9). KERAS KEPALA

1.8K 65 4
                                    

Sudah beberapa hari ini Angkasa dirawat inap dirumah sakit. Jujur saja ia bosan dengan suasana ruangan yang begitu begitu saja dan nggak ada menariknya sama sekali. Ia melepas infus yang beberapa hari ini masih menempel ditangannya. Lalu Angkasa mencoba berdiri. Walaupun masih terasa sakit, Angkasa masih bisa menahannya. Ia membereskan semua baju yang ia bawa dirumah sakit dan memasukkannya kedalam tas. Angaksa pun keluar dari ruang tersebut.

"Mas Angkasa, mau kemana? Jahitan perut mas belum benar benar kering" ucap seorang suster yang melihat Angkasa membawa tasnya itu.

"Gue mau pulang! Gue bosen!" Bentak Angkasa kepada suster itu. Suster itu takut dengan Angkasa. Jika ia menahannya, pasti Angkasa bakal berbuat sesuatu yang bisa mengeluarkam dirinya dari ruang itu.

Angkasa keluar dari rumah sakit itu. Ia menghentikan taxi yang lewat dijalanan. Setelah taxi itu berhenti, Angkasa segera masuk. "Pak, jalan kenari rumah nomor 432"

Supir taxi itu mengangguk dan segera melajukan kendaraannya. Setelah beberapa menit Angkasa berada didalam taxi, akhirnya ia sampai juga dodepan kos-an Galen. Ia memberikan beberapa lembar uang berwarna biru itu kepada supir taxi. Angkasa pun masuk kedalam kos-an Galen.

"Angkasa" panggil seseorang yang tak lain ialah Galen. Galen terlihat mengenakan seragam, tak salah lagi pasti Galen baru saja pulang dari sekolah. Galen turun dari motornya dan menghampiri Angkasa dengan raut wajah senang.

Angkasa yang sedang netasakan keanehan tumbuh didalam tubuh Galen itu, segera mengintrogasi Galen. "Kenapa sih lo? Kok keliatan bahagia banget"

Galen menggelengkan kepalanya dan mengubah raut wajahnya menjadi datar. "Gue nggak papa. Lagian mana sih temen yang nggak seneng kalo temennya udah bisa pulang dari rumah sakit. Eh tapi btw, luka lo udah sembuh?"

Angkasa terkekeh. "Woi gan, ini mah luka kecil. Gue udah sering kali luka luka kayak gini"

"Disekolah ada yang kangen sama lo Sa" ucap Galen.

"Siapa? Pasti Sasha kan?"

Galen menggelengkan kepalanya. "Pak Rudi" ucap Galen sambil tertawa jahil ke arah Angkasa.

Galen berlari menuju kamarnya. Ia membanting tas yang ia gendong ke soffa dipojok ruangan. Ia memilih untuk duduk atas ranjang lalu menikmati rokoknya. Galen meraih laptop yang ia taruh diatas meja. Entah apa yang sedang lelaki gondrong itu lakukan.

Angkasa pun masuk kedalam kamar Galen lalu berbaring diatas ranjang, disebelah Galen. "Len, sore ini gue mau pergi. Lo mau ikut sama gue nggak?"

"Maksut lo apaan Sa? Lo mau ajak gue makan malem gitu? Berdua? Homo najis!!" Galen tertawa terbahak bahak atas leluconnya itu.

Angkasa memukul Galen dengan bantak yang ada di kepalanya. "Ya nggak gitu juga anjing! Kalo lo nggak mau ya nggak papa sih. Biar gue sendiri aja"

Angkasa beranjak bangun dari ranjang Galen sambil meraih kunci motornya yang ada dibelakang pintu kamar Galen.

"Loh loh Sa! Mau kemana?"

"Pergi!" Jawab Angkasa.

"Katanya nabti sore?"

Angkasa menghentikan langkahnya. Ia melirik ke arah jam tangan yang ia kenakan. "Ini jam berapa?"

Galen terdiam sambil mengangkat kedua bahunya. Itu tandanya Galen sendiri tidak tau ini jam berapa.

"Jam 4 sore. Gue cabut dulu ya!" Angkasa keluar dari kos-an Galen. Lelaki itu mulai menaiki motor dan melajukan motornya.

♤♤♤

Sore ini Athala sangat sibuk untuk menyirami bunga dihalaman rumahnya. Athala sangat menyukai bunga. Setiap sore, setelah pulang sekolah ia pasti meyiram semua bunga yang ada dihalaman rumahnya itu. Tak salah, bunga bunga yang Athala rawat selama ini tunbuh dengan baik dan semuanya tampak bermekaran.

Namun, Athala kini menghentikan aktivitasnya. Ia memandangi seorang lelaki yang datang dan menginjakkan kakinya memasuki rumah Athala. Athala mendekati lelaki tetsebut dengan wajah sinis. "Mau apa lo kesini?! Dari mana lo tau rumah gue?!"

"Gue kesini mau ngucapin terimakasih, karena lo kemarin udah tolongin gue! Dan ini buat lo" Angkasa memberikan sebuah kado berwarna merah yang sudah terikat rapi kepada Athala.

Athala menerima kado itu lalu memandanginya. "Apaan ini? Lo pikir gue nggak bisa beli kado murahan kayak gini!"

"Terserah lo! Kalo lo nggak mau terima kado itu, ya buang aja. Yang penting gue udah ucapin terima kasih banyak banyak sama lo!" Angkasa meninggalkan rumah besar itu dan kembali melajukan motornya.

Athala duduk di kursi teras sambil tetap memandangi kado itu. Athala pun membuka kado yang diberikan Angkasa. Sebuah jaket kulit berwarna merah. "Jaket ini kan mahal banget, tapi... ini kan dari Angkasa. Manusia tersombong yang pernah gue kenal. Pokoknya Gue nggak boleh pake jaket ini.

"Woi La" Arga membuat Athala kaget. Dengan cepat, Athala memasukkan jaket dari Angkasa itu kedalam kotaknya kembali.

"Apaan sih lo Ga! Ngagetin gue aja!"

Arga memandangi kotak berwarna merah yang ada di pangkuan Athala. Ia mengambil kotak itu. "Apa ini?"

Saat ingin membukanya, Athala merebut kotak itu kembali dari tangan Arga. "Kepo"

Athala melangkahkan kakinya masuk kedalam kamarnya. Sebelum Arga ikut masuk, Athala pun menutup dan mengunci pintunya. Ia kembali mengeluarkan jaket yang ada dikotak itu. Ahala memandangi betapa cocoknya ia mengenakan jaket itu dari pantulan kaca. "Jaketnya sih bagus, sayang sih kalo nggak dipakai. Tapi, Ini kan dati Angkasa. Cowok yang super nyebelin itu"

"Athala! Bukain pintunya. Lo kenapa sih" suara Arga terdengar nyaringdari balik pintu.

Athala segera melepas jaket itu dari tubuhnya lalu menyembunyikannya dibawah selimut. Setelah memastikan jaketnya sudah tak telihat, Athala segera membuka pintu kamarnya. "Apaan sih lo Ga! Ganggu gue tidur aja!"

Arga mengernyit memandangi Athala yang terasa aneh iti. "Lo beneran tidur? Bukannya baru saja lo masuk kesini ya"

Athala melotot mendengar ucapan Arga. "Ya g-gue mau istirahat. Gue capek" Athala coba mencari alasan lainnya yang logis.

"Ah masak, itu tadi kotak yang lo bawa kan?" Arga mendekati kotak kado dari Angkasa yang lupa Athala sembunyikan.

"Ini apaan sih?"

Athala menggelengkan kepalanya kerakutan. Ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya dan memandangi Arga dengan takut. 'Semoga aja Arga ngga buka buka selimut. Kali dia membuka selimut itu, pasti dia bakal tanya yang nggak nggak deh soal jaket itu' batin Athala.

Arga membuka kotak itu. "Kosong. Btw dari siapa?"

"Arga, ini tu cuma kotak kosong yang aku temuin didepan. Lagian lo kenapa sih, ganggu gue aja!" Cibir Athala.

"Ya sorry. Tadinya sih gue mau ajak lo jalan. Tapi kalo lo mau istirahat yaudah sih nggak papa. Gue mau pulang aja" Arga keluar dari kamar Athala dan menutup pintunya.

"Sebel deh. Padahal tadi mau diajak jalan jalan sama Arga. Pasti gara gara jaket sialan ini!"

♤♤♤

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang