Dua Puluh Tiga: Empat Tugas Tom

396 23 31
                                    

Siapin hati kalian baca part ini

Jangan lupa vote dan komentarnya hehe

Selamat membaca 😘😘




Siang ini, rumah Tom akan kedatangan tamu. Ya, tamu-tamu itu adalah teman-teman Tom saat kuliah dulu. Katanya, mereka datang untuk merayakan kesembuhan Tom. Entahlah, padahal Tom anti sekali dengan hal-hal perayaan semacam itu. Tapi, menolak tamu yang datang dengan tujuan yang baik, Tom tahu itu bukanlah hal yang baik.

Lin di dapur sedang menyiapkan beberapa makanan dan minuman untuk tamu-tamu yang akan datang siang ini. Setelah kejadian balap-balapan malam saat itu, Lin benar-benar cemas dengan Tom. Takut kalau lelaki itu akan di timpa hal yang lebih buruk lagi. Lin sedang sibuk meracik minuman untuk tamu-tamu Tom. Namun, pergerakan tangan Lin terhenti tiba-tiba. Hal itu karena ulah Tom. Lelaki itu tiba-tiba saja memeluknya dari belakang.
Tidak cukup sampai di situ, bahkan Tom menciumi pipi Lin berkali-kali. Karena ulah Tom tersebut, Lin sampai tidak fokus. Gadis itu hampir saja menumpahkan minuman yang sedang dia siapkan untuk para tamu.

"Tom!!" protes Lin kala Tom masih saja mengganggunya.

"Panggil aku Tuan. Aku di rumah ini tuanmu Lin! Lancang kamu Lin!" tantang Tom berprotes kepada Lin.

"Kamu sendiri yang nyuruh aku panggil kamu nama. Iya kan?"

"Ya, ya." Tom hanya membalas singkat. Dia lalu mencubit pipi Lin dengan gemas. Setelah itu, dia berlalu dari dekat Lin. Apalagi, setelah kehadiran Madam Rose di dapur. Lin benar-benar tidak nyaman jadinya.

Madam Rose hanya tersenyum-senyum melihat hal itu. Lin masih belum terbiasa dengan hubungannya dengan Tom. Rasanya sangat aneh. Apalagi, jika lelaki itu tiba-tiba saja tanpa aba-aba bersikap manis padanya di rumah itu. Lin menjadi tidak fokus dengan pekerjaannya menjadi pelayan.

Keramaian nampak terdengar dari ruang tamu. Benar saja, saat Lin tengok ternyata teman-teman Tom sudah datang. Mereka langsung berhamburan saling tos ataupun memeluk Tom. Sebuah sapaan ala-ala mereka.

Lin dan Madam Rose lalu menghidangkan makanan dan minuman yang sudah mereka siapkan. Lin saat meletakkan minuman di meja tamu, kedua matanya bertemu pandang dengan Naura. Perempuan itu Lin tatap begitu menatapnya tajam. Bahkan terdengar dengusan singkat dari perempuan itu. Jujur Lin belum bisa mengenyahkan dengan mudah perkataan Naura saat itu. Masih membekas sampai saat ini. Bahkan, itu masih menjadi ketakutan Lin sampai saat ini.


🍁🍁🍁🍁🍁

Sorenya, tamu-tamu yang datang tadi siang perlahan saling berpamitan untuk pulang. Kini, hanya tersisa Naura yang masih ada di rumah Tom.

Di halaman belakang rumah, nampak terdengar jelas oleh Lin suara ketawa Naura dengan Tom. Lin menilik sekilas. Dia merasakan hal aneh saat melihat kedekatan Tom dengan Naura. Lin cemburu.

"Kalau aku gaya gini gimana? Bagus nggak?" tanya Naura seraya dia bergaya-gaya tidak jelas. Namun, tetap enak di lihat.

"Ya, ya kayak gitu. Diam. Aku lukis sekarang nih." balas Tom. Lalu, lelaki itu bergulat lihai dengan kuas yang ada di tangan kanannya.

Lin mengintip hati-hati. Dia rasanya sulit untuk mengabaikan yang dia lihat sekarang begitu saja.

"Awas kalau jelek! Aku udah kerja dengan sangat baik di restoran kamu Tom!" seru Naura yang kini sudah menjadi model lukisan Tom sore ini.

SUDDEN (TOM&LIN)  (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang