Sudah sejam yang lalu rasanya aku berdiam diri dibangkuku. Kutahan rasa nyeri yang teramat sangat diperutku. Sungguh, ingin rasanya aku menyerukan nama pria penggila kerja didepanku itu, tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa bertingkah seakan aku memerlukannya.
Aku berdiri dari dudukku, posisi itu ternyata amat tidak nyaman bagiku. Nyeri itu segera menyeruak, membuatku tidak bisa menyembunyikannya.
"Kau tak apa?"
Kutatap mata pria itu dengan tatapan yang sudah kutahu pasti amat memelas.
Taehyung, segera bangkit dari duduknya. Ia memegang bahuku sejenak memastikan apakah aku bisa berjalan atau tidak. Dengan sigap tangan itu membuatku berada dalam gendongannya. Kugenggam erat lengan kiri Taehyung kala rasa nyeri itu menjadi-jadi.
.
.
."Aku gak mau, aku mau pulang."
Taehyung menghela nafas berat. Ditatapnya aku sementara aku menatap lurus kedepan menghilangkan kontak mata dengannya.
"Silahkan, tapi ingat tidak akan ada taksi disekitar sini." Ucapan itu membuatku menatap Taehyung seketika. "Dari sini kejalan raya paling tidak 2KM." Taehyung segera keluar dari mobil, kemudian melangkah begitu saja meninggalkanku didalam sana. Berpikir keras haruskah masuk kerumah itu lagi atau segera melangkah pergi.
Kutatap jam dinding kamar Taehyung itu dengan seksama, memastikan aku tak salah melihat apalagi kamar itu remang. Rasa nyeriku sudah perlahan surut, dan kuyakinkan diriku untuk pergi meninggalkan rumah ini.
Baru saja aku melangkah turun dari tangga, lampu otomatis menyala. Kulihat Taehyung yang baru saja memasuki ruang tengah menatapku dengan begitu gelap.
"Tidakkah kau mendengar ucapanku?"
"Aku sudah membaik, besok kerja. Aku bisa pulang sendiri."
Baru saja aku akan melintasinya, Taehyung menahan kedua lengan atasku. Mencengkramku dengan kuat sehingga terfokus pada tatapannya.
"Kenapa kau tidak mendengarkanku? Mengapa tak pernah mendengar perkataan ku?!!"
"Taehyung-a..."
"Aku memintamu untuk kembali! Sudah kukatakan aku ingin tahu apa yang terjadi! Bahkan soal Insung! Kau sama sekali tidak percaya akan ucapanku..."
Kulihat mata Taehyung kian memerah. Nada suara yang meninggi dan tatapan berair juga memerah itu, membuatku ingin menanngis.
"Apa yang kulakukan, adalah yang terbaik Taehyung-a..."
Taehyung melepas genggamannya. Ia menekan pangkal hidungnya sembari menutup erat matanya. Air mata yang sudah menggenang dimatanya ia hapus dengan sekali usap.
"Apa kau selalu seperti ini?! Membungkam dirimu?!!" Taehyung menghembuskan nafas berat masih sambil menatapku. "Tujuh tahun lalu, aku yakin kau tahu sesuatu. Bawa aku, bawa aku ketujuh tahun yang lalu..." Taehyung tak henti menatapku dengan tatapan sembab itu sementara aku mulai menanngis.
"Apa kau mengerti? Apa kau tahu apa yang kulalui? Kau bahkan tak ingat apa-apa! Tidak akan ada yang berubah Kim Taehyung!"
"Lalu apa kau mengerti apa yang kulalui?! Aku ketakutan, aku gemetar sepanjang hidupku! Aku bahkan tidak bisa menampakkan diriku didepan orang lain karena phobiaku! Lalu satu-satunya orang yang dapat kusentuh, menolak kehadiranku! Hidup seperti ini cukupmenyiksa! Aku tidak ingat apapun! Tidak dirimu, tidak keluargaku atau bahkan diriku sendiri! Maafkan aku..."
"Taehyung-a..." aku menjulurkan tanganku kepipinya namun dengan segera ia menepis tanganku menjauh. Kepalamya yang tertunduk kemudian mendongah kearahku dengan air mata yang sudah berlinang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything It Takes
FanfictionTaehyung jatuh cinta pada psikiaternya, Kim So Eun yang lebih tua dari pria itu. Sementara Kim Taehyung sendiri phobia sentuhan. Dan bagi So Eun, merawat Vee (Kim Taehyung) sitampan cucu konglemerat itu, bukan hal gampang. Tentu mereka menikah! Ta...