Pagi itu, Athala sedang menunggu kedatangan Arga untuk menjemputnya. Ia tak mau kejadian terlambat lalu, terulang kembali. Sudah cukup lama Athala menunggu lelaki itu datang. Dan tak lama, sebuah motor yang ditumpangi oleh lelai berhelm tertutup, berhenti didepan rumahnya. Lelaki tersebut mematikan mesin motornya lalu membuka helmnya.
"Galen" ucap Athala saat tau siapa lelaki tersebut.
Galen menghembuskan nafasnya lalu ia mendekat ke arah gadis itu. "Ya, kenapa? Lo kaget?"
Athala menggelengkan kepalanya pelan. "Mau apa lo kesini?"
"Gue mau jemput lo? Apakah lo mau berangkat bareng sama gue?" Ajak Galen sambil mengulurkan tangannya kepada Athala.
"T-tapi Arga?"
Galen menarik tangan Athala. "Udah Ayo!"
Athala mengikuti ajakan Galen. Yah dari pada Athala harus dihukum karena terlambat, mending dia ikut aja sama Galen. Athala mulai menaiki motor Galen. Galen mulai menyalakan motornya. Dan, motor Galen mulai melaju dengan cukup kencang. Laju motor yang kencang, membuat Athala refleks memeluk tubuh Galen dengan erat. Athala tak menyadari hal tersebut. Namun Galen, sadar jika tangan gadis bernama Athala itu melekat kencang dipinggangnya. Entah berapa menit mereka beradegan seperti itu. Yang pasti, kini mereka sudah sampai di tempat parkir sekolahnya.
"Emm-- Thala, udah sampai" tegur Galen saat merasa tangan Athala masih saja memeluknya.
Saat itu, Athala langsung melrpaakan tangannya dari tubuh Galen. Diapun turun dari motor besar Galen. Setelah mengucapkan terima kasih kepada Galen, Athala langsung pergi menuju kelasnya. Namun, langkah Athala seperti tertahan. Tangan Galen menghentikan langkahnya. Athala lantas membalikkan tubuhnya menatap lelaki tersebut.
"Suatu hal yang lebih sakit dari kehilangan seseorang ialah, menemukan harapan baru namun harapan itu tidak nyata"
Entah apa yang mendorong Galen untuk mengucapkan hal itu didepan Athala. Galen tetap berusaha bersikap tenang didepan Athala.
Sedangkan Athala, jantungnya berdetak tak beraturan. "Mmmaksut lo apaan?"
"Kenapa nggak kekelas bareng aja? Bukankah kelas kita sama?" Tawar Galen.
Athala menganggukkan kepalanya. Ia berjalan lebih dahulu dari pada Galen. "Ayo kalo begitu"
Galen berlari menyamakan tubuhnya dengan Athala. "Athala, gue maunanya sesuatu sama lo"
"Tanya apa?"
"Lo itu sama Arga pacaran?" Tanya Galen.
"Kenapa lo tanya gitu?"
"Ya nggak papa, tanya aja sih?"
"Gue sama Arga itu temen kok. Dari kecil malahan. Arga itu orangnya nyebelin, jahil, tapi nggak tau kenapa kalo nggak ada dia dunia rasanya sepi. Nggak ada lagi yang bikin hidup gue jadi rame" jelas Athala.
"Athala, bisa lo ulangin kalimat akhir tadi!" Suruh Galen sambil menatap Athala yang lebih pendek darinya.
"Nggak ada lagi yang bisa bikin hidup gue rame lagi" balas Athala sambil mengernyitkan dahinya menatap Galen.
Galen terkekeh mendengar kalimat yang baru saja Athala ucapkan. "Kata siapa? Gue bisa kok"
Athala ikut tertawa mendengar ucapan Galen. "Ngaco kamu Len. Btw, Angkasa gimana? Udah bisa pulang?"
Galen menggelengkan kepalanya. "Ya, lo tau sendiri luka diperut Angkasa itu lumayan parah. Mungkin butuh beberapa hari untuk menyembuhkan lukanya"

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
HumorMencoba berteman dengan masa lalu itu susah dan rumit -Angkasa Angkasa Kenzie Dirgama, badboy sekolah yang sering dipuji ketampanannya. Karismtik wajah yang ia miliki memang tak ada yang mampu mengunggulinya. Namun, siapa sangka bahwa Angkasa memil...