Ruangan itu dilanda kesunyian yang semakin menjadi. Kecanggungan menggerogoti So Eun. Suara dentang Jam terdengar sangat jelas, tak terbayang seberapa sunyinya kedaan saat ini. Sembari terus menatap Taehyung, So Eun sesekali membenarkan posisi high heels-nya yang semakin lama tidak dapat diajak berkompromi.
"Tuan Kim, nona Kim sudah berdiri disana hampir sejam." Sekertaris Park sekedar mengingatkan Taehyung pada prilaku tidak perduliannya.
"Aku tidak memintanya berdiri..." jawab Taehyung masih antusias dengan tablet digenggamannya. "Sudah kukatakan padanya untuk tidak berdiri karena dia bukan sekertaris."
Sekertaris Park kemudian bertukar tatapan dengan So Eun. Sekertaris Park mengangguk seakan bertukar pikiran lewat telepati dengan So Eun. Meski ragu namun pasti, So Eun mengambil duduk disofa jauh dari Taehyung.
"Kau akan bersamaku 24 jam kan?"
"Ne?!" So Eun terperanjat kala ia mendegar pertanyaan yang tidak harusnya ditanyakan. Maybe.
"Kenapa? Dia tak akan bersamaku 24 jam?" Taehyung menatap sekertaris Park yang masih setia berdiri disamping Sofa Taehyung.
"Ahk, itu... tidak ada dalam kontrak seonim." Ucap sekertaris Park dengan sedikit menunduk.
"Kenapa tidak ada? Bagimana jika aku terkena serangan panik ditengah malam? Kalau aku mati kepanikan, siapa yang akan bertanggung jawab?" Sekertaris Park terdiam tak berkutik. Sementara So Eun menatap Taehyung dari sudut matanya sembari mengumpat kecil. "Tambahkan 24 jam dikontraknya, dan lipat gandakan gajinya. Kita lihat bagimana dia bekerja." Tatapan Taehyung yang cukup meremehkan itu seakan benar-benar membuat So Eun terintimidasi.
.
.
.So Eun duduk disamping kursi kemudi dan terus mengamati Taehyung lewat kaca spion didalam mobil. Dilihatnya Taehyung asik dengan tabletnya juga beberapa lembar kertas dan bolpoin. So Eun segera terperanjat kala dari kaca itu terpantul wajah Taehyung yang melihat kekaca yang sama.
"Apa yang kau lihat?"
"Ahk, aniyaa, aku tak melihat apa-apa." So Eun menggenggam sabuk pengamannya dengan sangat kuat. Merasa malu dengan tingkah bodohnya.
"Tuan, kita hampir sampai." Sekertaris Park mengisyaratkan sebuah pemberitahuan. Taehyung kemudian menarik lengan kemeja yang sebelumnya ia gulung, kebawah. Dikenakannya mantel berwarna tan miliknya kemudian memakai sarung tangan dikedua tangannya.
"Kenapa kau memakai sarung tangan?" Pertanyaan So Eun seketika membuat sekertaris Park mengerem mendadak. Tatapan Taehyung tajam kekaca spion dalam mobil yang juga ditatap So Eun.
"Ahk... maafkan saya tuan." Jawab sekertaris Park kembali melajukan mobil yang ia kendarai.
"Berikan padaku." Ucap So Eun menjulurkan tangannya kebelakang. "Kita harus mulai dari sarung tangan itu terlebih dahulu."
Dengan tatapan masih amat tajam, Taehyung membuka sarung tangannya kemudian menjatuhkannya tepat ditelapak tangan So Eun tanpa menyentuh tangan yeoja itu.
"Cobalah untuk terbiasa tanpa sarung tangan ini. Kau bisa mulai mengantungkan tanganmu dimantel milikmu."
"Kau banyak memerintah..." ucap Taehyung menghembuskan nafas besar yang cukup panjang.
Dari pantulan kaca, So Eun melihat Taehyung tengah mengatur nafasnya. Namja itu terlihat gelisah, apa lagi ketika mobil telah bertengger didepan pintu masuk utama perusahaan miliknya. So Eun keluar dari mobil kemudian sekertaris Park membukakan pintu untuk Taehyung. Namun namja itu tak kunjung turun dari mobilnya.
"Seonim?" Tegur sekertaris Park kala Taehyung tak bergerak sedikitpun dari posisinya.
Mata Taehyung melebar kala So Eun menghampirinya dan sedikit menunduk untuk menatap matanya langsung. "Taehyung-a... keluarlah, akan kupastikan kau aman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything It Takes
FanfictionTaehyung jatuh cinta pada psikiaternya, Kim So Eun yang lebih tua dari pria itu. Sementara Kim Taehyung sendiri phobia sentuhan. Dan bagi So Eun, merawat Vee (Kim Taehyung) sitampan cucu konglemerat itu, bukan hal gampang. Tentu mereka menikah! Ta...