Tiga Puluh Empat: Kejutan Kedua

313 20 26
                                    


Hai hai, kembali lagi nih sama Abang Tom dan Neng Lin

Jangan lupa tekan tanda bintangnya

Selamat membaca part ini 😘

Lin menyedot tanpa sisa jus strawberry dalam cup itu. Dia berkali-kali tersenyum jika ingat bagaimana semalam, Tom baru saja melamarnya. Lin merasa semua yang terjadi seperti mimpi.

"Gue pokoknya harus cari pacar kayak Tom! Ti-Tik!" kata Sekar semangat. Dia lalu menusukkan garpu yang dia pegang dengan hentakkan cukup keras ke siomay yang sedang dia nikmati.

"Lin please, cariin gue cowok kayak Tom! Masih ada nggak ya di dunia ini?" kata Sekar lagi. Lin sontak tertawa. Ucapan Sekar begitu menggelitik untuknya.

"Sebentar ya, aku coba cari di situs belanja online, mungkin stok nya masih ada, hehehe." balas Lin meledek. Sekar sampai menyenggol kasar lengan Lin.

"Nyebelin! Mentang-mentang udah di lamar sama Tom, sombong sekarang!" Sekar memanyunkan bibirnya. Lin langsung gemas menyubit pipi temannya itu.

"Eh tapi, gue jadi inget ucapan lo waktu jaman SMA deh Lin. Dulu, setiap lo lagi kesel gara-gara bibi lo yang cerewet dan pelit itu, lo selalu bilang gini 'Sekar, aku mau nikah muda ajah. Biar aku nggak jadi beban paman sama bibi aku. Dan yang penting, aku nggak tinggal serumah lagi sama Bibi aku!' Gue masih hapal banget gimana keselnya lo sama bibi lo waktu itu dan berujung lo mau mengakhirinya dengan nikah muda. Inget nggak lo?" panjang lebar Sekar berkata. Lin langsung terpingkal. Dia sangat ingat kalimat itu.

"Aku inget banget. Sampai-sampai Ersya nawarin diri mau nikahin aku saat itu. Tuh anak emang ada-ada ajah." Balas Lin, diselingi dia tertawa renyah.

"Hahahaha....," keduanya saling kompak tertawa.

Berbeda dengan Lin yang sedang asyik tertawa bersama Sekar di foodcourt yang ada di kampusnya, Tom di dalam ruangannya baru saja menghempaskan dirinya untuk duduk di kursi. Dirinya sudah mendapati setumpuk berkas yang seperti biasa akan berhasil membuat batang hidungnya hampir tidak kelihatan.

Tom membuka kotak makan berwarna bening yang tadi pagi Lin berikan saat dirinya mengantarkan gadis itu ke kampus. Ada secarik kertas yang tertempel di atas kotak makan bening itu. Tom dengan tidak sabaran ingin segera melihat apa yang di tulis gadis itu untuknya.

Aku tahu kok, puding yang aku buat tidak sebanding sama makanan berkelas yang ada di restoran kamu. Tapi, aku buatnya sepenuh hati dan sepenuh cinta lho. Jadi, selamat menikmati buatanku ya 😘

Dari Lin-Gadis tercantik milik Tom


Tom tertawa kecil. Dia gemas meski hanya melihat tulisan itu. Cepat-cepat dia menyantap hasil karya Lin. Namun, ditengah dia asyik menyantap puding buatan Lin, seseorang tanpa mengetuk pintu ruangan langsung melangkah masuk dengan santai. Tidak cukup santai di situ, bahkan dia dengan cekatan menyerobot puding yang sedang Tom santap.

"Enak juga nih." katanya tanpa berdosa. Dia tidak peduli dengan wajah seseorang yang kini menatap sebal ke arahnya.

"Lang!!" kesal Tom. Gilang yang senang karena kekesalan Tom, kini malah mengambil alih kotak makan itu.

"Pelit ama sih ama temen sendiri! Nggak inget ya! Beberapa hari yang lalu, gue sampai semalaman jadi teman latihan lo buat melamar Lin, hah! inget nggak lo?!" balas Gilang. Dia lalu berlari kecil mengelilingi ruangan kerja Tom.

"Tapi itu kan puding buatan Lin, Lang! Lo nggak berhak buat makan buatan dia! Cuman gue yang berhak!" Tom memarahi Gilang.

Mendengar itu, Gilang menghentikan ulahnya. Semula, Tom dan Gilang lebih persis seperti kedua anak kecil yang berebut mainan mobil-mobilan.

SUDDEN (TOM&LIN)  (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang