M. I Wait

1.6K 203 13
                                    

Aku melangkah dengan begitu percaya diri. Kunaiki pentas rendah itu dan mulai tersenyum kala pijar cahaya kamera segera mengerumuniku. Aku berdiri disana, dengan senyum terlebar yang kubisa. Namun senyumku tidak bertahan lama. Aku melihat Taehyung jauh dibelakang para reporter, memandangiku tanpa ekspresi. Oh Tuhan... apa lagi yang akan pria yang satu ini katakan?

Setelah acara jumpa pers itu selesai, aku berencana memasuki mobil. Diluar gedung bandara udara terlihat amat dingin. Yap, salju bulan Desember rasanya akan segera membuatku merayakan tahun baru dirumah.

"Nona Kim?"

Aku menoleh kesisi kanan tempat suara itu berasal. Kulihat dia, Taehyung berdiri tidak jauh dariku dengan hidung memerah dan embun memberi jejak nafasnya. Bajunya cukup tebal, ia juga memakai sarung tangan. Tunggu? Aku sedang apa? Memastikan si Kim baik-baik saja? Untuk apa?

"Anda punya waktu?"

"Maaf tuan Kim, saya harus pergi." Aku seharusnya sudah masuk kedalam mobil jika saja tangan pria brengsek ini tidak kembali menutup pintu dengan menahannya.

***

Dua gelas kopi diantar kemeja kami. Taehyung segera menggenggam gelas kopi itu untuk sekedar menghangatkan tangannya. Aku bahkan tidak tertarik untuk menghangatkan diriku ketika bajingan gila ini masih mengusik suasana disekitarku.

"Selamat, atas peresmian maskapai anda nona Kim."

Ucapan basa-basi itu hampir saja mengeluarkan isi perutku jika saja aku tidak berpikir bahwa ini tempat umum.

"Katakan apa mau anda tuan Kim, saya benci basa-basi."

Kim Taehyung tersenyum miring, kemudian menyandarkan tubuhnya menatapiku seperti apa yang kulakukan padanya sedari tadi.

"Anda fasih berbahasa German, anda terlihat luar biasa didepan awak media."

"Tuan Kim, saya mohon... saya tidak ada waktu untuk ini."

"Saya datang untuk kerja sama yang sudah saya utarakan dua hari lalu."

Aku menghela nafasku, mengambil tasku dan beranjak pergi. Tapi, lagi-lagi Taehyung menyerukan namaku dan memaksaku untuk berbalik menatapnya.

"Aku tidak pernah tau, bahwa status anda masih lajang nona Kim." Taehyung mengangkat tangan kanannya, memperlihatkan kartu tanda penduduk milikku. Demi Lucifer! Sejak kapan ia mengambil benda itu dari tasku? Dan sekarang ia menertawaiku karena itu? Seakan-akan itu lelucon?

Aku melangkah tegas, menarik paksa kartu kependudukanku dan menatap wajah Taehyung sekali lagi.

"Sikap anda sudah keterlaluan tuan Kim."

"Anda akan kena masalah jika saja saya mengungkap segalanya. Soal kita, dan apa yang anda sembunyikan."

Aku tidak percaya ancaman itu keluar dari mulut pria yang dulu akan kuikuti sekalipun ia terjun kejurang. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa ingatan yang hilang membawa pergi segalanya termasuk cara berpikirnya?

"Maaf tuan Kim, saya masih bersikeras tidak akan bekerja sama dengan KVT."

Air mataku akan terjatuh, aku tahu, aku yakin itu akan terjatuh. Ucapannya melukaiku... dan aku semakin membencinya untuk itu.

Tanganku ditarik, terlambat sudah... aku tidak sempat menghapus jejak air mataku. Taehyung terlihat kebingungan sekaligus tercengang. Meski terlihat ragu-ragu ia berusaha kembali menyiratkan maksud kedatangannya.

"Saya harap anda dapat mempertimbangkannya. Jika tidak, semua akan berakhir untuk AMOUR dan anda sendiri nona Kim."

PLAK!

Kutampar wajah itun menyisakan wajah tetbelalak tak percaya. Tangannya yang sebelumnya menggenggam pergelangan tanganku erat perlahan terlepas. Air mataku turun dengan derasnya namun tidak sekalipun aku tersenggak karena itu.

"Lakukan, anda bisa melakukan apapun yang anda mau tuan Kim." Aku menyeka kasar pipiku sebelum kembali menatap wajah Taehyung. "Lakukan seperti yang anda inginkan tuan Kim. Hancurkan saya untuk kesekian kalinya seperti apa yang anda lakukan sebelumnya..."

***

Matahari kini bersembunyi, seakan-akan jenuh untuk terlihat kuat dimata tiap orang. Tapi sepertinya dia lupa rasa sakit dan jenuh yang ada sehingga tak lama lagi ia akan kembali pula. Mataharikah yang bersembunyi? Atau bumi yang mencoba lari?

Jam menunjukkan pukul empat dini hari. Aku tidak memejamkan mata sedikitpun, aku terlalu takut untuk itu. Aku benci ketika mimpi itu kembali, mimpi saat ia masih memeluk tubuhku kala aku bersembunyi didadanya. Mimpi mengerikan itu, aku membencinya.

Aku menyantap sarapanku dengan tenang pagi itu. Kulirik beberapa kali keluar dinding kaca itu kala berusaha melumatkan sarapanku. Kupandangi langit diluar sana dan paparan pemandangan yang jauh lebih indah dari yang kulihat beberapa tahun lalu. Oh ya, aku dan Taehyung pernah kesini, duduk dimeja ini, dan menatap pemandangan ini.

"Nona, ada yang harus anda lihat." Sebuah tablet disodorkan padaku. Beberapa artikel termuat dengan fotoku berada disana.

Disana terpapar bahwa muncul banyak pertanyaan, tentang dari mana harta yang kudapatkan. Mereka juga menelusur latar belakangku. Lulusan fakultas psikologi, tidak punya darah biru, dan tiba-tiba dalam jangka waktu dua tahun, wajahku sudah terpampang dimajalah Businesss. Aku paham hal ini akan terjadi tapi aku tidak menyangka ini terjadi secepat ini.

Wanita biasa yang kemudian menjadi konglomerat dengan status melajang. Siapa yang tidak akan curiga akan itu?

Sekarang, semua orang akan tahu bahwa aku mantan istri Presdir KVT group, dan sekarang semua orang akan tahu betapa kaya rayanya keluarga Kimn hingga pembagian harta setelah bercerai dapat membawaku ketempat ini. Sungguh luar biasa Kim Tae Hyung... kau benar-benar membuka kartu AS nya.

Aku memijat batang hidungku sembari memejamkan mata sejenak. Kemudian kembali bersandar melihat sekertarisku.

"Sepertinya Kim Tae Hyung benar-benar akan bunuh diri demi menghancurkanku."

"Ne?" Sekertarisku terlihat kebingungan.

"Taehyung telah merencanakan semuanya. Dia tidak akan tinggal diam jika kau memercik air kewajahnya."

"Maafkan kelancangan saya nona. Tapi yang anda lihat adalah screen shoot yang saya ambil. Berita itu telah dihapus sejak empat menit dipublikasikan. Semuanya bersih, tidak ditemukan jejak berita itu lagi. Dan... setelah saya menyelidiki. KVT Group melakukan penghapusan seutuhnya."

Aku cukup tercengang. KVT memang perusahan saham multi, dimana mereka bergerak diberbagai bidang. Baik itu fashion, kuliner, travel, IT , otomotif dan sejenisnya. Tentu hal yang mudah bagi KVT menjaga informasi mereka. Tapi, aku? Aku bukan orang yang harus KVT lindungi? Ada apa ini? Apa yang sebenarnya Taehyung lakukan?

Aku segera mengambil tasku, dan berlari keluar resto hotel untuk segera menemu Kim Tae Hyung. Tentu aku tidak menemukannya, ia sudah kembali ke Seoul. Dan aku, masih harus mengurus beberapa kepentingan terkait maskapai baru di German.

Ini rumit, amat rumit. Aku tidak bisa berhutang terimakasih padanya. Aku benar-benar telah berjanji pada diriku sendiri kalau akau tidak akan tunduk lagi untuk seorang Kim Taehyung.

"So Eun?"

Aku membalik tubuhku, mendapati Kang Joon berada tak jauh dibelakangku. Aku terperanjat, sungguh...

Aku tak mendengar berita apapun darinya, yang kudengar hanya kenaikan bisnis dan segala macam tentang perusahaannya. Dan, kami belum mengakhiri hubungan secara resmi tentunya, ia menghilang ketika aku lebih dulu memilih menghilang dari hidupnya. Dan sekarang? Apa yang harus aku lakukan? Bertingkah seakan tak terjadi apa-apa?

Dunia ini memang sempit, kali ini aku percaya ucapan itu meski nyatanya secara pasti kita tahu itu tidak benar. Dan aku harus apa? Ia bahkan tak tersenyum kearahku seperti yang dulu biasa ia lakukan ketika melihatku. Dan ini... membuatku benar-benar canggung.


Anything It TakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang