Kulihat So Eun sesekali kala ia mulai membahas banyak hal tentang kerjasama kami. Seharusnya wanita itu tidak berada disini sekarang, apa lagi setelah kejadian kemarin.
"Tuan Kim?"
"Hm?" Aku tersadar dari lamunanku yang kian jauh pergi menerawang kejadian kemarin.
"Anda tidak apa-apa?"
"Maaf, saya permisi sebentar."
Aku melangkah meninggalkan meja oval itu dan melangkah memasuki vila. Kutatap cukup lama wajahku dicermin setelah kubasuh dengan air.
"Kau akan selalu seperti ini?"
Baru saja selangkah kuambil keluar dari kamar mandi. Suara itu menghentikan langkahku.
Aku memablik tubuhku, mendapati So Eun berdiri dibelakangku dengan wajah datar dan tangan menyilang di depannya.
"maksudmu?"
"Kau akan meninggalkan rapat begitu saja dan kembali lalu kembali meninggalkannya? Kau tak tau betapa banyak orang ingin menyelesaikan rapat ini segera? Kami harus terus menunda rapat karenamu?"
"Apa maksud ucapan anda nona Kim?"
"Jika semua ini hanya tentang pendapatmu, lebih baik batalkan kerjasamanya."
So Eun melangkah meninggalkanku, namun sebelum langkah itu menjauh, aku membalik tubuhku.
"Aku seperti ini karena terusik kehadiranmu. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang telah aku lakukan? Siapa dirimu? Dan apa sebenarnya yang kau tutup-tutupi? Aku memikirkan semua itu ketika pandanganku dapat menemukanmu."
So Eun membalik tubuhnya menghadapku dengan tatapan gelap.
"Kau pikir aku bisa satu meja denganmu?" So Eun mendekat kemudian menatapku tanpa berkedip. "Bahkan memikirkan kau bernafas saja membuatku ingin menyayat leherku sendiri."
So Eun berbalik dengan tegarnya, seakan apa yang ia ucapkan benar-benar apa yang ia rasakan selama ini.
Aku mengambil langkah panjang untuk mengejarnya. Kutarik tangannya cepat dan segera melumat bibirnya kala tubuhnya berbalik.
PLAK!
Tamparan itu mendarat dipipiku dengan amat kuatnya. Aku tertegun, memperhatikan matanya yang kian memerah bergetar bersama air matanya.
"Apa yang kau lakukan!"
"Aku ingin tahu, dan akan kucari tahu." Kutatap mata penuh amarahnya dengan tatapan yang sama. Kutinggalkan ia sendiri sementara aku berusaha tidak peduli.
Cukup lama kami menanti kedatangan So Eun kemeja rapat. Namun tetap saja wanita itu tidak kembali.
"Maaf tuan Kim." Sekertaris So Eun yang sebelumnya kuminta untuk memeriksa keadaan So Eun kembali tanpa membawa wanita itu. "... nona Kim tidak bisa melanjutkan rapat."
.
.
.Aku bersandar dikursi berjemur yang tak jauh dari pantai. Kulihat So Eun bersenang-senang bersama para kariawan lain. Yap, ini merupakan proyek pendekatan. Tapi aku tentu tak dapat mendekat kepada siapapun apa lagi berbaur dengan mereka.
Kulihat So Eun tertawa terbahak, apalagi ketika ia bersembunyi dibalik Jaehyun, anak buahnya yang saat itu tengah menjadi tamengnya dalam permainan itu. Kulihat tangannya dapat menggenggam erat baju disisi Jaehyun dengan amat erat.
"Ia menatapku tajam alih-alih tersenyum seperti itu padaku. Berapa banyak wajah yang ia punya?"
"Nugu?"
"Ai Kapjagia!!" Teriakku hampir saja jatuh dari kursi berjemur yang kusandari. "Yahk! Sekertaris Park!"
"Bukankah nona Kim terlihat begitu bersahabat? Sudah sangat lama sejak terakhir kali kulihat wajahnya yang seperti itu."
Aku menoleh, melihat sekertaris Park yang tersenyum memandangi So Eun dari sampingku.
"Kau pasti tau sesuatu."
" Ng?.... aku pelupa. Aku bilang apa tadi?" Sekertaris Park menggaruk kepalanya. "Ahk, saya disuruh segera kedapur tuan. Saya hampir lupa."
"Sekertaris Park!" Suara teriakanku tidak ia hiraukan. "Yahk!"
.
.
.
Aku menuruni tangga, mendapati So Eun tengah memasak ramyeon didapur. Aku mencoba menghiraukan keberadaannya. Kucari dimana teh saset diletakkan, namun tak juga kutemukan. Sementara aku tidak ingin berbicara apapun padanya saat ini."Minggir." Ucapku kala ingin membuka kabinet diatas kepalanya. Ia bergeser sedikit dan aku bisa dengan leluasa membuka kabinet itu.
"Ahk!" So Eun berteriak kala kegelapan menelan seisi ruangan. Aku terdiam sejenak sebelum menunduk mendapati tangan So Eun menggenggam erat bajuku. Menyadari aku memperhatikan, ia segera melepaskan tangannya dari bajuku.
"Mengapa dilepas?" Tanyaku berusa menatap wajahnya meski ruangan pada saat itu terlihat remang-remang karena api dari kompor yang tak jauh dari kami.
Kutarik tangannya dan kutempatkan kembali kesisi bajuku.
"Genggam dengan erat. Aku tak mau menabrakmu nantinya."
Aku melangkah lebih jauh namun So Eun masih tetap diam sambil menggebggam bajuku. Kutarik lengan atasnya mendekat, kemudian setiap kali aku bergerak, kutarik lengan yeoja itu kemanapun.
Sudah kutuang teh kedalam gelas, hanya tinggal air hangat. Dan letaknya dibelakang So Eun. Aku melangkah mendekat namun ia dengan sigap mundur hingga bersandar kemeja dibelakangnya. Aku berhenti sejenak menatapnya kemudian tersenyum kecil memperhatikan tingkah lugunya yang tak pernah kulihat.
"Aku tak akan melakukan apa-apa. Aku hanya ingin mengambil air panas dibelakangmu."
Aku tersenyum kemudian menjulurkan tangan kiriku kesisinya dan menuang air panas dibelakang punggungnya.
"Aku takut gelap."
Suara itu terdengar jelas ditelingaku. Aku memundurkan punggungku dan menatap lekat wajahnya.
"Kau mungkin tak ingat..." ucapnya melanjutkan kalimatnya.
Lampu seketika menyala, dan aku baru menyadari seberapa dekat pandangan kami dan baru kali ini rasanya aku menunduk memperhatikan wajah itu dari dekat. Tangan itu melepasku perlahan kemudian wajahnya mulai menunduk dan melintasiku untuk segera melihat keadaan ramyeon nya.
"Kuharap kau bisa memberitahukanku lebih banyak." Ucapku mengambil langkah pergi dengan segelas teh ditanganku.
"Aku tak bisa memberitahu apa-apa lagi tentang kita. Tidak bisakah, kau lupakan saja. Untuk apa berusaha mencari tahu tentang itu disaat kita telah menjalani kehidupan masing-masing dengan baik?"
"Menjalani kehidupan masing-masing dengan baik?" Aku tertawa kecil. "Lupakan tentang kita, beritahu aku lebih banyak tentang dirimu. Kim. So. Eun." Aku menegaskan namanya hampir seperti mengeja sebelum akhirnya meninggalkan dapur.
Aku tidak tertarik dengan kita yang dulu, jika itu tak dapat mengubah apapun. Biarkan aku mencaritahu tentang dirimu, agar aku dapat merubah kita. -Taehyung membatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything It Takes
FanfictionTaehyung jatuh cinta pada psikiaternya, Kim So Eun yang lebih tua dari pria itu. Sementara Kim Taehyung sendiri phobia sentuhan. Dan bagi So Eun, merawat Vee (Kim Taehyung) sitampan cucu konglemerat itu, bukan hal gampang. Tentu mereka menikah! Ta...