"Nona Kim?"
Aku membalik tubuhku, menatap kewajah pria yang sudah lama kukenal itu. Sekertaris Park.
"Sedang apa diluar semalam ini?"
Aku tersenyum, miris rasanya bila harus bertemu pria ini lagi dalam situasi yang berbeda.
"Entahlah... hanya ingin saja..."
"Sudah sangat lama bukan? Saya pikir tidak akan melihat anda lagi."
Aku lagi-lagi tersenyum. Disisinya aku berdiri menatap paparan lautan dihadapan kami yang hanya memantulkan cahaya rembulan. Angin yang bertiup bahkan tak menghentikan kami untuk bertukar cerita. Sampai saat, pertanyaan itu akhirnya kutanyakan. Pertanyaan yang kuyakin tak akan pernah kutanyakan lagi.
"Bagaimana dengan tuan Kim?"
Sekertaris Park memandangku sejenak kemudian mengantungi tangan kirinya kedalam jaket miliknya.
"Masih sama, tidak bisa disentuh siapapun. Masih penggila kerja sampai lupa diri sendiri dan masih..." sekertaris Park menoleh kearahku sejenak. "...tidak ingat apapun."
Aku tersenyum lagi, kata kata terakhirnya membuatku sedikit kecewa. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya aku pikirkan. Yang aku tahu, aku tidak bisa terus seperti ini.
.
.
.Aku menghampiri information desk, kemudian mempertanyakan apakah Taehyung sudah tiba dikantor atau belum. Baru saja kariawan itu ingin menjawab, ia segera menunduk. "Pagi pak..." ucapannya membuatku tertegun dan membalik tubuhku.
"Untuk apa menanyakan kedatanganku? Kau bisa langsung kekantorku jika mau." Taehyung tersenyum hangat, seakan segala sesuatunya baik-baik saja. "Ikut aku."
Aku mengikut langkahnya, langkah itu membawaku pada sebuah lift yang familiar. Lift yang hanya boleh dipakai Taehyung seorang. Kunaiki lift itu bersamanya, kemudian kuperhatikan tangannya. Yap, sarung tangan. Ia mengenakan benda itu lagi.
"Kau bisa pakai lift ini nona Kim. Aku sudah memasukkan sidik jarimu."
Aku tidak menanggapi, hanya terdiam memandangi tubuhnya dari belakang.
"Siapa pria yang bersamamu kemarin?" Taehyung membalik tubuhnya, memandangku dengan wajah datarnya. Sekalipun ia tersenyum, senyum itu tipis, sinis, seketika mendominasi suasana disekitarku.
"Jo Insung... tunangan saya."
Taehyung mengangguk. Yap, Taehyung melihat Insung menjemputku ketika kami baru saja tiba dibandara kemarin. Segala sesuatunya terlihat berbeda, entah mengapa aku merasa sedikit bersalah mungkin? Tapi tanpa alasan yang jelas.
"Mulai saat ini kita akan lebih sering bertemu. Kantor ini milikmu juga sampai saat kontraknya berakhir." Taehyung membalik tubuhnya kembali membelakangiku. "Tidakkah kau bertanya-tanya mengapa aku tidak bereaksi dengan sentuhanmu?" Taehyung terdengar tertawa kecil. "Aku penasaran setengah mati."
Kami tiba diruangan Taehyung, ruangan itu tengah ditata sedemikian rupa. Masih banyak hal tidak berubah. Perbedaan signifikan yang terlihat hanya tambahan meja yang berhadapan dengan meja Taehyung.
"Itu mejamu." Ucapnya sebelum akhirnya duduk tenang dibalik mejanya sendiri.
Seorang wanita memasuki ruangan diikuti sekertaris Park yang terlihat kewalahan.
"Maaf tuan, nyonya ingin memaksa masuk."
Taehyung seketika berdiri dari duduknya dan memperhatikan Hyerin, Lee Hyerin istrinya.
"Jangan kekanak-kanakan Hyerin."
"Kekanak-kanakan?! Siapa disini yang kekanak-kanakan Taehyung?! Siapa?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything It Takes
FanfictionTaehyung jatuh cinta pada psikiaternya, Kim So Eun yang lebih tua dari pria itu. Sementara Kim Taehyung sendiri phobia sentuhan. Dan bagi So Eun, merawat Vee (Kim Taehyung) sitampan cucu konglemerat itu, bukan hal gampang. Tentu mereka menikah! Ta...