Delapan: Hujan

668 46 41
                                    

Selamat membaca 😊

Secepat itukah waktu? Kini Lin sudah kembali memulai aktivitas paginya. Apalagi kalau bukan bersiap-siap menjadi pelayan Tom.

Lin mematut di depan cermin. Gadis itu sudah rapih dengan baju pelayan sesuai hari ini. Ia sedari tadi bermonolog menghadap bayangannya di cermin. Ia sudah siap berkelana dengan tugasnya hari ini.

Pagi pelayan kecil. Cepat ke kamar saya!

Suara horor itu sudah berkumandang di kamar Lin. Gadis itu terkesiap. Tapi kali ini suara Tuannya sedikit lembut. Menenangkan hati Lin. Dia bisa sedikit santai menuju kamar Tuannya.

Lin sudah berpijak lincah thap thap thap. Menginjak satu persatu anak tangga itu. Setelah sampai di depan kamar Tom, Lin mengusap bagian depan roknya, entah untuk apa padahal rok yang ia kenakan tidak kotor sama sekali.

Tom sudah duduk di kursi roda, ia sudah menatap pemandangan di luar sana melalui jendela kamarnya. Aroma petrikor semerbak masuk melalui celah jendela kamar itu, hujan singkat semalam dan tadi pagi meninggalkan bau alami itu.

"Tuan." Sapa Lin yang sudah berdiri di belakang Tom yang masih fokus menatap ke luar sana.

Tom memutar kursi rodanya. Ia menatap lurus ke arah gadis itu.

"Mulai sekarang saya tidak akan memberikan kamu lembaran yang berisi tugas-tugas utama kamu. Saya akan langsung mengucapkan apa yang saya mau mulai sekarang,"

"Baik Tuan." singkat Lin menimpali.

"Tugas kamu sekarang, kamu tangkap tiga kupu-kupu dengan warna yang berbeda. Kamu lihat di luar sana, mereka menari-nari begitu indah. Saya ingin melihatnya dari dekat." Perintah Tom kepada Lin.

Gadis itu mengeluh dalam hati. Apa-apaan Tuannya itu malah menyuruhnya menangkap kupu-kupu. Menangkap ikan di kolam saja Lin tidak bisa. Apalagi kupu-kupu yang lihai dan cekatan terbang kesana dan kemari.

"Kenapa malah diam? Cepat lakukan!!" Bentak Tom, membuat Lin terkejut bukan main.

Salah besar kalau Lin menilai Tuannya itu sudah lembut. Watak aslinya yang suka membentak dan tidak sabaran muncul kembali.

"Baik Tuan."

Lin berjalan malas keluar dari kamar itu. Tom tahu betul, gadis itu pasti setengah hati melaksanakan perintahnya. Tapi biar saja, Tom senang melihat wajah ditekuk kusut gadis itu.

🍁🍁🍁🍁🍁

Lin sudah berada di luar rumah itu dengan kedua mata yang sudah menatap kupu-kupu dengan corak warna yang berbeda, hewan itu hinggap di dedaunan dan sisanya menari di atas sana bersama udara yang tak kasat mata.

Lin menghempaskan telapak tangannya ke udara. Thap. Gagal dia meraih kupu-kupu itu. Lalu pandangan Lin terpusat pada kupu-kupu cantik dengan warna kuning menyala yang sedang hinggap di dedaunan.

Lin berjalan merindik bagai pencuri. Thap. Gagal lagi dia menangkap kupu-kupu. Ah kesal. Lin menghentakan kakinya berkali-kali karena kesal gagal dan gagal lagi menangkap kupu-kupu.

Lin di bawah sana sedang frustasi gara-gara kupu-kupu, di atas sana di kamar itu, Tom malah tertawa terpingkal-pingkal. Ia senang melihat Lin yang jatuh terduduk berkali-kali di tanah dan beberapa kali juga hampir terjungkal karena terlalu semangat menangkap kupu-kupu.

"Sialan kamu Tom!!"

Lantang Lin mengutuk Tuannya. Tetapi Tom tidak mendengar, dia masih asyik tertawa. Itung-itung apa yang dia lihat pagi ini adalah adegan komedi dari gadis cantik yang berkelana menangkap kupu-kupu untuk Tuannya.

SUDDEN (TOM&LIN)  (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang