D. How Can?

2.5K 319 34
                                    

"Cobalah menyentuh tangan tuan Park."

Dengan cepat sambil menutup erat matanya, Taehyung menggenggam tangan sekertaris Park dengan amat kuat, namun serangan panik itu masih menghampirinya. So Eun dengan cepat menangkup wajah Taehyung kemudian memandu namja itu untuk tenang. Yang tidak masuk akal hanyalah ketika tidak terjadi apapun ketika So Eun menyentuhnya.

.
.
.

"Apa yang terjadi?" Ucap sekertaris Park menghampiri So Eun yang masih termenung didepan dinding kaca diruang tamu yang menampakkan pemandangan Seoul pagi itu. Kemudian Ekspresi So Eun semakin serius. "Apa mungkin, dia tidak panik karena sudah terbiasa dengan kulitku? Bagaimana menurutmu tuan Park?"

"Eii, mana ku tahu. Aku bukan psikiater. Itu tugasmu."

Tapi aku juga bukan seutuhnya psikiater- So Eun membatin.

Taehyung keluar dari kamarnya dengan sarung tangan sudah melekat ditangannya. So Eun dengan cepat menghampiri dan melepas sarung tangan ditangan namja itu. "Berapa banyak sarung tangan yang kau punya?"

So Eun tidak dapat berkata-kata kala dilihatnya sebuah lemari berisi penuh dengan sarung tangan. So Eun mengambil semuanya dan segera melemparnya kedalam bara api diruang tv. Sekertaris Park berteriak kuat, kemudian terlihat panik berusaha memadamkan api dicerobong asap klasik itu.

"Yahk! Kau tau apa yang kau bakar?" Tuan Park mengangkat sarung tangan kulit yang sudah setenganya meleleh itu. "Ini seharaga 57 juta, kulit buaya putih. Asli."

"Bwuhahahaha!" So Eun membalik tubuhnya, mendapati Taehyung tertawa terbahak disofa sembari memegangi perutnya sesekali.

"Seonim? Anda tidak apa-apa?" Ucap sekertaris Park menghampiri. Seketika tatapan Taehyung menjadi dingin tanpa ekspresi. "Berapa total kerugian?" Tanya Taehyung.

"D-diatas Mi-milyar seonim." Ucap sekertaris Park tergagap.

"Wuaaaaah!" Taehyung bangkit dari duduknya dengan mulut menganga lebar. "... michinom..." (gila) ucap Taehyung meninggalkan ruangan dengan tidak henti bertepuk tangan lambat sembari tertawa kecut dan beberapa kali menggelengkan kepalanya pelan.

So Eun hanya dapat terdiam disamping bangku kemudi sambil sesekali mendengar Taehyung tertawa kecut dengan senyum tidak iklas. "Wuaaaaah... jigjha minchingeseo." (Benar-benar sangat gila) Taehyung tertawa lagi diakhir kalimatnya. "Yahk, siapa bisa menyangka kalau aku menghabiskan uang sebanyak itu hanya dalam beberapa menit?" Pertanyaan Taehyung tidak dapat dijawab sekertaris Park sama sekali.

"Seonim, anda harus berhenti tertawa. Sebentar  lagi ada pertemuan serius dengan..."

"Bagaimana aku bisa berhenti tertawa?" Taehyung mendekat ketelinga So Eun kemudian memberi tatapan dingin. "Nuna... kau harus membayarnya." Ucapan Taehyung yang hampir seperti bergumam itu terdengar amat mengerikan.

.
.
.

Taehyung memasuki ruang rapat sambil menggenggam Tangan So Eun. Ia tidak akan melepas yeoja itu, karena rapat kali ini dihadiri banyak pemegang saham juga beberapa calon investor yang akan mengakhiri rapat dengan berjabat tangan.

Semua mata tertuju pada Taehyung seorang. Bukan hanya karena namja itu tidak pernah digosipkan dekat dengan wanita. Namun juga karena ia membawa masuk seorang wanita keruang rapat dengan menggenggam tangan wanita itu dan tidak melepasnya sedikitpun.

Taehyung berdiri diujung meja oval itu kemudian menunduk memberi hormat, begitupun So Eun. Namun mata So Eun membelalak kala ia melihat Seo Kang Joon, calon suaminya berdiri diujung meja oval tepat diseberang Taehyung. Kang Joon tidak kalah kaget melihat apa yang ada didepan matanya. Ia amat yakin itu So Eun calon istrinya, lalu apa yang... apa yang yeoja itu lakukan disana?

"Tolong satu kursi lagi." Pinta Taehyung pada sekertaris Park. Kemudian kursi disediakan disamping Taehyung sebagai tempat duduk So Eun. So Eun hanya dapat menunduk, ia tak berani menatap kearah Kang Joon karena ia yakin betul bahwa namja itu tengah menatapnya.

"Seperti ini membuatku tenang." Ucap Taehyung menggenggam tangan So Eun dibawah meja.

"Taehyung-a..."

"Ng?" Balas Taehyung singkat.

"Bisakah aku tunggu diluar saja?"

"Aku tidak bisa melewati ini tanpamu. Jadi tetaplah disini."

Acara pertemuan selesai, Kang Joon menjabat tangan Taehyung kemudian matanya masih tertuju pada tangan Taehyung yang lainnya, yang masih menggenggam So Eun dengan erat.

.
.
.

"Nugu?" Kang Joon menatap So Eun dengan tatapan memerah. Namja itu kecewa juga cemburu. Bagaimana bisa wanita yang akan segera menikah dengannya itu digandeng pria lain.

"Kang Joon-na..."

"NUGU?!!" Teriak Kang Joon kewajah So Eun. Sekaleng minuman ditangan Kang Joon segera ia hantamkan kepermukaan lantai dengan amat kuat membuat air mata So Eun segera menggenang.

"Pasienku." Ucap So Eun dengan suara bergetar.

"Pasien? Menggenggam tanganmu seperti itu kau namakan pasien?"

"Cha Yoon memintaku membantunya, dia sedang sakit jadi aku diminta untuk menggantikannya sementara. Hanya untuk dua bulan, tidak akan lebih."

"Kenapa kau terima?! Sudah kukatakan jangan bekerja lagi! Aku akan mengurus semua keperluanmu! Tempat tinggal, makan, pakaian dan semua yang kau butuhkan!"

"AKU TIDAK BISA SEPERTI ITU!" Kali ini So Eun tak dapat menahan perkataan yang dari dulu ingin ia katakan pada Kang Joon. "AKU SEBATANGKARA, IBUMU BAHKAN MENGATAKAN PADAKU UNTUK TAU DIRI! KAU PIKIR AKU BISA BERPURA-PURA TAK MENDENGARNYA?! JIKA SAJA KAU TIDAK BERASAL DARI KELUARGA ITU! Aku tidak akan melakukan ini. Pekerjaan ini punya gaji yang besar! Setidaknya aku tidak akan mencari tempat untuk menyembunyikan wajahku ketika persiapan pernikah berlangsung. Aku tidak bisa hanya mengharapkan darimu saja..." So Eun menitihkan air mata. Kaleng minuman ditangannya sudah ia genggam erat dan airnya sudah tumpah membanjiri lantai disekitarnya. Mata So Eun terpejam erat kala ia berteriak pada Kang Joon. Ia tidak bisa melihat bagaimana ekspresi mamja itu.

"So Eun-na.." Kang Joon mendekat kemudian memeluk So Eun dan mengecup kening yeoja itu. "Mianhae... ceongmal mianhae.." Kang Joon sadar betul kini, tentang apa yang dilalui calon istrinya. Kenapa aku tidak pernah menanyakannya? Aku selalu membuat keputusan sendiri. Kang Joon membatin, menyadari bahwa apa yang dikatakan So Eun seutuhnya adalah perasaan yang sudah amat menyulitkannya. Kang Joon memeluk So Eun semakin erat sambil sesekali mengecup pucuk kepala yeoja itu.

.
.
.

"Dari mana saja?" Tanya Taehyung kala So Eun masuk kedalam mobil.

"Dari toilet." Ucap So Eun singkat. Kemudian So Eun terdiam sambil menyandarkan kepalanya kekaca pintu disisinya sambil berusaha menahan tangisnya.

Mobil melaju seperti biasa, namun tidak ada pembicaraan apapun. Tidak seperti biasa dimana So Eun amat penasaran akan tingkah laku Taehyung dan selalu berusah melihat apa yang Taehyung lakukan dikursi penumpang. Kali ini Taehyung melirik lewat kaca spion didalam mobil dan mendapati So Eun tengah bersandar dikaca pintu mobil dengan mata sembab dan hidung memerah.

"Menepi." Perintah Taehyung pada sekertaris Park.

"Ne? Seonim?"

"Kubilang menepi." Ucap Taehyung sekali lagi. Setelah menepi, Taehyung keluar dari mobil dan membuka pintu tempat So Eun berada. Didapatinya So Eun tengah menangis sambil menunduk tak ingin Taehyung melihatnya. "Nuna? Neo guenchana?" Ucap Taehyung menangkup wajah So Eun memaksa yeoja itu untuk menatap matanya namun So Eun terus saja mengalihkan pandangan. Dilepaskan Taehyung sabuk pengaman So Eun kemudian menarik bahu So Eun untuk segera menatapnya. Setelah So Eun berhadapan dengan Taehyung, Taehyung kemudian menyeka rambut disekitar wajah sembab dan berair So Eun yang terlihat amat menyayat hati Taehyung.

"Menangislah..." seru Taehyung lembut kemudian memeluk So Eun membiarkan yeoja itu menangis didadanya sepuasnya.













Terimakasih sudah membacaaaa...😁😁
Salam hangat semuanyaaaa...👋👋👋
Maaf klo masih banyak typonya...🙏😅





Anything It TakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang