Sesampainya di kantor Nabila mendapati Neta dari kelas 10 OTKP 1, Faisal dari 10 OTKP 3, dan dua orang kakak kelas perempuan yang tidak ia ketahui namanya.
"Langsung ke lab komputer tiga ya," ucap bu Dwita tanpa basa basi ataupun menjelaskan kenapa mereka berenam dipanggil ke kantor.
Mereka pun mengikuti Bu Dwita ke tempat tujuan tanpa suara pun tidak ada yang mecoba membuka mulutnya. Begitu pula dengan Nabila yang mengikuti tanpa berkata-kata, kendati banyak sekali pertanyaan yang berada di dalam kepalanya.
Setelah masuk ke lab komputer, mereka langsung memilih tempat duduk yang berada di barisan depan. Tak hanya Bu Dwita saja yang merupakan guru di ruangan tersebut. Bu Norma menyusul dan langsung duduk di samping Bu Dwita.
"Ibu memanggil kalian dan dikumpulkan di sini karena kalian adalah kandidat peserta LKS," tutur Bu Dwita.
"Ada yang tahu LKS?" tanya Bu Norma.
"Lembar Kerja Siswa," celetuk Faisal asal.
Semetara itu salah satu dari dua siswi senior menunjuk tangannya ke atas. "LKS singkatan dari Lomba Kompetensi Siswa. Ajang perlombaan yang diikuti oleh pelajar SMK di mana setiap jurusan diperlombakan."
"Jawaban yang bagus dari Sindy. Kalau di SMA terdapat olimpiade. Sementara di SMK terdapat LKS," terang Bu Dwita.
"Jadi, hari ini langsung saja pemilihan yang akan mengikuti LKS. Terdapat empat tes yang akan kalian ikuti untuk mengukur kemampuan kalian, yaitu mengetik cepat, mencari informasi di internet, mengirim email, dan presentasi memakai bahasa inggris." Sementara Bu Diwta memberi penjelasan, bu Norma membagikan satu lebar kertas berisi teks berbahasa inggris.
Mereka berenam pun langsung membuka aplikasi Microsoft office di masing-masing komputer. Lalu mengatur margin.
"Ibu beri kalian waktu sepuluh menit untuk mengetik teks yang sudah dibagikan Bu Norma." Bu Dwita mengatur stopwatch di gawainya. "Mulai dari.....sekarang!"
Terdengar hentakan keyboard di ruangan itu. Apalagi Faisal yang menghentakkan keyboard terlalu keras. Bukan salah lagi, cowok itu memiliki kelebihan tenaga dan terlalu bersemangat. Semua anak di ruangan itu memasang wajah serius. Pandangannya fokus ke monitor dan juga teks yang berada di bawah keyboard. Banyak sekali kata-kata sulit di teks tersebut, ditambah lagi berbahasa inggris. Sehingga tidak bisa langsung mengetik banyak kata. Namun, Nabila tidak terlalu kesulitan dalam mengerjakan tugas tersebut. Berkat hobinya menonton film barat yang menggunakan subtitle bahasa inggris, ia tidak asing lagi dengan kata-kata di dalam teks tersebut. Selain itu, ia juga beberapa kali dalam seminggu menulis cerita fanfiction di blognya. Sehingga tugas mengetik cepat adalah tantangan yang menarik bagi Nabila.
Benar, waktu memang relatif. Waktu sepuluh menit terasa lama ketika mereka mengetik teks bahasa asing. Bagi Faisal mengetik teks tersebut terasa lama. Namun bagi Nabila tidak.
Baru saja Bu Dwita mengatakan waktu telah selesai. "Langsung diprint ya Nak. Dan jangan lupa diberi nama lewat footer. Ngeprintnya berurutan dari Ningsih sampai ke Faisal," ucap Bu Norma. Beliau merupakan guru yang mengajar pelajaran bahasa inggris sehingga ia tidak terlalu mengetahui LKS perkantoran yang bukan bidang keahliannya. Namun, sudah tiga kali ia melatih murid perkantoran untuk berajang di LKS sehingga ia mengetahui mengenai alurnya.
Nabila berhasil mengetik satu setengah lembar. Namun, terdapat banyak kesalahan ketik yang belum sempat ia perbaiki.
"Selanjutnya kalian mencari info tiket pesawat sesuai yang ada di soal. Lalu kirim ke email Ibu," tutur Bu Dwita sembari menunjuk ke papan tulis di mana terdapat tulisan emailnya.
Dengan cekatan, Nabila membuka internet browser setelah membaca dan mencermati soal yang telah tersaji. Dalams oal tersebut tertulis perintah untuk mecari tiket pesawat pulang pergi munuju Australia dengan menggunakan kelas eksekutif.
Perihal mecari sesuatu di internet, Nabila sudah pro. Bahkan, ia sering mengunduh novel yang baru saja terbit. Ia tahu bahwa tindakan ituadalah tindakan ilegal. Lantaran ia sudah mengetahui caranya membajak dan tidak punya uang, maka ia melakukan kejahatan kecil tersebut. Ibarat kucing yang disguhkan ikan, Nabila langsung mengunduh tanpa pikir panjang. Thank to internet karena sudah memudahkan hidup Nabila.
Mencari informasi dengan cepat dan tepat tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ditambah lagi dengan waktu yang terbatas. Mereka diberikan waktu sebanyak tiga puluh menit untuk mencari infromasi dan juga mengirim email—membuat Nabila tidak tenang. banyak sekali pilihan yang tersedia berhasil membuat Nabila bingung memilihnya. Banyak pilihan membuat pengambilan keputusan menjadi lambat. Nabila seperti memilih baju yang tepat untuk berkencan, sulit sekali.
Akhirnya setelah memakan waktu yang tidak sedikit dan tak terasa, Nabila memutuskan untuk mengscreenshoot info dari beberapa website. Lalu menaruhnya di dokumen microsoft office yang baru. Kemudian mengirimnya lewat email dan mengeprintnya.
Ia selesai dalam urutan kedua setelah sindy.
"Waktunya tinggal lima menit," ucap Bu Dwita sembari menggeser ponsel pintarnya untuk mengecek email yang masuk.
"Berhubung kita tidak memiliki banyak waktu. Maka untuk presentasi bahasa inggris ditunda dan dilaksanakan besok. Nah, untuk tema presentasinya adalah pekerjaan sekretaris."
***
Keesokan harinya, Nabila berangkat lebih pagi dari biasanya. Rehan tidak menjemput dikarenkan pagi ini ia akan berangkat praktek kerja industri di salah satu hotel di Bali.
Praktik Kerja Industri atau yang disingkat Prakerin adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh anak SMK. Selama enam bulan Rehan akan mempraktekkan apa yang telah ia pelajari di sekolah.
Tepat pada pukul setengah tujuh bus yang membawa rombongan anak Prakerin akan berangkat.
"Eh, Dek. Kamu yang namanya Nabila ya?" tanya seorang gadis yang rambutnya dicepol tinggi.
"Iya," jawab Nabila polos.
"Kamu jangan sampe terlalu suka sama Rehan. Nantinya kamu yang bakal sakit hati." Lalu gadis itu pergi menuju bus yang ternyata satu bus dengan Rehan.
Nabila masih berdiri di tempatnya pun tidak bergerak. Ia tak membalas senyum Rehan. Ia teingat dengan perkataan Aulia dulu bahwa Rehan adalah cowok yang tidak baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Nabila
Teen FictionNabila, gadis lugu yang memandang dunia ini dengan optimisme terjebak dengan ekspetasinya sendiri. Di umurnya yang belum genap tujuh belas tahun, ia harus menelan pahitnya kegagalan hidup, mulai dari kegagalan cinta, sekolah, dan juga keluarga.