3 bulan kemudian...
Sekertaris Park membawaku menjauh dari ruangan private yang sengaja disiapkan ibu Taehyung untuknya dan calon tunangannya. Perjodohan itu kelihatannya berjalan lancar, Taehyung beberapa kali menemui wanita cantik ini dan senyuman lebar miliknya terpancar kala wanita itu ada dihadapannya.
Aku? Sepertinya aku hanya akan melangkah mundur. Sekertaris Park memberiku kesempatan bertahan selama yang kubisa, tapi sepertinya Taehyung tidak akan melirikku barang sejenak. Apapun perasaannya padaku sepertinya telah hilang bersama ingatannya. Dan itu hilang selamanya, permanent.
***
Taehyung masuk kedalam mobil, dan dengan segera sekertaris Park melajukan mobil secepat kilat, berhenti di pinggir jalan yang hiruk pikuk. Kemudian seperti yang sudah kulakukan 3 bulan belakangan, aku melangkah keluar mobil lalu masuk kebangku penumpang. Melihat wajah sesak nafas Taehyung yang menatapku tak berdaya.
Dengan sigap kulepas dasi miliknya kemudian mulai menenangkannya seperti apa yang selama ini telah aku lakukan padanya.
Nafasnya kembali teratur, aku hanya dapat duduk terdiam menghadapnya menunggu ia kembali netral. Sementara sekertaris Park masih berada diluar mobil sembari berjaga. Dan dengan pasti aku mulai mengatakannya.
"Tuan Kim, saya akan berhenti."
Taehyung segera menoleh, tatapannya tampak keheranan dan amat terkejut.
"Kenapa? Gajimu kurang? Akan kuminta sekertaris Park menaikkannya."
"Tidak tuan Kim, saya benar-benar ingin berhenti."
Taehyung memutar posisi duduknya kini berhadapan denganku.
"Ada masalah apa? Kau tau aku memerlukanmu kan?."
Kata 'memerlukan' serasa tak asing ditelingaku dan aku hampir saja menangis karena itu.
"Tidak, aku tidak bisa mengiyakan hal itu. Kau tau aku masih harus berinteraksi dengan banyak orang. Tanpamu, aku harus apa?"
Aku hanya terdiam, tidak berkutik sedikitpun. Kemudian dengan kepercayaan diri yang tersisa, aku menunduk hormat sebelum akhirnya keluar dari sana dan kembali kebangku depan.
***
Malam itu aku tidak dapat memejamkan mata barang sejenak. Kutatap koper milikku didekat lemari dan menghembuskan nafas berat karenanya. Pintu kamarku diketuk, segera kuambil berkas dalam map cokelat sebelum membuka pintu. Kudapati sekertaris Park berdiri disana tanpa mengatakan sepatah katapun. Aku paham maksud kedatangannya dan segera kuserahkan semua berkas yang ada.
Kulihat sekertaris Park menatap map ditangannya cukup lama sebelum akhirnya mengambil langkah mundur dan menunduk 90 derajat dihadapanku cukup lama. Aku dengan perlahan menutup pintu kamar dengan amat putus asa. Kutinggalkan sekertaris Park menunduk dibalik pintu itu. Penghormatan terakhirnya, untuk mantan majikannya, mungkin...
Pagi itu aku keluar dari kamarku dan mendapati Taehyung masih memakai baju tidurnya. Ia duduk disofa dengan berkas-berkas lagi. Sepertinya ia tidak tidur, seperti yang akhir-akhir ini memang ia lakukan.
"Selamat pagi pak." Ucapku menunduk sejenak sebelum akhirnya berdiri tegak dengan kedua tangan bertautan didepan tubuhku.
Taehyung berdiri, ia membalik tubuhnya masih sembari memeganggi beberapa lembaran ditanagn kanannya.
"Kau tak membuatkan sarapan untukku?"
"Apa?" Aku mendongah, tidak biasanya Taehyung meminta hal itu. Sudah lama sejak ia tidak pernah sarapan. Dan aku? Aku dimintanya membuatkan sarapan? "Baik akan saya buatkan pak." Aku menunduk lagi sebelum melangkah menuju dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything It Takes
FanfictionTaehyung jatuh cinta pada psikiaternya, Kim So Eun yang lebih tua dari pria itu. Sementara Kim Taehyung sendiri phobia sentuhan. Dan bagi So Eun, merawat Vee (Kim Taehyung) sitampan cucu konglemerat itu, bukan hal gampang. Tentu mereka menikah! Ta...