Tiga Puluh Tujuh: Say Goodbye You

383 20 33
                                    

Hai selamat hari sabtu 😊

Jangan lupa tinggalkan vote dan komennya ya

Selamat menikmati part ini 😊


Lin memeluk lukisan itu. Tempat ini lagi yang dia datangi. Bagi Lin, suasana yang tidak terlalu ramai di tempat ini sangat nyaman untuknya merenungkan banyak hal. Dulu, saat Lin akan memasuki masa-masa ujian sekolah dan nasional, tempat ini lah yang menjadi tempat favoritnya untuk belajar.

Lin duduk hanya beralaskan rumput hijau di dekat danau itu. Pandangan gadis itu mulai bertebaran. Ingatannya mulai menjelajah kemana-mana. Hingga membawanya pada satu titik saat lamaran yang Tom lakukan malam itu. Lin merasakan sesak di dadanya. Baginya, kebahagiaannya malam itu yang begitu memuncak adalah pengantar dari waktu untuk memberikan kejutan berikutnya. Dan kejutan itu adalah kejutan yang mengerikan yang harus Lin terima.

Langit sudah mendung sedari pagi. Dan sekarang, tetesan air dari langit sudah Lin rasakan menyentuh kulitnya. Tapi, gadis itu tidak peduli. Dia tetap duduk di situ. Dia memeluk erat lukisan yang Tom buat.

"Kenapa kamu nggak cerita kalau kamu udah pernah ketemu sama aku sebelum aku jadi pelayan kamu? Kenapa kamu nggak langsung kenalan saat itu sama aku?"

"Lupa, kamu kan gengsian. Mana mungkin seorang Tomy Alisher mau melakukan itu. "

"Lukisan ini sangat indah Tom. Bahkan, aku terlihat sangat cantik di lukisan ini. Kenapa bisa kamu membuat aku sesempurna ini di lukisan yang kamu buat?"

"Tom, aku harus gimana sekarang? Orang-orang memilih mengikhlaskan kamu untuk pergi. Tapi aku nggak bisa melakukan itu Tom! Aku nggak bisa! Semuanya terlalu cepat buat aku! Hiks...,"

Tangisan Lin pecah. Untung saja, hujan berhasil meredam suara tangisannya. Lin tetap menangis, dia tetap duduk dan dia tetap memeluk lukisan itu dengan erat.

Dari arah belakang Lin, seseorang berlari cekatan. Dia sudah membawa payung. "Lin..," katanya panik. Dia lalu berjongkok dan membujuk Lin agar pulang.

"Nggak mau Sya, aku pengin di sini." balas Lin menolak.

"Lin, please, jangan siksa diri kamu kayak gini!" balas Ersya lantang.

"Aku mau ketemu Tom, Sya!!" Lin membentak. Bentakan itu bercampur dengan kesedihannya.

Ersya memeluk Lin setelah itu. Dia sudah kehabisan kata dan cara jika melihat Lin seperti sekarang ini. "Lin, gue tahu ini sangat sulit buat lo. Tapi, akan semakin sulit kalau lo terus-terusan terpuruk kayak gini. Tom akan jauh lebih sedih kalau dia liat lo kayak gini! Mendoakan yang terbaik untuk orang yang udah ninggalin kita, itu jauh lebih baik daripada kita nangisin dia terus menerus."

Tidak ada balasan dari Lin. Hanya tangisan semakin menjadi yang Lin keluarkan. Ersya lalu membujuk Lin kembali. Berharap gadis itu tidak menyiksa dirinya terus menerus karena kehilangan Tom.

🍁🍁🍁🍁🍁


"Yang menyakitkan itu, bukan saat kamu ninggalin aku. Tapi, kenangan sama kamu yang tetap menghantuiku." ucap Lin. Gadis itu sedang terlentang penuh di atas perahu. Kedua tangannya dia jadikan bantalan. Kedua matanya terpejam. Hidungnya menghirup lekat-lekat udara siang ini.

Satu minggu yang lalu, Lin baru saja menabur bunga di lokasi jatuhnya pesawat Peony Air. Saat menabur bunga, gadis itu berucap dalam hatinya 'Selamat tinggal Tom'. Kalimat itu Lin ucapkan susah payah.

"Selamat tinggal Tom. Selamat tinggal dari dunia ini. Tapi, tidak dengan kamu di hati dan ingatan aku. Aku rasa, kamu akan tetap menjadi penghuni tetapnya."

SUDDEN (TOM&LIN)  (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang