4). DISKOTIK

2.8K 101 4
                                    

Angkasa, Galen, Arka, Gibran, dan Jovan kini berada di diskotik yang biasa mereka kunjungi. Mereka bergoyang menikmati musik yang ada.

Gibran dan Jovan, yang sudah jelas jelas punya pacar, mereka mencoba merayu wanita seksi yang ada di diskotik.

"Hai cantik, namanya siapa" Goda Jovan kepada wanita yang baru saja berlalu didepannya sambil memberikan tangannya.

Angkasa, hanya tediam duduk sambil menikmati rokoknya. Ia menggeleng gelengkan kepala atas apa yang dilakukan oleh teman temannya itu.

"Nama aku Indah, dan ini temen aku Bulan" wanita tadi memperkenalkan dirinya dengan manja kepada Gibran dan Jovan seraya mengambil tangan Jovan.

"Wah Indah seperti namanya, dan juga bening bercahaya seperti bulan" rayu Jovan.

Angkasa menghentikan aktivitasnya. Ia berdiri dari tempat duduknya. Ia membuang rokok yang hanya tersida pankalnya. Angkasa melangkah menghampiri Galen. "Len gue mau ke toilet bentar. Lo kalo mau pesen makanan atau minuman pesen aja. Ntar gue yang bayar"

Angkasa pergi menuju toilet terdekat. Saat ia ingin masuk kedalam toilet, ia sempat melihat seorang gadis masuk kedalam toilet pria. Angkasa memegang pundak gadis tersebut dengan agak kasar. "Ini toilet cowok! Lo mau ngintip ya? Atau karena lo nggak laku, lo mau cari ditoilet cowok gitu?"

Gadis itu refleks membalikkan badannya. Kini ia hanya bisa melongo sambil menggigit bibir bawahnya.

"Sekarang lo bilang sama gue, berapa bayaran lo" tawar Angkasa.

Gadis itu tak terima dilakukan seperti itu. "Lo apa apaan sih! Eh denger ya, gue kesini cuma mau nyari temen gue. Bukan mau kerja!"

"Alah! Nggak usah munafik deh lo! Sekarang lo bilang berapapun uang yang lo butuhin?" Angkasa merasa tak percaya oleh apa yang gadis itu bilang. Angkasa memandang sengut wajah gadis tersebut.

"Apa lo liat liat!" Gerutu gadis itu saat melihat mata Angkasa yang melihatnya dari atas sampai ujung kaki. Gadis itu memutar matanya malas.

Angkasa memajukan tubuhnya lebih dekat dengan gadis itu. Gadis itu menghibnari Angkasa yang mulai mendekatinya dengan berjalan mundur.

"Lo jangan kurang ajar ya!" Tegas gadis itu dengan nafas yang tak beraturan.

Tiba tiba, sebuah tangan memegangi pundak Angkasa dan membalikkan tubuh Angkasa. Satu pukulan berhasil mengenai pipi mulus Angkasa. Angkasa membalas memukul seorang lelaki yang baru saja memukulnya. Mereka sama sama berluluran darah.

Gadis itu menutup matanya, dan... bruk dia terjatuh. Lelaki yang hendak memukul Angkasa mengurungkan niatnya. "Athala..." panik lelaki tersebut saat melihat gadis bernama Athala itu terjatuh.

"Masalah kita belum berakhir" lelaki itu membawa tubuh Athala keluar dari toilet. Angkasa sama sekali tak perduli tentang gadis itu. Ia tertawa sengit memandangi punghung lelaki itu yang mulai menjauh. "Gue nggak takut sama ancaman lo!"

Setelah buang air, Angkasa kembali berjalan ketempat teman temannya berada. Sambil menyelipkan sebatang rokok diantara bibirnya, Angkasa berjalan mendekat dengan satai. Angkasa tak melihat Gibran Jovan ada disitu.

"Sa lo kenapa? Kok babak belur gitu?" Galen dan Arka memandangi wajah Angkasa. "Hidung lo berdarah" lanjut Galen.

Angkasa terkekeh mendengar pertanyaan Galen dan Arka. Ia melepas rokok yang terselip di bibirnya, dan menghembuskan asapnya. "kalian kayak nggak tau gue aja"

"Jovan dan Gibran mana?" Tanya Angkasa yang baru menyadari bahwa Gibran dan Jovan tidak ada disitu.

"Pergi sama cewek tadi" jawab Arka.

Angkasa mengangguk dan ia mendaratkan pantatnya di sofa yang tak jauh dari tempatnya.

♤♤♤

"Athala, bangun Athala!" Seorang lelaki memangku kepala Athala didalam mobil.

Mata Athala mulai terbuka. Ia berdiri seraya memegangi kepalanya yang masih tersa pusing. "Arga, gue dimana?"

"Lo di mobil gue. Lo udah aman sama gue" Jawab lelaki bernama Arga itu. Ia merasa lega karena Athala kini sudah sadar dari pingsannya. "Lo nggak papa kan Athala?"

Athala menggelengkan kepalanya. "Maafin gue Ga, gara gara gue bibir lo jadi berdarah gitu"

"Harusnya gue yang minta maaf ke lo La. Kalo gue nggak cari aduk kandung gue yang hilang ditempat maksiat ini, lo nggak bakal digodain sama cowok yang tadi" ucap Arga.

"Wajah cowok yang tadi mirip banget sama Prayoga" Masa lalu Athala dan Yoga kembali melintas diingatannya.

Arga menggelengkan kepalanya. Ia sama sekali tak menemukan wajah Yoga mirip dengan lelaki tadi. "Haha! Mana mungkin. Yoga itu dipenjara. Mungki lo itu cuna kangen sama dia"

"Athala Athala. Yoga itu psikopat. Nggak baik buat lo" lanjut Arga.

"Kalo lo bilang Yoga itu psikopat, lo salah Ga. Lo itu belum kenal Yoga!" Bantah Athala. Tak terasa, air mata jatuh dipipi Athala. Athala sangat merindukan Prayoga.

Arga menghapus air mata Athala yang berjatuhan. Arga meraih pundak Athala dengan perlahan. Athala menaruh kepalanya di pundak Arga.

"Athala, lo harus bisa lupain Yoga. Lo buka lembaran baru lo di sekolah batu ini. Dan gue bakalan selalu ada buat lo La" Arga coba menenangkan Athala.

Athala berusaha menghentikan tangisnya. Ia bangkit dari pundak Arga. "Lo benar Ga. Mungkin gue udah harus berusaha move on dari Yoga"

Arga memberikan senyum terbaiknya untuk Athala. "Nah gitu dong"

Athala melirik ke arah jarum jam kecil yang terikat di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan 10 malam. "Arga, udah jam 10. Ayo pulang"

"Oh iya, besok lo juga harus sekolah kan" Arga menghidupkan mesin mobilnya. Mobil Arga berjalan denga cukup kencang. Hingga beberapa menit, mobil sedan merah itu terparkir tepat didepan rumah Athala. Setelah mengucapkan terimakasih, Athala membuka pintu mobil Arga dan keluar dari mobil itu. Athala melambaikan tangannya kepada Arga.

Arga pun melajukan mobilnya. Dengan perlahan mobil itu menghilang dari hadapan Athala. Saat mengetahui hal itu, Athala melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam kamarnya.

Athala kini telah sampai dikamar bernuansa biru itu. Ia membaringkan tubuhnya diatas ranjang tidurnya. Athala memandangi langit langit dalan kamarnya. Sesekali, masa lalunya bersama Prayoga Aditama kembali muncul dipikirannya. Athala meraih sebuah album foto yang tergeletak disampingnya. Perlahan, ia mulai membuka satu persatu album foto yang sudah ia buat dengan Prayoga. Setiap foto yang mereka pasang di album itu, memiliki kenangan tersendiri.

"Yog, gue kangen lo. Dan sekarang gue udah ninggalin lo disaat lo lagi butuh gue. Gue memang perempuan terbodoh yang pernah ada didunia"

♤♤♤

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang