Pada sore harinya, peserta LKs tingkat Provinsi diarahkan untuk berkumpul di lantai empat, yaitu tempatnya di aula. Di sana diadakan pembukaan lomba kompetensi siswa tingkat provinsi. Pembukaan LKs diadakan tidak meah maupun sederhana. Teptnya pembukaan lomba pada umumnya.
Nabila mengikuti peserta LKs dari sekolahnya yang memilih tempat duduk yang berada di tengah. Padahal dirinya ingin duduk di depan agar dapat melihat secara jelas yang ada di panggung. Saat ini dirinya hanya bisa menjadi pengikut.
Pembukaan diawali dengan sambutan-sambutan. Lalu diikuti dengan pembacaan cabang lomba dari semua jurursan yang ada di SMK. Nabila tak menduga bahwa jurusan di SMK ternyata ada banyak sekali, yaitu 51 mulai dari billingual secretary sampai web design & development kemudian tamu disambut dengan Tari Sugeh Pengunten yang merupakan tarian tradisional yang berasal dari Lampunh. Tari Sigeh Pengunten diresmikan sebagai tarian Lampung dalam penyambutan tamu. Setelah tarian selesai, pembawa acara menyebutkan fashion show yaitu peragaan busana yang dibuat oleh pelajar SMK jurusan tata busana yang ada di Bandar Lampung.
Peragaan busana berlangsung meriah yang diiringi tepuk tangan yang meriah pula. Peragawati yang memakai busana berjalan mulai dari pintu aula lalu berjalan ke tengah aula san berakhri di atas panggung. Busana yang dipergakan cukuplah bagus dengan berbagai model, ditambah lagi dengan make up yang senada pula menambahkan kesan artistik dan manawan.
Nabila yang tidak tinggi pun harus mendongakkan kepalanya dan juga berjinjit untuk mleihat pegawati yang berjalan berlenggak-lenggok di tengaj aula. Gadis itu berada di pinggir sehingga jauh dari peragawati. Peserta LKS yang lain pun berdiri sehingga menutupi pandangan Nabila. Apalagi di depan dan di belakangnya adalah peserta laki-laki yang memiliki tubuh menjulang tinggi. Akhirnya ia pun menyerah lalu mendaratkan pantatnya di kursi sembari menekuk wajah.
"Yang sabar ya," ucap Dinda yang berada di samping Nabila. Nabila pun hanya meringis menanggapi.
Setelah beberapa puluh menit berlangsung, pembukaan LKS berkahir. Nabila dan Dinda turun tangga menuju lantai tiga berjalan bersampingan. Sedangkan peserta LKs yang lain dari sekolahnya berjalan di depan menuju kamar hotelnya.
"Itu yang di kamar mandi tidur ya?" tanya salah satu pengguni hotel nomor 232. Kalau tidak salah yang baru saja berbicara adalah Steany.
Nabila rasa ia baru saja masuk ke kamar mandi. Bahkan ia belum menggosok gigi. Sebelumnya sehabis sholat subuh, Nabila izin kepada semua penghuni kamar untuk mandi duluan. Dan merek a mengizinkan. Namun, Nabila cukup sadar bahwa mereka tergesa-gesa seperti dirinya. Dengan secepat kilat. Nabila menggosok gigi lalu keluar. Steanu pun langsung masuk ke kamar mandi.
Kamar hotel nomor 232 ditempati oleh lima orang, yaitu Nabila, Stefany, beserta helper yaitu Fadilla dan Wayan beserta helpernya yaitu Putri. Untungnya terdapat tiga buah kasur dalam kamar tersebut sehingga satu kasur bisa ditempati oleh dua orang. Tadi malam Nabila tidur dengan Stefany yang sama-sama berbadan kurus.
Untuk jurusan pemasaran dan tata boga memang membutuhkan helper untuk menata peralatan-peralatan untuk lomba. Helper untuk cabang lomba pemasaran membantu menyusun display produk dan menawarkan produk. Sedangkan untuk helper tata boga membantu meja makan dan juga membantu pekerjaan pekerjaan kecil saat memasak.
Setelah berpakaian, Nabila segera ke kamar hotel tempat Bu Dwita berada. Ia tak seperti Wayan ataupun Stefany yang bisa merias wajahnya sendiri. Ia perlu bantuan dan untungnya Bu Dwita memahami.
Jarak antar kamar hoelnya dengankamar hotel Bu Dwita tidaklah jauh dan berada di satu lantai.
Sesampainya di sana, Nabila mendapati Dinda yang baru saja selesai mandi. Penghuni hotel nomor 289 terdiri dari tiga orang yaitu Bu Dwita, Dinda, dan Bu Aam yang merupakan pelatih Dinda. Beruntungnya Dinda dapat satu kamar dengan pelatihnya sehingga ia bisa latihan sepanjang waktu. Sedangkan Nabila di kamarnya terdiktrasi dengan penghuni yang lain.
Bu Dwita menyapukan make up tipis di wajah Nabila seperti saat LKS tingkat kota. Rambutnya yang sebahu pun dapat digelung.
Tepat pada pukul tujuh lewat tiga puluh menit, Nabila sudah siap dengan riasannya. Ia mengikuti peserta LKS yang lain untuk sarapan. Sebenarnya semenjak sampai di hotel, Nabila tidak makan begitu baik. makanan di hotel yang beraneka ragam tidak sesuai dengan lidahnya. Bahkan makanan di piringnya selalu tersisa membuatnya merasa buruk karena telah membuang-buang makanan mahal. Padahal di luar sana masih banyak orang yang kelaparan. Begitu pula dengan kucing liar yang mengorek-ngorek tempat sampah mencari makanan. Kadang Nabila merasa lebih iba dengan kucing daripada manusia.
Nabila merasakan tatapan orang-orang mengarah kepadanya. Namun, ia hiraukan rasa tidak nyaman tersebut lalu memilih tempat duduk untuk makan.
Jalan kota Bandar Lampung saat pagi mulai macet. Jarak antara Hotel Nusantara dan SMK Negeri 2 Bandar Lampung cukuplah jauh. Sehingga tanpa mengulur-ulur waktu ke tempat yang dituju.
SMK Negeri 2 Bandar Lampung adalah tempat diadakannya beberapa bidang lomba Kompetensi Siswa billingual secretary, pemasaran, dan masih banyak lagi. oleh karena itu, Nabila dan Stefany berada di dalam satu mobil. Stefany adalah gadis berprestasi di bidang akademik maupun non akademik. Selain sering mengikuti lomba akademik, ia juga menjabat sebagai wakit ketua OSIS. Pembawaaannya yang dewasa membuat Nabila cukup nyaman berada di sampingnya walaupun tidak senyaman dengan Dinda.
Nabila mengikuti Bu Dwita dan juga membantunya membawa perlatan kantor yang nantinya ia gunakan saat lomba. Sebelum masuk ke ruang lomba billingual secretary. Bu Dwita mengambil nomor urutan yang telah dikocok oleh juri. Nomor urutan tersebut nantinya akan menjadi nomor urutan tempat duduk Nabila.
"Nabila kamu dapat urutan nomor Satu." Bu Dwita memperlihatkan kertas kecil yang bertuliskan angka satu. Seketika itu Nabila lemas, lengannya lunglai. Ia berada di urutan depan lagi.
"Enggak pa-pa ya," ucap Bu Dwita menepuk pundak Nabila pelan. Gadis itu mengangguk lemah.
Dengan membawa peralatan kantor, Nabila mengikuti Bu Dwita memasuki kelas yang merupakan ruangan bidang lomba billingual secretaru diadakan.
Ruangan tersebut sebelumnya adalah ruang jelas biasa yan sekarang sudah ditata rapi. Terdapat lima belas meja dan bangku di ruangan tersebut yang jumlahnya menyesuaikan dengan jumlah perserta LKS. Tiap peserta memiliki dua meja dan bangku yang kemudian diisi dengan laptop. Printer, dan peralatan kantor.
"Aduh. Tinta printernya bocor, Bil," tutur Bu Dwita yang sedang sibuk membersihkan tangannya yang terkena tinta hitam. Bukan hanya tangan Bu Dwita saja yang terkena tinta, taplak meja pun terciprat tinta. Untungnya tidak banyak.
"Coba kamu ngeprint. Biar tahu gimana hasilnya." Nabila pun langsung mencetak dokumen asal. Lalu hasilnya terdapat tinta berceran yang menutupi ketikan di kertas. Nabila menghela napas panjang melihat cetakannya. Rasanya ia ingin menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Nabila
Teen FictionNabila, gadis lugu yang memandang dunia ini dengan optimisme terjebak dengan ekspetasinya sendiri. Di umurnya yang belum genap tujuh belas tahun, ia harus menelan pahitnya kegagalan hidup, mulai dari kegagalan cinta, sekolah, dan juga keluarga.