Aku tidak membuang waktu barang sedetik, setibanya di Seoul aku segera mengunjungi KVT tanpa mengatur pertemuan. Setelah banyak kariawan meyakinkanku bahwa Taehyung tak ada diruangannya, aku tetap memaksa masuk. Hingga kudapati pria itu tertegun menatapku tanpa ekpresi.
"Maaf tuan, nona Kim memaksa masuk."
"Kau boleh pergi." Ucapan Taehyung segera menjadi aba-aba bagi wanita itu untuk segera meninggalkan kami diruanan itu.
"Apa yang kau rencanakan?"
"Saya tidak mengerti apa yang anda maksud nona Kim." Taehyung terlihat tak perduli. Ia terus sibuk dengan berkasnya sementara kakiku sudah amat perih karena high heels sialan ini.
"Berita itu? Ulahmu kan Kim Taehyung!"
Mata Taehyung melirikku sesaat sebelum melepas pena ditangannya dan mulai memandangiku dengam serius.
"Kau menuduhku melakukan itu?"
Sembari terus merasa perih dan tidak enakan dikakiku, aku berusaha terlihat mendominasi. Pria dihadapanku benar-benar pria yang amat sulit ditaklukkan rasa percaya dirinya, dan itu menyiksa siapa saja yang berada disekitarnya.
"Tentu saja! Lalu siapa lagi jika bukan kau? Setelah semua ancaman yang kau ucapkan dengan lantang didepanku, kau pikir aku percaya?"
"Jika aku ingin menghancurkanmu, untuk apa aku membayar awak media untuk berita konyol yang tidak pasti kebenarannya? Alih-alih menghamburkan uang, lebih baik kuselenggarakan jumpa pers dan mengungkapkannya secara langsung."
Sejenak aku tertegun. Aku tak bisa menghalau ucapannya. Aku dibuat bertanya-tanya tentang apa yang harus kupercayai.
"Lalu apa maksudmu menghapus semuanya?"
Taehyung berdiri dari duduknya kemudian menatapku dengan ekpresi yang sama, masih tanpa ekpresi.
"KVT perusahaan besar, aku tak ingin merusak citranya dengan bekerjasama bersama perusahaan yang punya skandal buruk."
Aku menggigit bibir bawahku, merasa amat kesal karena kali ini aku kalah lagi darinya.
"Sudah saya katakan tidak akan menyetujui kerjasama dengan KVT. Saya mohon anda berhenti disini."
"Tunggu."
Taehyung melangkah mendekat, ia menggendongku segera kesofa yang tak jauh dari kami. Ia segera jongkok dihadapanku kemudian melepaskan kedua sepatuku.
"Ini terkelupas." Ia berdiri, mengambil kotak P3K didekat lemari penuh berkasnya kemudian kembali untuk merekatkan plester pada luka dibelakang pergelangan kakiku. "Selesai, kau boleh pergi sekarang." Setelah semua itu, ia kembali berdiri dan duduk dibangku kebesarannya.
Tanpa mengucapkan apapun aku kembali mengenakan high heels ku dan berjalan meninggalkan kantor pria brengsek itu. Aku baru saja keluar dari lift dengan susah payah. Berusaha berjalan dengan anggun disaat luka tadi masih amat perih. Aku memutuskan berhenti dan memeriksa luka itu lagi. Tapi seketika tubuhku diangkat begitu saja. Menempatkan aku ditangan pria yang paling kubenci, Kim Tae Hyung. Ia mengangkatku layaknya bridal. Semua pandangan saat itu benar-benar memperhatikan kami dan aku amat benci menyita perhatian banyak orang.
"Kau bisa bersandar dan menutup matamu. Setidaknya mereka pikir kau pingsan."
Mendengar ucapannya, diriku refleks mengikuti. Kupejamkan mataku erat, kusandarkan kepalaku kedadanya, dan berharap puluhan pasang mata itu tidak akan mengenaliku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything It Takes
FanfictionTaehyung jatuh cinta pada psikiaternya, Kim So Eun yang lebih tua dari pria itu. Sementara Kim Taehyung sendiri phobia sentuhan. Dan bagi So Eun, merawat Vee (Kim Taehyung) sitampan cucu konglemerat itu, bukan hal gampang. Tentu mereka menikah! Ta...