28

57 7 0
                                    

Hamparan sawah yang mereka lewati sudah berakhir, jalan beraspal berakhir tergantikan jalan yang berasalkan batu-batu besar. Kondisi jalanan yang terjal membuat perjalanan tidak begitu menyenangkan lagi.

Pohon jati yang sudah hidup selama bertahun-tahun di pinggir jalan menyambut Nabila dan Dani. Suara kicauan burung saling bersahutan. Selain itu, terdengar aliran air yang jatuh seperti suara air terjun.

"Lo udah sering ke sini ya?" tanya Nabila terkagum-kagum dengan kemampuan Dani yang tidak tersesat dan percaya diri mengendarai motornya.

"Enggak sering juga. Setahun dua kali gue selalu ke sini." Jalanan dengan batu terjal sudah berakhir. Jalanan setapak mereka lewati yang hanya pas untuk satu motor. Jarang sekali ada rumah di tempat ini. Hanya terdapat satu dua rumah dengan jarak yang cukup jauh.

Setelah dua jam mengendarai motor tanpa henti, mereka sampai di tempat yang dituju. Nabila yang pertama kali turun dari motor langsung terpesona dengan rumah miliki Neneknya Dani.

Pagar setinggi dua meter yang terbuat dari bambu mengelilingi sebagian rumah tersebut. Tanaman rambat menjalar di pagar. Beraneka ragam bunga rambat sedang berada di masa mekarnya.

Berbagai jenis bunga ditanam di halaman rumah. Begitu pula dengan sayur-sayuran dan buah-buahan yang ditanam di halaman yang luas tersebut. Bungan mawar mewah, putih, dan juga merah jambu bermekaran di samping gubuk kecil.

Nabila berbinar-binar melihat pemandangan di depannya. Bahkan ia tak percaya rumah seperti yang ada di buku dongeng ada di dunia nyata, tepat di depan matanya.

Dani menuntun sepeda motornya menuju gubuk tersebut. Nabila menenteng kardus yang berisi makanan. Kardus tersebut dibawa oleh Dani untuk Nenek dan Kakaknya.

Nabila sama sekali tidak menyesal mengikuti Dani. Malahan, ia sangat berterima kasih kepada Dani karena telah membawanya ke tempat yang begitu indah.

Di samping gubuk berdiri rumah yang terbuat dari batu bata. Pintu rumah tersebut terbuka memperlihatkan seorang gadis yang tersenyum ke arah mereka.

"Dani!" teriak perempuan tersebut lalu berlari ke arah Dani, jatuh di pelukannya.

"Tumben ke sini bukan waktu libur semester."

Ternyata yang hidup di rumah tersebut adalah gadis dengan rambut hitam panjang berkilau, persis seperti iklan sampo. Kulitnya putih bersih, ekspresinya ramah, bahkan matanya selalu terlihat seperti tersenym.

Gadis itu melihat ke arah Nabila dengan tatapan yang bingung. Lantas Dani langsung berujar, "Kak, ini Nabila, temenku. Bil, ini Eden, sepupu gue."

Nabila dan Eden langsung bersalaman. Senyuman Eden menular sampai ke pipi Nabila. Gadis itu jadi teringat dengan karakter princess disney yang tinggal di sebuh hutan. Eden pantas menjadi salah satu princes disney.

"Ayo masuk-masuk," ajak Eden menuntun mereka memasuki rumah sederhana. Sama halnya dengan pagar bambu yang dipenuhi tanaman rambat, dinding rumah tersebut juga dipenuhi dengan tanaman rambat.

Mereka disambut dengan Nenek yang sedang menjahit sesuatu. Nenek tersebut langsung memeluk cucu laki-lakinya.

Dari cerita Dani, Nabila menjadi tahau sisilah keluarga Dani. Eden adalah anak dari Kakak Ibunya Dani. Orang tuanya Eden meninggal karena suatu insiden. Begitu pula dengan Mamanya Dani yang meninggal. Karena tidak mau ikut dengan keluarga Dani, Eden ikut dengan neneknya yang hidup sendirian di pegunungan.

Eden beberapa bulan pernah hidup di kota dan tinggal di rumah Dani. Berbagai pekerjaan pernah ia coba. Hingga ia bisa kerja di perusahaan swasta. Namun, ia selalu memikirkan neneknya yang sudah tua renta hidup sendiri. Kedua anaknya sudah meninggal, begitu pula dengan suaminya. Kesunyian alam pegunungan telah menemani masa senjanya.

Hanya terdapat dua kamar di rumah tersebut. Kamar milik Nenek dan Eden. Tidak ada sofa sehingga Dani harus tidur di lantai beralaskan kasur tipis. Sedangkan Nabila dapat tidur di kamar Eden yang kecil.

Menjelang malam, Eden akan memasak yang dibantu oleh Nabila.

"Jadi, mau masak apa Kak?" tanya Nabila ketika mereka sudah berada di dapur. Tidak banyak perabotan di dapur tersebut. Yang paling mencolok di ruangan tersebut adalah dua tungku besar serta kayu bakar yang tertumpuk di ujung ruangan.

"Masak mie yang dibawa Dani dan masak sayur yang udah Kakak petik tadi."

Nabila mencuci sayur-sayuran berupa bayam, terung, kecambah, dan telur. Semua itu tidak ada yang beli. Bayam dan terung berasal dari kebun sendiri.kecambah dibuat sendiri oleh Eden yang berasal dari kedelai. Sedangkan telur diproduksi oleh ayam milik sendiri.

Eden yang tidak bekerja sehingga tidak memiliki uang harus memutar otak bagaimana ia bisa makan dengan variasi makanan yang berbeda tiap harinya. Ia meneruskan usaha neneknya yang menanam sayuran lalu menjualnya untuk membeli bumbu-bumbu masakan dan juga perlatan mandi. Tidak banyak pengeluaran hidup di daerah terpencil dan terisolasi. Secara konsisten Eden menabung sisa uangnya sampai pada akhirnya ia membeli beberapa petak sawah.

"Wah, Kakak pintar banget si ngiris bawangnya kayak koki di tivi-tivi," komentar Nabila ketika dia hanya menonton Eden memasak. Ia tidak tahu harus membantu apalagi, sehigga ia hanya menonton sambil sesekali berkomentar.

"Ahli ngiris kayak gini butuh latihan bertahun-tahun. Kakak dari umur belasan udah mulai masak."

"Oh." Nabila mengangguk-angguk mengerti.

"Dani kemana ya?" tanya Nabila ketika menyadari sedari tadi tidak melihat batang hidungnya.

"Tadi aku suruh dia kasih makan sapi sama kawan-kawannya." Sekarang semua bumbu dan sayuran sudah dicuci dan diiris, tinggal dimasak saja.

"Kawan-kawannya?"

"Iya."

Setelah dirasa Eden tidak membutuhkan bantuan, Nabila pergi ke belakang rumah, yaitu kandang sapi berada. Dani mengelus-elus sapi yang memiliki bulu berwarna putih.

Dari sudut pandang Nabila, Dani yang sekarang berbeda dengan Dani yang berada di kota. Setahunya Dani adalah anak orang kaya yang dimanjakan, tipe cowok yang tidak mau berurusan dengan hal kotor seperti kandang sapi. Sekarang stigma negatif itu pun runtuh.

"Mau nyoba ngelus sapi?" tanya Dani ke arah Nabila. Gadis itu menggeleng kuat ketika melihat tanduk sapi yang besar. Ia takut diseruduk.

Yang dimaksud teman-teman sapi oleh Eden adalah kambing, ayam petelur, bebek, entok, dan kelinci. Setelah selesai memberi makan semua binatang peliharaan, Dani berjalan memasuki rumah. Nabila yang takut gelap segera mengikuti Dani.

Listrik belum sampi ke daerah pegunungan sehingga ketika malam tiba,  kegelapan menyelimuti daerah tersebut. Nabila tidak bisa membayangkan begaimana rasanya tinggal sendiri di sini.

Tentang NabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang