CHAPTER 10

2K 64 11
                                    

"Angkasa! Lo kemana aja sih. Gue kan kangen!!" Teriak Sasha dipinggir lapangan sambil mengaitkan tangannya dilengan Angkasa.

Angkasa menggelengkan kepalanya dengan menatap datar pandangan didepannya. Ia tak menjawab. Ia melepas tangan Sasha yang melekat ditangannya. Ia merangkul Sasha dan menciumi rambut Sasha yang terurai. Iya, Angkasa sangat menyukai bau shampoo Sasha yang biasa ia kenakan. "Kita duduk dulu yuk!"

Sasha menganggukkan kepalanya. Mereka berdua berjalan mendekati sebuah kursi kosong yang tak jauh dari posisi mereka sekarang. Setelah itu Angkasa mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya dan mulai mendekatkan korek api yang menyala didekatnya. Angkasa menghirup rokok tersebut lalu menghembuskannya. "Kemarin gue itu ada acara. Kenapa lo kangen sama gue?!"

Sasha memanyunkan bibirnya lalu melipat tekukan tangannya didepan dada. "Acara apa? Lo ngedugem lagi sama anak SG (Streed Generation)? Lo pasti godain tante tante yang ada disana kan?!"

"Sepertinya gue mulai jatuh cinta beneran deh sama lo! Dan lo pasti takut buat kehilangan gue kan?" Angkasa menebar senyum kepada Sasha yang sedang bermuka lucu itu.

Sasha menghentakkan kakinya dan masih tidak mengubah gaya marahnya yang itu. "Lo itu apaan sih Sa! Lo pikir gue itu gak serius sama lo! Gue tau kalo sebenernya lo itu nggak suka sama gue. Gue mau---"

Angkasa menarik pundak Sasha hingga kepalanya jatuh tepat diatas paha Angkasa. Angkasa membelai rambut Sasha dengan lembut. Sambil menghirup rokoknya, sesekali ia mencubit pipi Sasha dengan gemasnya. "Gue mulai beneran suka sama lo"

"Sa, gue serius. Sekarang gue tanya sama lo Sa! Apa bener tentang berita yang beredar disekolah kita ini? Kalo lo itu nerima gue karena fisik gue? Karena uang gue? Bukan karena hati kan?"

Angkasa terkekeh mendengar ucapan Sasha. "Maksut lo apaan? Bukannya lo yang bilang sendiri" ingatan waktu pertama Angkasa menerima Sasha kembali terulang. "Kalo semisal gue nggak perhatian sama lo, nggak bisa kasih lo kebahagiaan, lo boleh kok putusin gue. Tapi please! Terima gue! Gue janji gue bakal berusaha keras buat lo jatuh cinta sama gue! Reyna dan Karina yang bakal jadi saksinya"

Angkasa menaikkan kedua bahunya. Lalu ia menatap tajam wajah Sasha. "Lo masih inget kan?"

Sasha menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Iya sih Sa, tapi emang lo itu suka sama gue?" Tanya Sasha dengan sedikit gugup.

"Iya"

"Kalo lo suka sama gue, kalo lo sayang sama gue, dan kalo lo cinta sama gue, lo perlu tau, Sa. Gue itu cewek. Gue butuh perhatian lo! Lo itu pacar gue. Dan sekali pun lo nggak pernah perhatiin gue! Please Sa! Jangan buat gue lelah ngejar lo mulu!" Eluh Sasha yang tak bisa menahan lagi air matanya.

"Apa artinya lo itu udah nyerah buat ngejar gue? Terus mau lo apa? Lo mau putus dari gue? Lo yakin? Lo siap nerima kenyataan? Lo tau gue siapa? Nggak menutup kemungkinan kan, jika lo minta putus dari gue, gue bisa dapet yang lebih dari lo?"

Sasha mengangkat kepalanya dan lalu menegakkan tubuhnya. Mungkin Angkasa itu sudah error. Udah tau kalo Sasha itu butuh perhatiannya. Tapi malah menakut nakuti Sasha dengan omongan yang diam diam menusuk hatinya. "Nggak Sa! Gue nggak mau!"

Angkasa memeluk erat Sasha dan lalu mencium dahinya. Waktu serasa terhenti disaat Angkasa mencium dahi Sasha. Baru kali ini Angkasa bersikap seromantis ini. Yang pasti dia memeluk Sasha bukan karena rambutnya yang berbau permen itu. Jatung Sasha berdegub begitu kencang. Ia berharap, kali ini Angkasa bisa merubah sikapnya. Dan minggu depan adalah anniversary mereka yang ke 1 tahun. Semoga saja Angkasa ingat dan memberi kado luar biasa untuk Sasha.

Angkasa melepas tangannya dari tubuh Sasha. Tak lama bel masuk sekolah terdengar nyaring dari segala penjuru sekola. Setelah berpamitan dengan Angkasa, Sasha pergi dari hadapan Angkasa. Setelah memastikan Sasha menjauh dari hadapannya, Angkasa pun berdiri dan mulai melangkahkan kakinya. Entah kenapa, ia merasa sangat lega setelah beberapa hari tidak berangkat, akhirnya ia bisa berangkat ke sekolah dan menemui Sasha. Saat itu, kakinya terdiam dan tak bisa tergerakkan. Ia menatap ibuk ibu berpenampilan lusuh yang memiliki bentuk wajah sama seperti Elina, Ibunya. "Ibu!" Angkasa memeluk erat sosok ibu ibu yang ada didepannya. Tak membalasa pelukan Angkasa, ibu tersebut lalu melepas tangan Angkasa yang memeluknya erat.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang