23). Angkasa

1.2K 38 2
                                    

Mata Athala sayup terbuka. Ia mengucak matanya untuk memperjelas penglihatannya. Ia pun menatap kaget lelaki yang sedari malam dia temani. "Angkasa?! LO SSUDAH SADAR?"

Lelaki itu menoleh ke arah Athala secara perlahan. "Siapa? Apa kita pernah bertemu?"

Deg

'Apa yang terjadi sama Angkasa? Kenapa dia nggak ngenali gue?' Batin Athala lalu menatap Angkasa dengan sayup. "Sa, ini gue Athala"

"Athala? Aww sakit" Ucap Angkasa sambil memegangi kepalanya yang terasa nyeri.

"Sa, Lo kenapa? Lo baik baik saja kan? lo tunggu sini, biar gue panggil papa lo sama dokter Andre" ucap Athala yang lalu pergi meninggalkan Angkasa. Athala pun keluar dari ruangan inap Angkasa. Gadis tersebut tampak merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel dari sana. "Galen? Lo ada dimana?"

"Halo la, gue ada di kantin nih, lagi ngopi sama bokapnya Angkasa. Kenapa La?" ucap Galen dari layar kotak itu.

Dengan penuh gembira, Athala pun berujar "Angakas, AAangkasa udah bangun, Len. Lo buruan kesini"

"Alhamdulillah Gusti. Yaudah La. Lo jaga Angkasa ya, gue otw"

tidrtt

Galen pun memutuskan sambungan teleponnya dengan Athala. "Om om, Angkasa sadar om. Kita harus cepet cepet kesana"

Galen sudah beranjak, namun Dirga masih saja mengaduk aduk mie ayam yang ada dihadapannya dengan tatapan kosong.

"Om Dirga, Ayo om. Angkasa udah sadar" ucap Galen yang lalu menbuyarkan pikiran Dirga. Galen tak bisa pergi tanpa Dirga. Ia pun memilih untuk duduk kembali. "Kenapa Om?"

Dirga menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Angkasa nggak bakal inget sama kita" Nada bicara Dirga seperti sudah putus asa.

"Apa om? Angkasa amnesia?" tanya Galen dengan kaget. Galen menggelengkan kepalanya. "Amnesia itu pasti ada obatnya om. Saya sama temen temen yang lain bakalan bantu om buat ngembaliin ingatan Angkasa"

Dirga terbungkam. Seperti ada yang menahannya untuk membuka mulutnya. Tapi tidak ada pilihan lain untuk menceritakan semua ini kepada Galen. "Om takut Len. Jika Angkasa sembuh dari penyakit amnesia, pasti dia bakalan terus ingat Elena"

Dirga menghembuskan nafasnya. "Dan sebenarnya Elena itu--"

"Tante Elena kenapa Om?"

"Dia masih hidup" lanjut Dirga.

Jadi selama ini, ibu gila yang pernah dirawat Angkasa itu, benar benar Elena? Galen tak menyangka jika Dirga bisa sekejam ini. Jelas saja, jika nanti Angkasa sembuh dan tau tentang semua ini, pasti dia bakalan marah besar. Galen tak bisa berbuat apa apa kali ini. Ia mengacak acak rambutnya dengan sekuat tenaga. "Kenapa om lakuin itu?"

Dirga menggelengkan kepalanya. Ia mengalihkan pandangannya kepada Galen yang terlihat kecewa dengannya. "Om nggak sengaja, Len. Sebenarnya Om juga nyesel ngelakuin ini semua"

"Waktu itu, saya pulang malam dalam keadaan mabok. Saat itu Elena"--

♤♤♤

"Mentang mentang sekarang cuma kamu doang yang cari uang, kamu bisa seenaknya mabok?" tanya Elena dengan bersender didepan pintu rumahnya.

Dirga melangkah mendekati Elena ddngan tak sadar. "Kamu ini...sshhh apa apaan sih. Aku itu baru pulang. Buatin air anget kek buat mandi"

Dengan kepala yang terus berputar, Dirga melangkah dengan langkah yang tak seimbang. Ia pun meminta Elena untuk menuntunnya menuju kamar. "Bantuin aku sayang"

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang