3). GALEN

3.1K 112 3
                                    

Sudah beberapa hari ini Angkasa tak hadir kesekolah. Ia menghabiskan waktu siang harinya untuk tidur, dan malamnya untuk beradu kemahiran bermotor dengan Alex.

Dirga masuk kedalam kamar Angkasa tanpa permisi. Ia mendaratkan pantatnya atas ranjang Angkasa. Lelaki bernama Angkasa itu tengah sibuk menghirup rokoknya sambil menikmati pemandangan pagi hari di melalui jendela kamarnya.

Dirga meraih sebuah foto yang berdiri di atas meja yang tak jauh dari posisi ia sekarang. Ia memandangi foto Angkasa kecil, Elina, dan Dirga disebelah pojok kiri.

Angkasa melirik sengit kepada Dirga. "Ngapain kesini!" Tegur angkasa dengan suara datar.

"Karena kamu nggak masuk sekolah hari ini, ayah bakal nemenin kamu seharian" balas Dirga tanpa mengalihkan pandangannya dari foto yang sedari tadi ia pegangi.

Angkasa kaget akan ucapan Dirga. Ia melangkah mendekat kearah pintu kamarnya dan meraih tas yang tergantung di belakangnya. Ia memasukkan beberapa baju dan semua seragam sekolah miliknya kedalam tas. Angkasa pergi dari kamarnya.

"Angkasa! Kamu mau kemana?" Dirga menarik tangan Angkasa dari belakang. Angkasa memandangi tangan Dirga lalu menyingkirkan tangan Dirga. Ia melajukan motor besarnya dengan kencang. Padahal pagi ini Jakarta sangatlah macet. Namun, Angkasa mampu melewati kemacetan itu dengan mudah.

Sampailah Angkasa didepan rumah soibnya, Galen Firmansyah. Ralat. Sampailah Angkasa didepan kos kosan Galen, soib nya. Angkasa memandangi kos kosan yang berdiri dihadapannya. Kos kosan yang kecil dan sempit. Tapi Angkasa harus bisa menyesuaikan diri, dan betah menepati tempat tersebut.

Seorang Ibu ibu berbadan gendut menghampiri Angkasa. "Cari siapa mas?"

Angkasa menoleh ke arah Ibu tersebut. Sepertinya dia pemilik kosan yang di tempatin Galen. "Galennya ada buk?"

"Galen kan sekolah. Masnya ini temennya Galen ya? Kok nggak sekolah?" Ibu itu menjawab lantas mengintrogasi Angkasa.

"Yaudah buk, saya mau masuk dulu" Angkasa melangkah dengan santai menuju kos-an Galen. Angkasa selalu melihat Galen menyembunyikan kunci kos-an nya diatas pintu. Angkasa mencari kunci tersebut, dan akhirnya, KETEMU.

Angkasa membuka pintu kos-an Galen. Tanpa mengucap permisi, ia masuk dan membaringkan tubuhnya di atas ranjang kos-an Galen.

♤♤♤

"Angkasa! Ngapain lo disini"

Lelaki berambut gondrong itu mencoba membangunkan Angkasa yang entah sejak kapan tidur diatas kasurnya. Suaranya mampu mengusik tidur Angkasa.

Angkasa mengucak matanya. Ia tak menyadari bahwa Galen kini sudah pulang dari sekolah. Ia bangun dari kasur Galen. Dan ia memilih untuk menyenderkan punggungnya di dinding. "Gue, mau tinggal disini"

Galen melototi wajah Angkasa yang masih terlihat mengantuk. Galen tak percaya jika Angkasa mau tinggal di tempat sempit Galen.

"Gue nggak salah denger Sa? Lo mau tinggal di kos-an gue? Yang kecil, yang sempit, yang kotor kayak gini?"

"Gue pergi dari rumah!" Angkasa sendiri tak tau apakah ia bisa betah tinggal di kos-an seperti ini. Ia berdiri dari kasur Galen. "Toilet mana?"

Galen mengarahkan jari telunjuknya di pojok ruang. Ia hanya terdiam memandangi sikap Angkasa yang aneh itu.

Beberapa menit berlalu. Angkasa keluar dari kamar mandi. Ia memilih duduk disebelah Galen yang sedang sibuk bermain play station sambil menikmati hirupan rokok. Galen terlihat sedang bermain bola di play station.

"Bangke!" Umpat Galen ketika lawannya mampu menge-gol-kan bola. Angkasa menertawai Galen yang menurutnya payah itu.

"Kenapa lo tertawa? Lo ngtawain gue? Taruhan aja gimana? Kalo lo yang menang, gue bakal tidur dibawah dan lo yang tidur diatas kasur gue. Kalo lo kalah, lo harus traktir gue ke diskotik. Gimana?"

Angkasa mengangguk sambil memasang senyuman ke arah Galen dengan pandangan meremehkan. "Setuju"

Galen memberikan stik play stationnya kepada Angkasa. Angkasa menerimanya. Angkasa dan Galen mencoba membobol gawang satu sama lain. Dua gol berhasil Galen raih. Sementara Angkasa hanya mendapat satu gol saja.

"Gimana Sa? Gue yang menang taruhan. Sekarang gue mau ngabarin Arka, Jovan, dan Gibran. Mereka juga harus ikut ditraktir kediskotik sama lo Sa" Galen menertawai kekalahan Angkasa. Angkasa menyikapi kemenangan Galen dengan wajah datar.

Seusai mengabari semua temannya, Galen kembali menikmati batang rokok yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Ia memandang sambil tersenyum senyum kepada layar ponsel yang masih menyala di sampingnya.

Angkasa merasakan keanehan Galen. Ia mendekati Galen, dan ikut melihat apa yang dilihat oleh Galen. Angkasa tersenyum sengit memandangi wajah seorang gadis cantik yang ada dilayar ponsel Galen.

"Cewek lo?"

Galen mematikan rokoknya yang sudah tersisa sedikit. "Bukan, siswi baru dikelas"

"Kok gue nggak tau?"

"Makannya lo berangkat monyet! Ketinggalan berita kan lo"

"Dia Athala. Siswi baru sekolah yang dapet kelas 12 IPA 6. Sekelas sama gue, dan lo. Kalo lo liat tu cewe, lo bakal suka deh" lanjut Galen mendeskripsikan sedikit tentang Athala, siswi baru sekolah.

Angkasa tak bisa lagi menahan tawanya. Selama ini tak ada seorang siswi SMA Jaya Abadi yang tak terpesona dengan ketampanan Angkasa. "Suka? Dia yang bakalan suka sama gue Len. Lo liat aja"

"Hati hati sama ucapan sendiri Sa. Ntar lo kemakan ucapan lo lagi. Pokoknya besok, lo harus berangkat"

"Woi lagi ngomongin apa ni" tegur Arka dengan nada tinggi. Hal itu hampir membuat Angkasa dan Galen jatungan akibat kekagetannya.

"Bangsat lo Ka! Ngagetin aja! Untung temen gue, kalo kagak, udah gue tampol lo!" Gerutu Galen sambil mengertak giginya.

Arka memilih untuk duduk disebelah Angkasa. "Ya mangap"

Gibran mengikuti langkah Arka. Ia memilih duduk di tempat yang masih kosong, sebelah Galen. Ia melemparkan bingkisan snack yang baru saja ia beli, kepada temannya.
Gibran meraih ponselnya dari saku. Spam chat terlihat jelas dilayar ponselnya. Galen yang sedari tadi ada disebelahnya, menertawai ke-lebay-an Ferika, pacar Gibran.

"Kenapa Bran? Lo dicari sama Beby Ferika? Disuruh makan pasti ya? Atau disuruh salat? Disuruh mandi? Yaampun, nggak habis pikir kenapa lo mau sama cewek kayak Ferika" cibir Galen sambil tertawa puas. Mendengar cibiran Galen, semua jadi ikut tertawa, menertawai Gibran.

Gibran menggaruk-garuk rambutnya yang sama sekali tidak terasa gatal. Jujur saja dia malu. Tapi ya mau gimana lagi. "Gini gini ada manfaatnya tau! Liat snack snack tangan gue bawa tadi, yang beli bukan gue. Ferika. Yang penting tu duitnya, bukan fisiknya"

"Kenapa nggak sama tante tante aja sekalian. Banyak uang kan"

Arka berdecak. "Jovan mana? Keburu telat nge-dugemnya"


Tak lama, lelaki bernama Jovan itu datang dengan nafas yang tak beraturan. "Sori sori gue telat. Tadi gue dikejar sama mak mak tetangganya si Kintha"

Mendengat ucapan Jovan, semuanya jadi tertawa terbahak bahak.

"Gila! Sekarang lo sukanya sama mak mak ya Van" cibir Gibran.

"Yang ada mak maknya yang suka sama gue!"

♤♤♤

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang