15

57 7 0
                                    


"Kamu kenapa si Dan? Tiba-tiba jadi orang bego? Tiba-tiba enggak denger aku ngomong apa. Padahal aku seneng banget waktu kamu ngajak ke pasar malam dan ngira bakal jadi salah satu malam yang memorable. Aku udah dandan cantik buat kamu. Tapi apa! Semuanya berantakan." Thea melipat kedua tangannya di depan dada lalu membuang pandangan ke jendela mobil.

Dani menghela napas dan tetap fokus mnyetir tanpa melihat ke arah Thea. "Aku keinget mama Jea waktu naik bianglala. Ibu kandungku." Sebelumnya Dani memang belum pernah bercerita mengenai keluarganya kepada Thea. Selama pacaran, Dani lebih banyak mendengar ocehan Thea dan jarang ada kesempatan untuk menceritakan keluarganya.

Gadis itu tertegun mendengar perkataan Dani. Namun di waktu yang sama ia juga gusar. Sudah memasuki bulan kelima mereka pacaran yang seharusnya sudah mengetahui keluarga satu sama lain biarpun hanya mengetahui dari mulut. Ia kira Dani berbeda, ternyata sama seperti pacar-pacar sebelumnya. "Kenapa kamu enggak cerita kalau mama Raia itu ibu tiri kamu."

"Aku mau cerita Ya, tapi nunggu waktu yang tepat."

"Aku juga enggak suka ya kamu deket-deket sama cewek tadi, siapa itu namanya? Oh ya Nabila." Mobil Dani mulai memasuki kompleks perumahan Thea.

Dani mengerutkan keningnya ketika mendengar pernyataan tersebut. "Kenapa?" tanyanya akhirnya.

"Loh udah jelaslah aku ngelarang kamu deket sama cewek lain. Aku ngelarang kamu karna aku sayang sama kamu. Aku enggak mau kamu diambil orang lain. Aku perhatian sama kamu. Kalau kamu anggap perhatian aku ini salah. Yaudah aku enggak bakal peduli lagi. kamu bakalan bebas dari larangan-larangan aku tapi kita enggak punya hubungan apa-apa lagi." mobil yang mereka naiki berhenti di depan rumah bercat krim yang merupakan rumah milik orang tua Thea.

Telak. Dani tidak bisa berkata-kata lagi. lidahnya kelu ketika Thea mengucapkan tidak ada hubungan lagi.

"Dan besok kamu udah mulai ikut ekskul renang karena aku pikir kamu lebih baik di cabang renang daripada basket. Aku udah daftarin kamu." Setelah mengatakannya, Thea keluar dari mobil lalu berjalan ke rumahnya tanpa menoleh ke belakang.

Sepanjang jalan pulang. Dani memikirkan hubungannya dengan Thea. Ia menyadari bahwa ia terjebak dalam toxic relationship.

***

Lantunan you are my sunshine merebak di ruangan itu. sesekali Nabila ikut menyanyikan lagu tersebut.

Gadis itu berada di kamarnya sibuk menghias scraft book-nya yang berisi foto dirinya dengan Rehan. Tidak banyak memang, tapi tidak pula sedikit sehingga sudah sepatutunya ia mengabadikan momen-momen bersama Rehan.

Di dalam album tersebut terdapat foto coklat dan balon yang didapat dari Rehan tatkala perasaannya belum tumbuh. Untungnya ia mengabadikan pemberian tersebut lewat telepon genggam bututnya.

Di lembar selanjutnya terdapat foto Rehan ketika ia berhasil mencetak goal saat bermain futsal pada sore hari. Keringat bercucuran di wajahnya tak luput dari jepretan kamera. Saat itu Nabila mengambilnya ketika ia sudah menyetujui untuk menjadi pacar Rehan.

Lantunan lagu dari ponsel seketika berhenti tergantikan dengan nada dering panggilan masuk. Nabila mendapati Mutiara sedang menghubunginya. Langsung saja Nabila menekan gamar berwarna merah yang berarti menolak panggilan.

Hari ini memang hari minggu yang merupakan jadwalnya Mutiara menelpon. Pagi tadi Ibu juga sudah menanyakan mengenai Mutiara. Dan Nabila berbohong mengatakan kalau Mutiara berangkat kerja pada hari minggu sehingga tidak bisa menelpon. Gadis itu masih tidak ingin berbicara dengan kakeknya.

Akan tetapi, bukan Mutiara namannya apabila ia tidak menyerah dengan adiknya. Berkali-kali ia menelpon dan berkali-kali pula Nabila tolak. Ia mencoba meneruskan kegiatannya sebelumnya yaitu menempel foto. Kegiatannya terus terganggu ketika nada suara panggilan terus berbunyi. Akhirnya Nabila menyerah, ia angkat telepon tersebut.

"Ngapa!" Nabila mengucapkannya dengan nada judes.

"Gue tahu lo masih ngambek. Tapi tolong biarin gue ngobrol sama Ibu."

"Tolong Bil." Nabila memutar kedua bola matanya ketika mendengar kata tolong dari mulut Mutiara yang merupakan hal yang sangat jarang terjadi.

"Gue kasih waktu lo tiga puluh menit buat nelpon."

"Oke."

Dengan enggan, Nabila menyerahkan ponsel yang digenggamnya kepada Ibu. Wanita yang sudah memiliki umur setengah abad itu menonton televisi seperti biasa.

Mencoba tidak mengacuhkan percakapan antara Ibu dan Mutiara, Nabila kembali ke kamarnya. Ia menyadari bahwa perlakuan Ibu terhadap Mutiara sangat berbeda saat ia berhadapan dengan Nabila. Tutur kata Ibu berubah lembut ketika ia berbicara dengan Mutiara, begitu pula dengan raut wajahnya yang berubah menjadi lebih bahagia. Nabila mengasumsikan bahwa perlakuan Ibu akan menjadi baik apabila anaknya menuruti perintah dan sarannya mengenai hal apa pun, termasuk masa depan.

Mutiara yang memutuskan bekerja menjadi buruh pabrik itu pun karena saran Ibu. Entah kenapa Nabila tidak seperti Mutiara yang penurut. Padahal berasala dari rahim dan lingkungan yang sama. Serta didikan orang yang juga tidak berbeda.

***

"Nabila dan Aulia disuruh menghadap Bu Dwita," tutur Beni yang merupakan anak kelas sebelah. Kedua garis itu pun kontan bertanya serempak,"kenapa?"

"Mana gue tahu." Cowok itu lantas meninggalkan kelas X OTKP 2 setelah dirasa sudah menunaikan tugasnya.

Bu Dwita adalah ketua jurusan otomatisasi tata kelola perkantoran. Biasanya beliau memanggil murid-murid yang bermasalah untuk bertandang ke ruangannya.

"Coba lo inget-inget pernah ngelakuin kesalahan apa." Rani mencoba membantu kedua orang temannya yang sedang kebingungan.

"Enggak ada ah," ucap Aulia mantap.

"Kalau gue enggak tahu," tutur Nabila jujur. Ia selalu memiliki masalah ingatan mengenai hari-hari yang telah ia lalui.

"Yaudah sana cepet ke kantor." Nabila dan Aulia pun berjalan lunglai menuju kantor.

"Kayaknya kita bakal ikut lomba deh."

"Ha?" tanya Nabila bego.

"Gue ikut lomba apaan coba," tambah Nabila. Rangkingnya yang berada di angka sepuluh tidak mungkin mengikuti lomba akademis. Selain itu, ia juga tidak memiliki keunggulan di bidang lain, kecuali bahasa inggris yang tidak jauh lebih baik dari teman-temannya.

Tentang NabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang