28). Kebenaran dibalik Galen

1K 37 1
                                    

Rintikan air hujan membasahi seluruh permukaan kota Jakarta pusat. Tidak Jakarta namanya, jika luput dari kemacetan. Sebuah ingatan tiba tiba melintas dibenak Angkasa. Ia teringat ucapan yang Yoga ucapkan kepadanya kemarin. Melihat kendaraan kendaraan yang memenuhi jalanan, membuat Angkasa gerah. Dengan cepat, ia mengambil kesimpulan untuk lewat di jalan sempit yang hanya dapat dilalui oleh motor. Tempat ini terasa familiar untuk Angkasa. Walaupun tak tau menahu tentang jalanan ini, Angkasa terus menguatkan tekadnya untuk bebas dari kemacetan Jakarta.

Didepannya terlihat jalan raya yang sudah tak macet. Kebetulan saja, Angkasa melihat sebuah Apartemen yang berdiri megah. Apartemen itu memisahkan sebuah perumahan dan jalan raya. Mungkin Apartemen itu yang dimaksut oleh Yoga. Angkasa menghampiri seorang satpam yang bertugas disana. "Pak, misi. Apa bapak kenal dengan orang ini?" tanya Angkasa seraya memperlihatkan layar ponselnya kepada satpam itu.

Satpam itu pun mengangguk. "Bu Nayya sama Mbak Athala ya mas? Iya mas, suami Bu Nayya udah beli apartemen ini beberapa tahun lalu. Mas bisa langsung aja tanyakan kepada petugas didalem"

Angkasa menganggukkan kepalanya. Setelah mengucapkan terimakasih, Angkasa pun melajukan motornya kesebuah restoran terdekat untuk memesan makanan yang bisa untuk Nayya dan Athala sarapan pagi ini. Angkasa mendaratkan motornya di restoran Graha Utama.

Walau sepagi ini, restoran tersebut terlihat begitu ramai. Angkasa memutuskan untuk mencari tempat untuknya menyeruput kopi sejenak. Tak sengaja, ia melihat Arka, Jovan, dan Galen yang tengah berkumpul dan bercanda ria. Angkasa memilih untuk menghampiri ketiga temannya itu. "Woi, kenapa kalian nggak ngabarin gue sih kalo mau ngumpul"

Arka, Jovan, dan Galen menghadap ke arah suara. Satu persatu berdiri dan menyalami tangan Angkasa dengan tos persahabatan. "Sengaja sih nggak ngabarin lo, toh kalo kita ngabarin lo pasti lebih mentingin Athala" ujar Arka.

"Ya nggau gitu juga kali! Kalo semisal ada hal penting ya gue dateng" balas Angkasa mengelak.

Entah kenapa, saat Angkasa menatapa Galen, muncul suasana yang berbeda. Sebenarnya Angkasa ingin sekali menanyakan apa sebenarnya hubungan Galen dan juga Sasha. Tapi, ia tak mau semua temannya tau akan masalahnya.

Galen bangkit dari tempat duduknya. Ia menepuk punggung Angkasa dengan pelan dan memberi kode pada teman temannya. "Gue ke toilet dulu ya"

Ujung hidung Galen kini sudah tak terlihat lagi. Angkasa berniat untuk mengikuti langkah Galen dari belakang. "Gue kebelet pup nih"

"Ini pada kenapa sih, semua aja ke toilet. Nggak mau gue anterin sa?" tawar Jovan dengan nada manja.

"Najis!!!" cetus Angkasa yang sudah berjalan mejauhi Jovan dan juga Arka. Angkasa mencoba untuk mengikuti kemana Galen pergi. Punggung Galen kembali terlihat ketika Angkasa berada didepan kamar mandi. Galen terlihat melihati dirinya dari pantulan kaca kamar mandi. Angkasa melangkah mendekati Galen. Terlihat ada yang berbeda pada Galen.

"Aang-Angkasa. Lo ngapain?" tanyanya dengan gugup.

Angkasa tersenyum menanggapi pertanyaan dari Galen. Ia menyalakan air kran di wastafel yang ada didepannya. "Gue, mau cuci tangan. Kenapa? Hubungan lo sama Sasha gimana?"

Wajah Galen tampak seperti orang kebingungan. Ia seperti orang yang kehabisan kata kata. Ia berusaha menghindari kontak mata Angkasa. Langkahnya seakan terburu buru ingin keluar dari toilet itu. Namun, tangan Angkasa berhasil menghentikan langkah Galen. Galen membalikkan badannya lalu menatap Angkasa dengan wajah pucatnya. Angkasa tersenyum sengit. "Kenapa? Lo lagi ada masalah ya? Cerita dong sama gue"

Tetap saja tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Galen. Galen merundukkan kepalanya. Ia menghempaskan tangan Angkasa yang melingkari pergelangan tangannya. Ia kembali berjalan dan menghindari pertanyaan Angkasa.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang