Setelah mengambil foto di tempat yang berbeda, Thea meminta Dani untuk bermain lempar panah. Target dari panah kecil tersebut adalah balon-balon kecil yang berisi air. Balon tersebut ditempel di dinding triplek secara berurutan dan rapi sehingga enak dipandang.
Dani pun menganggukkan kepalanya seraya mengikuti Thea ke arah kerumunan itu berada. Permainan lempar panah tersebut berhasil menarik perhatian muda-mudi yang berkunjung di pasar malam. Hal itu disebabkan hadiah menarik yang dipajang di depan berupa selusin boneka dan pernak pernik lucu.
"Kalau Mas bisa mecahin lima balon, Mas bisa milih hadiah ini," ucap penjaga permainan sembari menunjuk hadiah-hadiah yang terpampang.
Bapak penjaga tersebut menyerahkan cangkir plastik yang berisi lima panah kecil. "Aku pengin boneka Teddy Bear itu." Thea berbisik di telinga Dani.
"Wish me luck," jawab Dani memandang papa yang dipenuhi oleh balon. Mendadak nyalinya ciut, ia memang belum pernah memainkan permainan ini. Namun, Dani pernah beberapa kali mecoba bermain panahan sungguhan dan tidak bisa mengenai target. Bahkan panahnya terjauh di tanah. Mengoordinasikan apa yang ada di otak dengan anggota badan memang sulit, terutama untuk Dani.
Sebelum melemparkan panah kecil tersebut, Dani memincingkan matanya, mengira-ngira akankah ia bisa memecahkannya. Di sampingnya, Thea ceria menyemangati Dani. Bukannya membuat Dani bersemangat untuk mengenai sasarannya, cewek itu malah memecah konsentrasi Dani yang sudah buyar. Ditambah lagi dengan susana pasar malam yang ramai. Namun, ia diam saja berusaha memfokuskan pikirannya.
Satu panah tidak mengenai balon, diikuti dengan panah kedua. Panah ketiga mengenai sasaran, namun tidak sampai memecahkan balon. Permainan ini memang tidak semudah kelihatannya. Selain kejituan untuk mengenai balon, rupanya Dani harus menambah kekuatan lemparan panah.
Thea sudah tidak ceria seperti tadi, bahkan tangannya lunglai. Melihat ekspresi Thea, Dani malah termotivasi untuk memecahkan balon.
Panah ketika gagal, namun panah keempat dan kelima berhasil mengenai sasaran dan sasaran tersebut pecah. Lantas Dani mengeluarkan uang untuk mengisi cangkir plastiknya yang sudah kosng. Bapak penjaga permaianan menyerahkan lima anak panah kecil lagi.
Permainan tersebut tidak hanya Dani dan Thea yang bertandang. Terdapat tiga pasangan muda-mudi yang juga memainkannya. Bahkan terdapat penonton yang sekedar penasaran dan juga penonton yang bersorak ketika salah satu pemain berhasil memecahkan balon.
Setelah tiga kali mengeluarkan uang, walhasil Dani berhasil memcahkan lima balon. Thea sumringah melihatnya. Sampai-sampai ia berjingkrak-jingkrak sambil bertepuk tangan. Untungnya, ia memakai flat shoes.
Euforia tersebut tidak berlangsung lama. Hal itu terjadi karena boneka Teddy bear yang diicar Thea telah tiada. Boneka tersebut telah diambil oleh cewek yang memakai jaket bomber. Hanya soal waktu, Thea kalah cepat mengambillnya. Ia bersungut-sungut melihat cewek itu yang bahagia memeluk boneka sementara cowok yang berada di sebelahnya menepuk-nepuk pelan atas kepalanya.
Lebih mengejutkan lagi, Dani mengenal cewek itu. "Eh, Nabila," ucap Dani. Thea mendongakkan kepalanya untuk melihat Dani, melayangkan pertanyaan heran.
Raut wajah tersebut dapat terbaca jelas oleh Dani. Ia berdeham, "Thea ini Nabila. Nabila ini Thea."
Rehan merangkul Nabila, menunjukkan kepada kedua orang itu bahwa ia memiliki hubungan yang spesial dengan Nabila. Lantas Nabila mengulurkan tangan kanannya ke arah Thea sembari menyunggingkan senyum walaupun terkesan menampilkan senyum terpaksa, namun Nabila mencoba untuk menjadi ramah dengan pacar Dani.
Sementara itu, Thea bersedekap seraya sibuk mengscanning Nabila. Ketika berkenalan denagn orang, Thea memiliki kerutinan tersebut.
"Nabila itu tetanggaku dan pernah satu SMP," tambah Dani menjelaskan.
Malam itu Nabila memakai jumpsuit dengan panjang di atas lutut. Lalu memakai jaket bomber berwarna gelap. Sepatu converse hitam semata kaki menyeluputi kakinya. Thea mengakui Nabila memiliki gaya berpakaian yang baik.
Dengan cahaya lampu sekitar yang tidak begitu terang, Thea dapat mengetahui kalau Nabila tidak memakai riasan. Gadis itu memiliki mata berbentuk almond yang disekelilingi oleh bulu mata yang tidak lentik. Alis tipis tertutupi oleh poni tipisnya juga. Ia memiliki bibir yang tidak tipis maupun tidak tebal, sedang. Dan hidungnya kecil namun begitu pas dengan wajahnya yang bulat. Secara keseluruhan cewek itu tidak cantik. Tetapi Nabila memiliki paras imut yang didukung dengan tubuhnya yang kecil membuat beberapa cowok ingin melindunginya.
Thea tersenyum tapi tidak bermaksud untuk membalas senyum Nabila. Melainkan untuk dirinya sendiri karena ia merasa jauh lebih cantik dibandingkan gadis di depannya itu. lantas Thea menyambut uluran tangan Nabila yang sedari tadi masih menggantung.
"Crystal Theodora. Panggil aja Thea," ucap Thea menyibakkan rambut indahnya ke samping. Ia tidak heran apabila kedua orang itu mengenalinya lewat instagram. Dia kan ratu endorse.
Namun Nabila hanya tersenyum kecil. Sementara itu, cowok di sebelahnya yang ia ketahui bernama Rehan tidak melihat kecantikan Thea. Cowok itu sibuk memperat rangkulannya dengan Nabila dan memincingkan matanya ke arah Dani yang tidak peka terhadap situasi maupun perasaan orang. Dani malah memandang takjub ke arah binglala raksasa yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Cowok itu sekrang lebih mirip anak kecil yang menggandeng tangan ibunya alih-alih pacarnya.
"Thea naik bianglala, yuk," ucap Dani akhirnya.
"Ish. Aku kan takut ketinggian." Thea membual. Ia hanya sedang tidak ingin naik wahana yang akan membuatnya pusing. Bisa-bisa ia muntah.
"Yaudah Dan. Sama kita aja. Kita mau naik wahana itu kok," tutur Nabila. Sedangkan Rehan memandang Dani tidak suka, namun ia tidak berkata-kata.
"Oke." Dani memiliki kenangan yang indah terkait bianglala. Terakhir kali menaikinya, Dani berumur tujuh tahun. Cowok itu menaikinya dengan ditemani Mama Jea yang sekrang sudah tiada. Mama Jea merupakan ibu kandungnya.
"Ish, apa-apaan si dan. Kok aku ditinggal." Thea menghentakkan kakinya mengikuti Dani. Ia memandang iri ke arah Rehan dan Nabila yang bergandengan yang dengan Nabila yang memeluk boneka teddy bear. Boneka yang diinginkan Thea.
Mau-mau tidakmau Thea menaiki bianglala karena tiba-tiba Dani tidak mendengar ucapan Thea yang menolak sambil bergelayutan manja di lengan Dani. Cowok berkacamata itu suasana hatinya berubah dan terdiam tidak merenspon ucapan Thea ketika sudah menaiki bianglala. Kenangan indah berkelebatan di dalam kepalanya.
Selagi Thea meratapi rencananya yang tidak berjalan mulus. Dan Dani yang terdiam. Nabola dan Rehan menjadi semakin dekat, bahkan Nabila nyaman dengan Rehan. Mereka berdua memandang takjub ke arah pemandangan pasar malam yang berada di bawahnya. Saat ini posisi mereka berada di atas lalu berputar ke bawah lagi namun dalam gerakan yang lambat. Total lima kali mereka berputar lalu turun dari wahana tersebut.
Thea merasakan pusing lalu dengan cekatan ia langsung membeli teh boba yang berhasil mengusir rasa mualnya. Cewek itu tidak habis pikir dengan Dani yang masih terdiam dan kemesraan dua sejoli yang berada di depannya itu. Nabila dan Rehan meminum satu botol teh boba bersama dengan dua pipet. "ck, norak," gumam Thea.
Dani penilaian Thea, Rehan termasuk cowok tampan yang bakal digandrungi banyak cewek. Tapi, anehnya cowok itu malah berpacaran dengan Nabila. Cewek bermata sendu yang tingginya hanya sedagu rehan. Cowok itu pantas mendapatkan yang lebih cantik dan baik.
Sejak Dani bertemu dengan Nabila, malam itu suasana hati cowok itu berubah dan Thea menyadarinya walaupun ia tidak tahu sebabnya. Saat ini Thea merasa kesal dan tidak bahagia. Ia menyalahkan Nabila atas keadaannya.
Dengan menggenggam tangan Dani, Thea berjalan kea arah Nabila lalu menabraknya. Tumpahlah teh boba milik Thea ke rambut Nabila. "Maksudnya apa ya ini?" Rehan geram dengan tingkah Thea yang sudah keterlaluan.
"Opss, sorry," tutur Nabila merasa tidak bersalah sama sekali. Lalu meninggalkan mereka dengan dani yang mengikutinya. Dani tidak berkata-kata karena langsung mengikuti Thea.
Nabila menahan Rehan yangakan mengejar Thea dan Dani. Ia mendesah, "It's just my bad day."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Nabila
Teen FictionNabila, gadis lugu yang memandang dunia ini dengan optimisme terjebak dengan ekspetasinya sendiri. Di umurnya yang belum genap tujuh belas tahun, ia harus menelan pahitnya kegagalan hidup, mulai dari kegagalan cinta, sekolah, dan juga keluarga.