I. Our Times

2.1K 252 25
                                    

Paris, kota fashion itu berhasil merangkap kisah manis setidaknya untuk sesaat. Taehyung harus pergi pagi-pagi sekali untuk mengurus segala sesuatu yang harus ia selesaikan sebelum lusa menghapiri. Pagi yang sunyi ini membuatku memilih menikmati pagiku seorang diri, apa lagi sekertaris Park meggingatkan aku kalau Taehyung ingin aku menunggu kepulangannya. Yap, sudah lebih baik sepertinya ia mengatasi phobianya itu, bahkan tanpaku sekalipun.

Sepi.

Aku merasa benar-benar kosong, sunyi, seakan jadi seorang pengangguran seperti kurang lebih 7 tahun yang lalu. Benar-benar kesepian yang tidak pernah aku rasakan sejak lama.

Selagi punya waktu untuk memanjakan ponsel yang sudah nyaris tidak pernah kusentuh, aku mulai melihat apa saja yang kulewatkan. Lebih dari 100 panggilan tak terjawab dan sepertinya puluhan pesan yang sama sekali tak kubaca, dan semua dari Kang Joon - calon suamiku.

Pintu penthouse terbuka, menampakkan tubuh tegap sekertaris Park. Entah mengapa aku sedikit kecewa. Mengapa tidak Taehyung yang berada disana.

"Maaf, saya masuk tanpa mengetuk."

Ada apa ini? Mengapa bicara informal sekali padaku?

"Tidak apa-apa sekertaris Park."

"Tuan baru saja kembali ke Seoul. Ada urusan penting yang harus ia kerjakan secepatnya."

Taehyung? Ke Seoul sendiri? Dengan phobia itu?

Aku panik, seketika amat panik.

"Sendiri?" Tukasku dengan ekspresi wajah yang tentunya amat mudah dibaca sekertaris Park.

"Iya, saya ditugaskan menjaga anda disini dan kita akan kembali lusa."

***

Aku kembali menginjakkan kakiku dipenthouse hotel milik keluarga Kim itu. Sungguh tidak ada yang berubah, masih seperti terakhir kali ditinggalkan. Namun aku tidak menemukan keberadaan Taehyung dimana-mana, kecuali kamarnya yang tidak berani kumasuki jikalau tanpa perintahnya.

"Ada perubahan. Akan saya antar anda ketuan Kim segera."

Tanpa sempat menanyakan apa yang terjadi, sekertaris Park kembali mengangkat koperku dengan tergesa-gesa. Membawaku hingga aku seketika berada didunia lain. Dunia dari mana keluarga Kim tumbuh dengan sendok emas dimulut mereka.

Aku hanya mengikuti langkah Sekertaris Park dan terdiam kala sekertaris Park berhenti didepanku. Seluruh mata diruangan itu kini tertuju padaku, yap, ada Taehyung disana.

Sepertinya mereka berada ditengah pembincangan serius sebelum aku tiba.

Dengan gerakan biji matanya, Taehyung seakan mengisyaratkan sekertaris Park. Kemudian masih melangkah ragu, aku kembali mengikuti sekertaris Park yang sudah lebih dulu melangkah dibanding aku.

Aku dibawa masuk kedalam sebuah kamar mewah dilantai dua. Sekertaris Park meletakkan  koperku dan kini menatapku cukup menusuk. "Tinggallah disini sebentar." Ucapnya sebelum akhirnya kembali benar-benar meninggalkanku sendirian. Aku yakin sesuatu telah terjadi, aku yakin itu.

Kudengar suara mobil menjauh, dengan sigap aku melompat dari dudukku memperhatikan deretan mobil mewah itu meninggalkan rumah bak istana ini dari sela tirai yang kuseka. Salah satunya mobil Taehyung yang kian membuatku kembali merasa kesepian.

Aku memutuskan melangkah keluar kamar, menuruni tangga dengan berjinjit seakan sedang mencari sesuatu untuk diselipkan didalam rokku.

Kulihat ruang tengah sudah kosong dari orang-orang yang sebelumnya terlihat memasang wajah serius kearahku. Benar saja, aku benar-benar ditinggal sendirian.

Anything It TakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang