Pada malam harinya sebelum berlangsungnya lomba, Nabila tidak bisa tidur. Otaknya tidak bisa tidur memikirkan kesiapannya besok. Beberapa materi presentasi sepenuhnya belum ia kuasai. Akhirnya Nabila bangun dari kasurnya lantas duduk di kursi belajar. Ia meraih materi hasil pencariannya di internet tertumpuk di sudut meja belajar. Ia mengafal materi sampai jarum pajang jam dindik menunjukkkan angka dua malam hari.
"Untuk Sindy Amelia dan Nabila Shafa Kamila harap segera menuju ke kantor guru produkti perkantoran." Terdengar suara perempuan tersiar di setiap sudut speaker sekolah. Nabila yang baru saja sampai gerbang sekolah pun terkejut ketika mendengar pengumuman tersebut. Untungnya belum banyak siswa yang datang ke sekolah. Sehingga ia tidak perlu menjadi pusat perhatian.
"Nabila bisa make up sendiri kan?" tanya Bu Risa yang membantu mereka berdandan.
"Belum bisa Make up, Bu." Jawab Nabila jujur. Gadis itu saja tidak memiliki perlatan make up, apalagi memakainya . bisa-bisa apabila Nabila merias wajah sendiri, hasilnya mungkin seperti badut atau ondel-ondel alih-alih mempercantik diri.
Demgan sabar Bu Risa memberi countour pada wajah Sindy yang sudah tirus sehingga dapat memperjelas tulang pipinya. Sedangkan Nabila mengolesi wajahnya dengan foundation.ia mendapat giliran kedua setelah Sindy selesai dengan make up-nya.
Dikarenakan masih pagi, di kantor tersebut elum ada guru yang datang kecuali Bu Risa yang membantu mereka merias diri seperti layaknya sekretaris professioanal.selain itu, terdapat Bu Dwita yang usdah sibuk menyusun meja di lab.
Penyelenggaraan Lomba Kompetensi Siswa perkantoran diadakan di SMK Nusa Bangsa, hal itu dikarenakan fasilitas di sekolah itu yang memadai. Begitu pula dengan LKS perhotelan, akuntasi, pemasaran, serta tata boga.
Setelah selesai menghabiskan waktu satu setengah jam. Sindy dan Nabila berjalan ke arah lab dengan hak tinggi. Nabila tidak pernha menggunakannya sehingga beberapa kali tersandung kakinya sendiri. Beodohnya ia tidak latihan berjalan tadi malam. Make up tipis membakuti wajah mereka, rambut disanggul sehingga terihat rapi. Baju jurusan perkantoran hasil meminjam kakak kelas begitu pas dipakai Nabila. Ia percaya diri memakai baju tersebut. Dilihat sekilas, Sindy dan Nabila sudah seperti pekerja kantoran yang cantik dan pintar. Tak lupa senyum tipis tersungging di bibir masing-masing.
Begitu sampai di lab, mereka mendapati peserta LKS dari SMK lain dengan masing-masing guru pendamping. Terdapat empat peserta tidak termasuk Sindy dan Nabila yang sibuk merapikan meja untuk lomba nanti dan juga mengecek printer apakah dapat berdungsi dengan baik atau tidak. mereka juga berdandan dengan semestinya.
Nabila pun menuju mejanya yang berada di depan. Peralatan dan perlengkapan sudah tertata rapi di meja. Alat-alat tulis tertata rapi di samping bunga kaktus kecil. Printer yang sudah discek oleh Pak Tri ditempatnya di meja lain di sampingnya. Melihat itu semua, Nabila sudah siap lomba.
Pembukaan lomba pun dimulai dengan dibacakannya oeraturan, cara penilaian, serta tugas-tugas yang akan dilaksanakan selama dua hari ke depan.
Pada hari pertama mereka harus menyelesaikan tujuh pekerjaan dengan tenggat waktu berbeda-beda pada tiap pekerjaaan. Tujuh pekerjaan itu adalah mengetik cepat, menulis surat bahasa indonesia san inggris, membuat agenda kegiatan pimpinan, membuat agenda perjalanan dinas, membuat kas kecil, membuat powerpoint, dan mencari infromasi tiket pesawat berserta hotel yang kemudian dikirimkan lewat email.
Pada hari kedua mereka akan menyelesaikan empat pekerjaan yaitu mengarsipkan surat masuk dan surat keluar, presentasi, menerima telepon masuk dan menangani telepon keluar, serta wawancara menggunakan bahasa inggris.
Mempertahankan wajah yang ramah saat mengerjakan sesuatu memanglah hal yang tidak mudah. Apalagi terdapat tenggat waktu sehingga Nabila seperti dikerjar-kerjar oleh waktu.
"Diadakannya lomba ini bukan untuk mencari yang menang ataupun yang kalah. Tujuan utamanyayaitu menjalin hubungan kerja sama dan persahabatan antar sekolah kejuruan," ucap salah satu bapak berkumis ketika waktu istirahat tiba.
"Sehingga diharapkan peserta LKs memandang peserta lain sebagi teman, bukan lawan," tambah beliau.
Sindy dan Nabila sebagai tuan rumah menjadi tour guide dadakan untuk menunjukkan sekolahnya. Mereka terpaksa melakukannya karena diperintah oleh Bu Dwita. Sedangkan keempat peserta dari sekolah lain hanya mengangguk-anggukkan kepala saja ketika Sindy ataupun Nabila menyebutkan nama ruangan atau tempat.
Hari pertama LKs berlangsung lancar bagi Nabila. Dengan tenang ia mengerjakan satu per satu pekerjaaan dengan cepat dan tepat. Walaupun dikejar waktu, Nabila tetap bisa tenang dan fokus. Bahkan saaat ini ia tidak sekali pun memikirkan keanehan sikap Rehan akhir-akhir ini ataupun hubungan dengan ibunya yang buruk.
Senyum tersungging di pipi Nabila ketika ia selesai mengerjakan tugas terakhir. Di sekitarnya peserta lain sedang fokus dengan komputernya yang menandakan belum selesai. Nabila menarik kesimpulan bahwa ialah yang pertama kali selesai. Satu beban telah hilang dari pundaknya. Namun, kesenangan itu tidak berlangsung lama ketika melihat sindy yang pucat, lipstiknya yang dipoles di bibirnya sudah hilang tergantikan warna bibir yang pucat. Kakak kelasnya itu juga tidak bayak bicara dan terlihat lemas. Berbeda dari tadi pagi yang telihat segar & sehat.
"Waktu untuk pekerjaan mencari info akan segera habis. Sehingga yang belum mengirim email diharap segera mengirimkannya."
Siang telah berganti menjadi sore. Setelah selesai lomba dan mengurus keperluannya, Nabila pulang yang untungnya diberi tebengan oleh salah satu peserta LKS. Gadis itu bernama Intan yang berasal dari SMK Muhammadiyah yang teletak di samping SMK Nusa Bangsa.
****
"Nab, Zaenab, kmau ngambek ya karna aku make akun instagram kamu seenaknya?" tanya Rehan di seberang telepon sana. Cowok itu tidak menyerah untuk terus mengubungi Nabila walaupun tidak dibalas ataupun tidak diangkat. Akhirnya Nabila memutuskan untuk mengangkat telepon darinya. Selain itu, ia juga perlu merefresh otaknya.
"Enggak kok," jawab Nabila berdusta.
"Fotoku udah aku apus dari akunmu."
Nabila memotong kukunya yang usdah mulai panjang. Pundak dan telinganya mengapit telepongenggam yang mulai memanas.
"Oh."
"LKS kamu lancar?"
"Lancar dong."
"Enggak ada keluhan? Biasanya kamu ngeluh tentang segala hal."
"Eh Kak. Maaf ya aku harus ngapalin materi presentasi ni." Lalu telepon ditutup secara sepihak. Nabila tidak mau otaknya terisi oleh Rehan. Ia hanya ingin fokus LKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Nabila
Teen FictionNabila, gadis lugu yang memandang dunia ini dengan optimisme terjebak dengan ekspetasinya sendiri. Di umurnya yang belum genap tujuh belas tahun, ia harus menelan pahitnya kegagalan hidup, mulai dari kegagalan cinta, sekolah, dan juga keluarga.