CHAPTER 16

1.3K 42 1
                                    

"Hai Sha, maafin gue ya. Kemarin gue nggak bisa nganterin Lo nonton" ucap Angkasa sambil merangkul tubuh Sasha.

Raut wajah Sasha berubah muram. Ia mempercepat lajunya dan tak mengubris perkataan Angkasa.

"Sasha, Lo kenapa gitu sih. Gue itu masih butuhin lo. Lo jangan putus gue" ujar Angkasa setengah berteriak.

Namun kali ini Sasha menghentikan kakinya. Ia melirik ke arah Angkasa yang tertinggal dibelakangnya. "Apa lo bilang? Lo masih butuhin gue? Lo pacaran sama gue karena mau manfaatin gue aja kan? Bangsat lo, Sa. Gue itu udah berusaha keras buat ngeluluhin hati lo. Tapi balesan Lo malah kayak gitu ke gue. Mau Lo apa sa? Lo itu cowok terbangsat yang pernah gue temuin. Gak usah ngelka lagi Sa. Kemarin gue liat Lo sama Athala didepan rumah Athala. Pake pelukan, hati wanita mana yang tidak hancur, Sa?!"

Entah mengapa hati Angkasa terasa memanas. Emosinya memuncak pada gadis yang berdiri didepannya itu. Bukan karena air mata yang jatuh butir demi butir di pipinya, namun dari kata kata yang ia lontarkan untuk Angkasa, kekasihnya. "Maksut lo apa Sha, bukannya lo yang paksa gue sendiri buat jadi pacar lo. Gue nggak maksa lo buat perhatiin gue tiap hari. Gue Memang bangsat Sha. Tapi gue nggak pernah nyakitin hati seorang wanita. Karena apa? Karena gue punya ibu gue"

Jleb. Sasha terdiam tak berkutik. Ia hanya bisa menangis untuk mengungkapkan perasaannya saat ini.

"Gue tau, akhir akhir ini ada yang Lo sembunyiin dari gue. Gue nggak maksa lo buat cerita. Cepat atau lambat gue juga bakal tau, Sha. Sekarang ini gue mau kita udahan sampai disini aja. Gue harap lo dan gue bisa ambil hikmah dari yang waktu itu pernah kita lakuin bareng bareng" lanjut Angkasa yang lalu membalikan badannya dan melangkah meninggalkan Sasha yang masih mengeluarkan air mata.

Angkasa sedikit membanting pantatnya untuk duduk di bangkunya. Iya, sekarang ia memilih untuk duduk terdiam sambil menikmati rokok. Ia berharap apa yang ia lakukan akan membuat hatinya jauh lebih baik dari sebelumnya. Saat hendak membakar ujung rokok, seorang gadis menghentikannya. Angkasa lupa kalau ia sebangku dengan Athala. Ia menoleh kearah Athala lalu menaikkan satu alisnya.

"Sa, maaf. Gue nggak suka asap rokok, apalagi rokoknya" ucap gadis itu dengan lembut. Ia seperti mencari sesuatu dalam tasnya. Sepertinya benda yang ia cari sudah ia temukan. Dan ia memberikannya kepada Angkasa yang lalu di suguhi kebingungan diraut Angkasa. "Apa ini? Lo ngasih gue permen?"

Athala menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Ya sebagai pengganti rokok lo. Kalo lo lagi sama gue, gue mohon lo jangan konsumsi rokok lagi, Gue mohon. Lo bisa ganti rokok sama permen ini"

Angkasa masih bingung. Sepertinya, sudah sering Athala melihat langsung Angkasa merokok. Tapi kali ini ada yang beda. Entah apa yang ada dibenak gadis itu. "Oke. Gue usahain. Boleh jelasin kenapa lo nggak suka gue ngerokok. Padahal kan nggak cuma sekali ini lo ngelihat gue ngerokok"

"Ya gue nggak suka aja. Selain itu gue trauma, karena rokok ada hubungannya sama masa lalu yang pedih" ucapnya sambil merundukkan kepalanya.

"Emm, sorry. Bukan maksut gue buat ngingetin Lo sama masa lalu Lo"

"Gak papa kok, gue mau liat Lo makan permen ini" ucap Athala.

"Tapi, gue nggak suka permen" bantah Angkasa sambil memandangi lalu membaca merk permen itu.

"Dulunya lo juga nggak suka sama rokok, Sa. Karena Lo belum kenal. Maka kenali dulu. Tak kenal maka tak sayang kan" jelas Athala sambil tertawa jahil.

"Maksut gue bukan itu. Gue nggak suka sama rokok. Tapi gue sukanya sama Lo"

Deg. Jantung Athala berdebr ak semestinya. Ia menghentikan tawanya laku terdiam kaku dan bingung apa yang akan ia lakukan. Ia menggaruk belakang kepalnya yang tak terasa gatal itu sambil berkata "Lo itu ya Sa, ngegombal mulu. Kerjain 'tuh tugas sekolah"

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang