Tiga Puluh Satu: Jangan Dengar Mereka

354 24 24
                                    

Selamat sabtu malam 😊

Selamat membaca part ini

Jangan lupa vote dan komennya hehe

Tom baru saja bangkit dari kursi. Dia melihat sekilas ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Ternyata sudah pukul setengah sebelas. Tapi sungguh, dia tidak sabar ingin bertemu dengan gadis itu. Siapa lagi kalau bukan Lin.

Namun, pergerakan langkah kaki lelaki itu tersendat. Tom menatap heran. Dia hampir saja bertubrukan di ambang pintu saat baru membuka pintu ruangannya. Ada Naura tepat di depan pintu ruangannya.

"Aku ada perlu sebentar sama kamu Tom," kata Naura serius. Tom dari pandangannya seolah membaca gerak-gerak serius perempuan itu.

"Maaf kalau aku bilang ini mendadak dan maaf kalau aku mengganggu waktu kamu." kata Naura lagi.

Tom tidak menimpali apa-apa. Dia langsung berbalik badan dan masuk kembali ke ruangannya. Naura mengikuti dari belakang.

Ruangan itu mendadak diselimuti suasana yang begitu serius dan canggung. Tom lalu membuka suara memecah keheningan, "Jadi, apa yang mau kamu bilang sama aku Naura? Sebentar...,"

Lelaki itu menjeda ucapannya. Dia menatap serius wajah Naura sekarang. Perempuan yang Tom tatap, balik menatapnya. Bahkan sangat intens.

"Kamu bukan mau bilang tentang masalah pengunduran diri kamu kan?" Tom menebak. Curiga.

Terdengar helaan napas dari perempuan di depan Tom. Dia lalu menyerahkan sebuah benda pipih berwarna putih susu tepat ke arah Tom. Lelaki itu menerimanya dengan bingung.

"Itu surat pengunduran diri aku." jelas Naura.

"Kenapa mendadak? Kan aku udah bilang Naura, kamu sampai kapanpun tetap menjadi partner terbaik aku! " Tom nampak syok. Meskipun dia pernah mendengar langsung dari mulut Naura, kalau perempuan itu punya niatan untuk mengundurkan diri.

"Aku udah mantap Tom. Niat aku udah bulat," balas Naura.

"Kamu tenang ajah, aku udah dapetin orang yang tepat buat gantiin posisi aku. Dan aku pastikan, kalau aku nggak salah pilih orang." lanjut Naura berkata.

"Kasih tahu aku alasan, kenapa kamu bisa mantap mengundurkan diri gini ajah?" tanya Tom. Wajah Tom nampak sangat serius. Berkali-kali serius dari biasanya.

"Aku akan melanjutkan study di Kanada Tom. Kamu mau tetap melarang aku untuk berhenti?" Naura menjelaskan. Tom termenung sejenak. Seolah sedang berpikir keras.

Melepaskan Naura begitu saja tidak mudah baginya. Apalagi, perempuan itu sudah lama jatuh bangun bekerja di restorannya. Bahkan, saat Tom berada di masa-masa yang paling terpuruk, Naura bisa menjadi andalan untuk Tom.

"Jujur, melepaskan kamu gitu ajah sangat sulit buat aku Naura. Tapi, aku terlalu jahat kalau melarang kamu untuk tidak melanjutkan study kamu. Apa boleh buat? Mungkin aku memang harus mengijinkan kamu." jelas Tom. Lelaki itu lalu memeluk Naura. Mungkin sebagai pelukan perelaan kalau perempuan itu tidak lagi bekerja di restorannya.

"Andai kamu juga mengijinkan aku masuk ke hati kamu Tom." batin Naura pilu. Di balik pelukan lembut itu, tidak Tom tahu kalau Naura menitihkan air mata. Air mata untuk banyak hal. Perpisahan, rasa yang tidak berbalas dan perasaan lainnya yang tidak bisa Naura jelaskan satu persatu.

"Aku pasti bakalan rindu banget sama kamu Naura. Perempuan tertangguh yang pernah aku kenal." kata Tom.

Perlahan, pelukan di antara mereka merenggang. Naura menghapus air matanya cepat-cepat. Tidak ingin Tom tahu hal ini.

SUDDEN (TOM&LIN)  (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang