Aku berdiri dicounter administrasi, memandangi data Taehyung yang harus kuisi. Namun seorang wanita menghampiri counter kemudian menanyakan Taehyung. Aku segera menoleh, melihat wanita cantik disebelahku.
"Anda siapa?" Pertanyaan wanita itu segera membuatku tersenyum dan menyerahkan lembaran data Taehyung kearahnya.
"Saya mantan asisten tuan Kim." Ucapku menuduk menyapanya. Ia terlihat tersenyum dengan canggung kemudian mengambil pena yang baru saja aku geser kearahnya.
Lee Hyerin, wanita semampai yang kelihatannya lebih baik dariku itu. Aku tidak tahu, mengapa seketika aku merasa ingin berdiam diri menghabiskan waktu sendiri. Kulihat wanita itu dengan seksama, kuperhatikan wajah cantik wanita yang Taehyung cintai dengan sepenuh hatinya itu. Wanita yang Taehyung yakini mencuri hatinya. Entahlah... aku tidak mengerti perasaanku sendiri.
Aku melihat data yang telah selesai diisi Hyerin. Kemudian dengan sigap sebelum data itu sampai ketangan pegawai administrasi, aku segera menariknya.
"Anda lupa menambahkan sesuatu." Gumamku kemudian mengisi kolom penyakit yang diderita. Kutulis haphephobia disana, kemudian setelah kuperiksa barulah aku memberikan lembaran data itu.
"Ck, apa-apaan ini?"
Aku segera menoleh kearah Hyerin, memerhatikan pandangannya kearahku. Sesuatu pasti mengusik dirinya.
Hyerin melaluiku begitu saja, kemudian sekertaris Park menuntunya dengan amat sopan memasuki kamar Taehyung. Sekertaris Park menunggu diluar ruangan ketika Hyerin telah menutup pintu kamar itu. Tatapan mataku dan sekertaris Park terkunci dan dengan cepat sekertaris Park menghampiriku.
"Apakah anda ingin masuk, nona Kim?"
Aku tersenyum simpul kemudian menggeleng. "Tidak perlu, oh ya, jangan lupa berikan pada Taehyung ketika ia siuman." Sekertaris Park menerima berkas yang sebelumnya Taehyung tanda tangani.
"Apa nona tidak ingin melihat kedalam dulu?"
"Aniya, Hyerin sudah cukup untuk menemaninya."
***
"So Eun?"
Aku segera menoleh kala suara itu menyambangi telingaku. Kulihat ptia tegap dengan jas putih kebesarannya itu menatapku kemudian tersenyum hangat. Kubalas senyuman itu dengan senyuman simpul. Ia melangkah mendekat kearahku kemudian ketika langkahnya tiba dihadapanku, aku segera merangkulkan tanganku dipinggangnya. Bersandar didadamya sembari memejamkan mataku. Ia membalas pelukanku, kemudian mengecup pucuk kepalaku.
"Wae?" Ia mengelus rambutku berkali-kali dengan amat lembut.
"Peluk saja aku untuk sementara waktu." Ucapku mengeratkan pelukanku. "Belakangan semua terasa membingungkan." Ocehku masih bersender didadanya. Kudengar ia terkekeh kemudian mengeratkan pelukannya.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Aku mengunjungi teman." Balasku dengan suara bodo amat.
"Kenapa tidak menghubungiku?" Ia menjauhkan tubuhku darinya kemudian menatap wajahku.
"Aku tidak ingin mengganggu pak dokter."
Ia lagi-lagi terkekeh kemudian kembali memelukku erat. "Haruskah aku pulang kerumahmu malam ini?"
Aku mengangguk. "Itu ide yang bagus."
***
Kumasak hidangan untuk makan malam. Setelah semua kutata rapi diatas meja makan, aku melangkah menaiki tangga, menuju kamarku untuk membasuh diri. Ketika itu, aku mulai terpikir akan Taehyung. Untuk hal yang tak kupahami... mengapa harus Taehyung? Ya... satu-satunya cara agar tidak kembali terlalu dekat dengan Taehyung adalah kontrak itu. Dengan perjanjian yang ada, dia tidak akan melanggar janji itu. Ia tak akan menemuiku lagi kan? Yakan? Lagi pula ia sudah tanda tangan, mustahil Taehyung melanggar konttak bisnis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything It Takes
FanfictionTaehyung jatuh cinta pada psikiaternya, Kim So Eun yang lebih tua dari pria itu. Sementara Kim Taehyung sendiri phobia sentuhan. Dan bagi So Eun, merawat Vee (Kim Taehyung) sitampan cucu konglemerat itu, bukan hal gampang. Tentu mereka menikah! Ta...