Sepuluh: Keluar Dari Sangkar

648 41 45
                                    

Kalau ada typo-typo kasih tahu ya guys.  Semoga part ini tidak mengecewakan hahaha.

Happy reading and enjoy 😊😊

Lin menyibak tirai jendela kamar itu. Hari ini semangatnya bekerja sungguh berkobar-kobar. Entah karena apa, tetapi Lin merasa setelah satu hari kemarin ia istirahat dari rutinitasnya, sekujur tubuhnya dihantam energi yang luar biasa.

Sinar matahari pagi ini sudah menerobos masuk melalui celah-celah yang ada.

Lelaki di ujung pandangan Lin masih terlentang dan lelap dalam tidurnya. Lin mendekat, selimut yang menutupi tubuh lelaki itu sedikit tersingkap. Lin lalu duduk di tepi ranjang, ia mengusap lembut dan hati-hati pergelangan tangan Tom yang sudah terbalut perban.

"Kenapa Tuan nekat sekali?"
"Kenapa Tuan yang galak bisa selemah ini?"

Lin bermonolog dengan segala pertanyaan ganjilnya. Dia menatap laki-laki itu yang masih terpejam. Lin menatap lekat bagaimana rupawannya Tom. Gadis itu baru menyadari betul kalau tampang lelaki itu sangat tampan. Hidungnya, kedua matanya yang setiap menatap dirinya tajam, bibirnya yang sudah merenggut ciuman pertamanya dan rahangnya yang tegas, belum lagi kulit kuning langsat lelaki itu. Oh iya satu lagi, ada satu tahi lalat yang sangat kentara di bagian leher kirinya.

Pandangan Lin pagi ini dipenuhi oleh sosok manusia ciptaan Tuhan itu yang bak pahatan sempurna.

Mendapati gerakan kecil dari Tom, buru-buru Lin menyadarkan dirinya. Dia bangkit dan mengerjakan apa saja agar tidak terlalu kentara jika dirinya baru saja mengagumi Tuannya.

"Selamat pagi Tuan. Sinar matahari sangat cerah hari ini. Bukan itu saja, kicauan burung sungguh merdu sekali. Mereka sudah menari dihamparan langit yang biru."

Mendengar penuturan panjang lebar Lin, membuat Tom mengangkat sebelah alisnya. Tom masih berusaha mengumpulkan seluruh titik kesadarannya. Ada apa dengan gadis itu? Pagi-pagi sudah mengoceh panjang lebar kepada dirinya.

"Bagaimana tidur Tuan? Nyenyak?" tanya Lin sangatlah manis. Tom semakin dibuat ganjil dengan tingkah gadis itu.

"Nyenyak." singkat Tom menimpali ucapan Lin.

"Jadi, tugas saya hari ini apa Tuan?" Tanya Lin sangat antusias.

Tom berusaha membangunkan dirinya agat bersandar ke kepala ranjang. Melihat betapa susah payahnya Tom bangun, membuat Lin gerak cepat. Dia cekatan membantu Tom.

Pandangan Lin dan Tom bertemu sangat dekat. Kedua telapak tangan Lin masih memegang lembut kedua bahu Tom. Lelaki itu sudah bersandar di kepala ranjang.

Jika diam seperti ini, Tuan sangat tampan.

Puji Lin dalam hati. Sedetik kemudian, Lin dengan cepat melepaskan kedua telapak tangannya dari bahu Tom. Lin mengedarkan pandangannya kesana dan kemari. Tidak tahu persis apa yang ia cari. Yang pasti, ia sudah dibuat salah tingkah.

"Hari ini kamu tidak perlu pakai baju pelayan itu. Kamu harus antar saya ke rumah sakit siang ini," titah Tom kepada Lin dan direspon anggukan mantap dari gadis itu.

"Sekarang apa Tuan butuh sesuatu?"

"Ya, saya harus mandi. Apa kamu mau memandikan saya?" Timpal Tom yang condong seperti sedang menggoda gadis itu.

"Umm maaf Tuan tapi saya---"

"Saya sudah tahu jawabannya. Saya juga tidak mau aset berharga saya dilihat oleh pelayan seperti kamu."

Seperti kamu? Memang Lin seperti apa? Ah, menggantung sekali ucapan Tuannya itu.

"Sekarang lebih baik kamu siap-siap. Saya tidak mau menunggu kamu berdandan. Perempuan kalau berdandan suka lama. Menjengkelkan!"

SUDDEN (TOM&LIN)  (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang