18

45 7 0
                                    


Keesokan harinya Nabila berangkat ke sekolah tanpa sarapan. Kegiatan tersebut merupakan hal yang jarang ia lewatkan setiap hari. Sedari Taman Kanak-Kanak gadis itu terbiasa sarapan sehingga timbullah kebiasaan bagus yang terus berlanjut sampai sekrang. Ia melewatkan sarapan apabila ada hal yang mendesak. Akan tetapi hari itu Nabila tidak sarapan karena tidak ingin bercengkrama dengan Ibu. Sekali pun bertatap muka, ia tidak ingin.

Konsekuensi yang ia dapat ketika tidak sarapan adalah lapar di pagi hari sehingga mengganggu konsentrasi. Ditambah lagi ia harus berjalan kaki untuk menuju ke sekolah. Mujurnya, hari ini Nabila tidak belajar di kelas. Dalam satu minggu ke depan Nabila dan Sindy berlatih untuk menghadapi LKS. Surat dispensasi pun sudah dipersiapkan sedari kemarin.

Alangkah bahagianya Nabila ketika tidak masuk kelas. Otaknya tidak harus terjejali informasi yang tidak ia inginkan. Baru kali ini ia yakin berangkat sekolah. Biasanya terpikirkan olehnya untuk mengirim surat izin sakit sehingga bisa memperpanjang waktu untuk rebahan di kamar tercintanya.

Sindy adalah murid kelas dua belas. Ia belum pernah mengikuti LKS. Saat ini sebetulnya ia ingin fokus belajar untuk menghadapi ujian nasional. Ia memiliki ambisi untuk memiliki nilai ujian nasional tertinggi di kotanya. Namun, kesempatan yang tak terduga ternyata datang. Sebenarnya Sindy bukanlah yang terpintar di kelasnya. Ia memiliki rival yang beberapa kali berhasil menempatkannya di rangking kedua, yaitu Elsa. Elsa tidak menjadi kandidat peserta LKS. Sindy tidak tahu kenapa. Padahal Elsa lebih pintar berbicara. Bukan seperti dirinya yang kalem.

Ketika Bu Dwita sudah datang dan membuka pintu. Kedua gadis itu langsung diperintahkan untuk berlatih mengetik cepat dengan masig-masing stopwatch.

Tak disangka latihan LKS cukuplah berat. Tanpa basa-basi Bu Dwita menyuruh ini itu dengan tenggat waktu.

Dikarenakan Nabila berada di kelas sepuluh, terdapat beberapa pekerjaan yang belum iapelajarin di kelas, diantaranya mengarsipkan surat, membuat kas kecil, menelpon, menyambut tamu, dan membuat perjalanan dinas pimpinan. Oleh sebab itu, Nabila harus belajar dan berlatih ekstra keras melibihi Sindy.

"Bu, kita kan jurusan perkantoran. Tapi kenapa yang dilombakan pekerjaan sekretaris?" tanya Nabila di tengah-tengah mencari materi presentasi mengenai pelayanan prima.

"Sebelumnya jurusan perkantoran adalah jurusan sekretaris. Tapi berganti menjadi administrasi perkantoran. Lalu berganti lagi menjadi otomatisasi tata kelola perkantoran seperti saat ini," jelas Bu Dwita.

"Oh, saya baru tahu." Nabila menyomot gorengan yang baru saja disediakan. Istirahat sejenak untuk meluruskan punggungnya yang sedari tadi duduk. Setelah berlatih mengetik cepat, mereka langsung disuruh mencari sepuluh materi presentasi beserta membuat powerpoint yang diperkiraan akan muncul di soal pada saat perlombaan nanti.

Berbeda dengan Nabila yang sering isritahat dan makan, Sindy tampak serius membuat powerpoint. Sesekali tangan kirinya meraih minuman gelas. Tangan kanannya tak sedetik pun terlepas dari tetikus. Melihat itu semua Nabila tak terpengaruh. Ia terus menikmati momen dengan santi dan penuh hikmat. Biarpun banyak materi yang belum ia pelajari. Gadis berambut sebahu itu tidak tahu apa yang akan ia hadapi. Ia tidak tahu betapa kompetitifnya peserta LKS dari SMK lain.

***

Pada pukul tiga sore, Nabila keluar dari lab. Letihannya sudah selesai dan dilanjutkan besok pagi. ia sedang menunggu Aulia untuk makan bersama di kedai mie ayam favoritnya.

"Gue mau nanya, dulu kan ia pernah bilang kalau Rehan enggak baik dan lo selalu nentang gue buat enggak pacaran sama Rehan. Enggak baiknya emang gimana si? Tanya Nabila. Selagi menunggu pesanannya datang, Nabila langsung menyuarakan tujuan utamanya datang ke kedai selain bertanya mengenai PR.

"Dulu waktu SMP aku satu sekolah sama sepupuku. Namanya Reni. Dia cantik dan imut gitu. Dia juga enggak pernah pacaran dan polos anaknya. Lewat SMS si Rehan ini nembak Reni. Padahal Cuma beberapa kali ngobrol. Dan bodohnya Reni mau." Mie ayam datang di hadapan mereka.

Aulia meneruskan setelah mengaduk saus. "Setelah berjalan satu bulan. Reni percaya dan suka banget sama Rehan. Tapi lama-lama Rehan ini suka ngatur-ngatur segala hal bahkan ngelibihin ibunya. Karena terlanjur suka, Reni ini mau-mau aja diatur. Trus setelah hubungan mereka berjalan tiga bulan, mereka putus. Padahal si Reni masih suka-sukanya sama si Rehan."

Nabila mendengarkan dengan baik apa yang keluar dari bibir Aulia. Sembari memakan mie, ia menajamkan telinganya untuk fokus terhadap suara Aulia kendati di tengah-tengah kedai yang ramai.

"Korbannya enggak Cuma Reni. Tapi setahuku tiga lagi. Dan sasarannya cewek kalem polos yang belum pernah pacaran." Nabila merasa tersindir dengan ucapan Aulia.

"Kok lo tahu si tentang Rehan?"

"Ya gimana, Reni curhat sama kau. Dia nguntitin si Rehan terus cerita sama aku." Nabila menganggukkan kepalanya untuk merespon.

"Berarti si Rehan ini emang hobi matahin hati cewek polos ya. Hmmm." Nabila membuka instagram setelah mendapat notifikasi pesan yang ternyata dari Rehan.

"Itu foto kamu yang pake rok pendek dihapus."

"La emang kenapa?"

"Kok nanya sih. Jelas-jelas aku enggak mau foto aurat kamu dilihat sama cowok lain."

Nabila belum membalasnya, ia masih berpikir untuk menghapusnya atau tidak. tak butuh waktu lama, Nabila memutuskan untuk menghapus dua foto di instagram. Padahal rok yang dipakai Nabila tidaklah pendek, hanya sebatas lutut. Namun, ia tidak mau berkonfrontasi lebih lanjut dengan Rehan.

"Iya nih, Rehan mulai ngatur-ngatur," aku Nabila. "Tapi dia ngatur-ngatur buat kebaikan aku juga," tambahnya.

Aulia hanya tersenyum mring menanggapi.

"Eh kok dia posting foto dia sendiri si di akun IG gue. Yawlo, masa captionya my beloved trus emot cium. Cringe gue."

Tentang NabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang