue. Andai Bi Selvi masih hidup. Bu Selvi pasti nenangin gue" ujarnya dengan perlahan. Derasnya hujan membuat pandangan Yoga sedikit kabur.

Tiba tiba saja seorang gadis melintas dan menyenggol kencangnya motor Yoga. Untungnya, Yoga masih bisa menyeimbangkan motornya. Alhasil, gadis itu tidak terluka parah. Mungkin saja ia hanya tergores aspal jalanan. Yoga menghentikan motornya lalu menghampiri gadis tersebut. "Lo nggak papa?"

Gadis itu tak menjawab. Ia hanya menangis sembari memegangi tangannya yang terluka.

Yoga mengulurkan tangannya kepada gadis tersebut. Namun, gadis itu menggelengkan kepalanya, sehingga terlihat seperti menolak pertolongan dari Yoga. Yoga menghembuskan nafas. Lalu mencoba memberi tahu gadis itu dengan sedikit tenaga. "Kalo lo mau nangis, nangis aja. Tapi jangan dijalanan gini! Gue nggak mau Lo mati disini. Orang orang pasti ngiranya gue yang udah tabrak lo!"

Gadis itu mengeraskan suara tangisnya lalu bangkit dan refleks memeluk tubuh Yoga. Betapa terkejutnya, Yoga melihat tingkah gadis itu. Yoga mendorong tubuh gadis itu menjauhinya. "Lo pekerja malam ya? Gue bukan om om yang mau nyewa lo. Lo nggak papa kan? Kalo lo nggak papa, gue mu pulang"

Tangan gadis itu melingkar erat di pergelangan Yoga. "Tunggu, gue minta maaf. Kenalin gue Tere. Gue itu cewek baik baik. Emang bener, gue habis ke club' sama pacar gue. Dan gue nggak nyangka...hiks..."

Yoga memandangi penampilan Tere dari bawah sampai atas. Tere memang terlihat seperti orang baik baik. Yoga berpikir bahwa mungkin ini saat yang tepat untuk mrlupakan Athala. "Rumah lo mana?"

"Gue baru tinggal di Jakarta. Kayaknya kalo gue balik ke kos, nggak mungkin. Mending gue ikut lo ke rumah lo" ujar Tere yang mampu membuat Yoga tersentak kaget.

'gila kali ni cewek. Masak mau pulang ke rumah gue. Gue kan baru kenal sama dia' batin Yoga yang sedari tadi terdiam menyaring permintaan dari Tere.

"Gue mohon, gue mau kok tidur di teras, di ruang tamu, dimana pun yang penting gue bisa tenangin diri gue" pintanya.

Tak ada pilihan lain. Hari semakin gelap. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 wib. Yoga melepas jaket jeans yang ia kenakan, lalu memberikannya kepada Tere. Yoga berlali memutar balikkan motornya. Dan Tere pun berhasil menaiki motor Yoga.

•••

"Minum dulu teh hangatnya, biar Lo sedikit tenang" tawar Yoga sembari mengeluarkan secangkir air hangat dari atas nampan. Jika dilihat lihat, gadis bernama Tere itu cantik, seksi, dan  polos. Cukup menarik untuk Yoga.

Tere menebar senyum kepada Yoga. "Makasih, kalo boleh tau siapa nama Lo? Lo itu cowok baik baik kan?"

"Prayoga. Lo tenang aja. Anggep aja kek rumah sendiri. Dan soal tidur, ntar Lo tidur di kamar gue aja, biar gue yang tidur di luar" ucap Yoga.

Tere merasa sedikit lega setelah bertemu dengan Yoga. Beberapa kali Tere mengulas senyum untuk tanda terimakasihnya kepada Yoga. "Yog, boleh nggak kalo gue tidur sekarang. Kayaknya gue masuk angin deh"

"Yaudah, ayo" Yoga berdiri lalu berjalan mendahului Tere untuk menunjukkan kamarnya. "Lo jangan kaget saat liat alkohol di kamar gue ya. Tapi bisa lo jamin, lo aman disini"

Deguban jantung Tere bertambah cepat. Mau tak mau, ia harus mengikuti Yoga yang tengah berjalan menunjukkan kamarnya.

Sesampai lah mereka didepan kamar bernuansa putih yang cukup rapi itu. Tampak beberapa alkohol tertata rapi di rak. Bau kamar Yoga khas dengan aroma vapor beraroma kopi. Sempat saja Tere merasa takut saat berada di kamar Yoga. Yoga melihat ketakutan Tere. Ia terkekeh kecil, "Lo nggak perlu takut. Gue ke bawah ya. Jangan lupa kunciin pintu"

Tere mengangguk lalu menutup rapat pintu kamar Yoga, saat yoga sudah menjauh dari kamarnya. Matanya tak henti memandangi seluruh isi kamar itu. Untuk ukuran cowok, kamar ini terlihat sedikit rapi. Tere membanting tubuhnya di kasur empuk yang lengkap dengan sprai warna putih. Kejadian tadi, seakan lenyap ketika Tere sudah terlelap.

•••

Cerita ini akan berlanjut di novel yang berbeda guys!

Jangan lupa komen dan vote ya:))

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang